Astin. Seorang siswa academy pahlawan peringkat bawah dengan reputasi buruk.
Menyadari dirinya pernah memiliki kehidupan lain. Ia mulai mengetahui tentang kebenaran dunia ini. Dari awal sampai menuju akhir.
Ia yang mengetahui masa depan mencoba merubah garis takdir yang akan menimpa diri beserta orang di sekitar.
Mencoba menyelamatkan. Menghindari tragedi. Dan mencegah akhir dari dunia.
Semoga saja. Dia dapat memanfaatkan semua pengetahuan itu. Jika tidak? Semua hanya akan binasa.
1000 kata per bab. Update? Kalau mood saja.
Lagu : Floating Star. (Kirara).
Lirik : Nemuri no... awa yuki... owari no yume wo miyou wo...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis aetna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Secara tiba-tiba.
...Cerita berlanjut....
Episode tujuh belas.
Mata anak laki-laki itu lantas melebar, ketika telapak sepatu berbahan logam muncul dalam pandangannya secara tiba-tiba...
.
"Kagh...!"
"Oi oi oi... Apa kalian bersenang-senang dengan bajingan ini tanpa mengajakku?"
Astin yang tiba-tiba muncul entah dari mana, dengan sangat keras menginjak wajah anak laki-laki itu. Menggunakan kaki yang dialiri energi, ditambah sepatu yang memiliki fitur penguatan.
Sehingga darah segar merembes keluar dari wajah anak laki-laki yang kini menjerit...
"Bajingan berengsek!"
Sedangkan tiga bocah yang kebingungan akan kemunculan Astin, berkata serempak dengan nada heran.
"Boss?!"
Astin menyeringai lebar. Dengan nada santai ia berkata...
"Kalian bocah... Bukankah kalian sudah puas bermain dengannya? Jadi... Biarkan aku yang menikmati sisanya."
Namun bocah rambut pirang yang masih merasa geram terhadap anak laki-laki itu, enggan menuruti.
"Tapi boss, bajingan ini telah membuatku seperti ini, setidaknya biarkan aku..."
"Rion, apa kau mulai berani menentang ku?"
Astin menatap tajam Rion. Sehingga bocah itu tidak dapat meneruskan kata. Kemudian Astin menutupi mata dengan tangannya sebelah, dan mendongak ke atas sembari berdialog.
"Haah... Kalau kau mulai pelit seperti ini padaku, mungkin aku juga tidak bisa lagi membantumu untuk mendekati Alya."
Ya, bocah berandal ini mengikuti Astin sebab ingin memanfaatkan kepopulerannya, untuk mendekati gadis yang ia sukai. Sudah jelas dia akan merasa gentar jika diancam demikian.
Rion lantas melepas kuncian terhadap anak laki-laki itu. Kemudian ia segera mengeles...
"Ahahaha... Sepertinya pikiranku agak kacau, sebab pecundang berengsek ini dengan cukup keras membenturkan kepalaku."
Astin hanya menatap bocah di hadapannya dengan pandangan skeptis. Dan merogoh tas kecil di pinggangnya, mengambil beberapa item yang ia siapkan.
Astin melempar botol kecil berisi cairan biru, dan juga crystal bening dengan bentuk prisma pada Rion.
"Ambil ini. Dan jaga jarak agak jauh, agar kalian tidak mengganggu kesenanganku."
"Ah, terimakasih boss," Gluk. Gluk.♪.♪.♪
Rion lantas menangkap item yang diberikan oleh Astin. Dan ia segera menenggak botol kecil berisi ramuan tingkat menengah itu, membuat luka di kepalanya langsung pulih.
Namun ia merasa bingung, mengapa Astin memberikan crystal transparan ini padanya.
"Boss, kenapa boss memberi batu pemurnian padaku? Aku hanya sedikit terluka, aku tidak ingin buang air atau semacam..."
"Pakai saja, badanmu sangat bau sekarang!"
"Hah?!"
Rion lantas menciumi tubuhnya bingung. Ya, biasanya batu pemurnian digunakan sebagai toilet portabel bagi para kaum elit, sebab lebih praktis, walau harganya lumayan fantastis.
Crystal bening tersebut dapat menyerap zat sisa dari tubuh. Dan zat sisa merupakan salah satu sumber energi negatif.
Jadi secara teknis, batu pemurnian berfungsi untuk menyerap dan memurnikan energi negatif. Namun sepertinya bocah ini tidak dapat mengerti maksud Astin.
Walau demikian, Rion segera menggunakan batu pemurnian. Membuat crystal bening itu berubah warna menjadi ungu kehitaman. Ya, mereka sudah terpapar energi negatif.
Walau tidak sepadat energi negatif yang ada di dalam artefak perlindungan, bocah-bocah ini memiliki ketahanan yang jauh lebih lemah daripada Edwin.
Jadi walau tanpa dipancing sekalipun, kalau dibiarkan terlalu lama mereka akan...
.
"Ugh... Akh... Jill... Apa yang kau... Kagh...!"
"Hahaha... Mati mati mati... Edd... Selama ini aku selalu merasa kesal, sebab kau bertindak seolah lebih hebat dariku. Sekarang rasakan ini... Hahaha..."
Bocah rambut hijau tiba-tiba saja melilitkan tanaman rambat berduri miliknya pada bocah rambut coklat, dengan ekspresi haus darah.
Dan beberapa saat berikutnya...
"Lepaskan aku kau berengsek! Kebetulan sekali aku juga membencimu bedebah!" Bug!
"Agh... Sialan kau Edd...!"
Bocah rambut coklat meninju bocah rambut hijau, dengan tangannya yang dilapisi batuan kasar. Membuat bocah rambut hijau jatuh berguling...
Astin yang merasa terlambat untuk antisipasi hanya bisa mendecakkan lidah. Kemudian ia berkata, pada Rion yang tengah terperangah di sebelahnya.
"Ck, hei, Rion! Apa kau akan membiarkan Jill dan Edd saling bertarung dengan niat membunuh seperti itu?!"
"Eh, hah? Boss! Apa yang terjadi pada mereka? Apa yang harus aku lakukan?!"
Astin lantas kembali melempar batu pemurnian, dan berkata...
"Pakai ini bodoh! Apa kau masih belum sadar setelah menggunakannya?!"
Ya, bocah rambut pirang ini memang memiliki otak yang agak bebal.
"Ap- apa maksudmu boss?! Ah, ya baiklah, aku hanya perlu menggunakan ini pada mereka kan?!"
Walau demikian, ia segera menuruti, melihat tatapan Astin yang mengintimidasi. Sedangkan...
"Ugh..."
"Khahaha... Bagus bagus... Ayo cepat kalian saling membunuh! Dengan begitu akan lebih terasa menyenangkan!"
Anak laki-laki itu mencengkram erat kaki Astin yang menginjak wajahnya, sembari tertawa lepas seperti orang gila.
Astin lantas mengangkat kakinya, dan segera menjaga jarak. Merasakan gelombang energi negatif yang jauh lebih pekat, dari keberadaan anak laki-laki itu.
"Bajingan sialan ini... Uhk...!" Gluk gluk.♪.♪.♪
Astin lantas segera menenggak ramuan tingkat menengah. Saat racun mulai menjalari kaki yang di cengkram sebelumnya. Bedebah di hadapannya ini sepertinya juga menyimpan beberapa item.
Anak laki-laki itu bangkit secara tidak wajar. Dengan tubuh meliuk, ia melempar jarum beracun ke arah Astin sembari tertawa...
"Khahaha... Rasakan ini kau bajingan!"
Shot shot shot...
Sreeett... "Cih... Dasar bajingan gila..."
Astin hanya sedikit menggeser tubuhnya untuk menghindar. Akan tetapi... Swussh...
Ia segera menendang tanah, bermanuver di ketinggian udara. Saat beberapa bola hitam dengan aksen merah dilempar ke arah nya...
Bam! Bam! Bam! Rentetan ledakan membuat udara sekitar jadi bergetar... Disusul dengan suara tawa...
"Hahaha... Rasakan... Mati mati mati..." Shout... Shout... Shout...
Sekali lagi. Beberapa peledak mengarah pada Astin, yang segera mendarat dan menghindar.
Tap. Swooooosh...
Bam! Bam! Bam!
Sembari berlari secara acak. Astin menggapai anting platinum di telinganya untuk memberi instruksi pada...
"Marika, lakukan."
[Dimengerti, tuan muda.]
Kemudian ia segera mengeluarkan Revolver miliknya, dan...
...(Magnum Reload).♪.♪.♪...
"Khahaha... Mau lari kemana kau bajingan kecil?!"
"Berengsek!"
Swussh... Astin lantas memutar tubuh ke belakang, ketika beberapa bola berwarna hijau hampir mengenai wajahnya...
Jsss.... Jsss... Jsss...
Sreeett... Swooooosh... Kemudian segera berlari memutar haluan, saat asap hijau mengepul keluar dari bola-bola hijau yang menghantam tanah...
.
"Boss! Apa kau tidak papa?! Sepertinya bajingan itu menyembunyikan kekuatannya!"
Bocah rambut pirang yang sepertinya telah selesai melerai kedua temannya dengan tinju, berteriak. Melihat situasi di sekitar tiba-tiba menjadi sangat kacau.
Sedangkan Astin yang membidik, sembari melirik bocah itu, hanya bisa mendecakkan lidah...
"Ck, kau bocah bodoh! Kenapa kau membuat mereka tidak sadarkan diri?!"
Pewww!✧✧✧ Pewww!✧✧✧ Pewww!✧✧✧...
Rentetan peluru plasma menghujani anak laki-laki itu...
Jsss... Jsss... Jsss.... Bam! Bam! Bam!
"Khak... Ukh... Kheuk... Sialan!"
Membuat bola-bola peledak dan asap beracun di tangannya membombardir dirinya sendiri.
-
"Maaf boss! Mereka membuatku kesulitan, jadi aku terpaksa... Hah?! Apa boss sudah mengalahkan pecundang itu?!"
Rion melebarkan mata, melihat keberadaan anak laki-laki yang diselimuti kepulan debu bercampur gas beracun. Sedangkan Astin...
Swooooosh... "Cepat berikan ini pada Jill dan Edd. Kemudian bawa mereka pergi sejauh mungkin, jika kau masih ingin bernapas!"
Astin berlari mendekati Rion sembari melempar beberapa botol kecil. Kemudian kembali menyentuh anting platinum-nya.
"Marika, butuh berapa lama lagi...? Ugh...!"
[Sekitar dua sekka lagi... Tuan muda, apa yang ter... Bzzzttt...]
Komunikasi Astin dan Marika lantas terputus. Saat gelombang energi negatif yang jauh lebih besar memancar menyelimuti anak laki-laki itu, layaknya sebuah pusaran kubah hitam...
"Gaaaahhh...! Berengsek berengsek berengsek berengsek! Berani sekali bajingan sepertimu melakukan ini pada tuan Osshten yang hebat ini!"
.
"Ugh... Boss?! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bajingan itu... Akh...!"
Rion yang diterpa gelombang energi negatif cukup masif lantas ambruk, bersama kedua bocah lainnya.
"Kau bocah berengsek! Kenapa kau juga ikut tidak sadarkan diri?!"
Sudah berapa kali Astin salah perhitungan?
Berengsek! Kalau keadaan jadi se-kacau ini, cepat atau lambat pasti akan ada yang sadar. Dan keterlibatan ku dengan insiden ini akan diketahui...
Crak. Crak. Crank!!! Swooooozzz...
Bahkan Astin tidak diberi waktu hanya untuk mengutuk. Kubah hitam yang mengkristal di sekeliling anak laki-laki itu, membuncah dan menyebar ke segala arah...
Gelombang energi yang sangat masif terasa begitu menusuk. Astin membuka mata lebar, melihat makhluk mengerikan menggantikan keberadaan anak laki-laki itu.
Astin lantas segera mengalihkan pandangan, dengan bahunya yang gemetar. Sedangkan...
...Bersambung....
...Anak laki-laki itu. Pinterest....