DIBUANG ANAKNYA, DIKEJAR-KEJAR AYAHNYA?
Bella tak menyangka akan dikhianati kekasihnya yaitu Gabriel Costa tapi justru Louis Costa, ayah dari Gabriel yang seorang mafia malah menyukai Bella.
Apakah Bella bisa keluar dari gairah Louis yang jauh lebih tua darinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Malam penuh ketegangan di mana Louis Costa menghadiri pertemuan antara kepala klan mafia di sebuah ballroom hotel. Mereka memakai pakaian serba hitam dengan beberapa tatto di tubuh mereka apalagi para ketua klan membawa masing-masing anak buah mereka sendiri.
Seorang billionaire sekaligus mafia seperti Louis Costa memang selalu mendapatkan posisi duduk paling depan dengan wajah yang tegas dan berwibawa. Semua orang sangat menghormati Louis Costa apalagi para pemimpin klan lain banyak belajar darinya.
Jas mewah dengan jam tangan warna emas berada di tangan Louis, dia melihat jamnya karena pertemuan kali ini belum segera dimulai.
"Maaf, Tuan Louis. Ada beberapa yang belum datang," kata asisten pribadi Louis yaitu Alister.
"Kali ini aku memaafkan mereka tapi lain kali aku tidak akan datang lagi jika mereka terlambat seperti ini," ucap Louis yang tidak suka membuang-buang waktu.
Tak berselang lama, beberapa orang datang secara bersamaan, mereka tertawa sambil menggoa Louis, tapi wajah Louis tetap pada ekspresi dingin dan datar seolah tidak menyukai sikap mereka. Sementara itu Alister mengkode mereka supaya mereka bisa cepat duduk dan memulai musyawarah kali ini.
"Semua orang sudah hadir, mari kita mulai rapat ini. Dimulai dari Tuan Albert De Luca yang akan melayangkan gugatan kepada klan Naga Hitam karena sudah membatalkan kontrak secara sepihak," kata moderator yang memimpin jalannya rapat ini.
Louis Costa mendengarkan perdebatan demi perdebatan, dia tidak terlibat dalam hal ini tapi sebagai penengah supaya bisnis mereka bisa berjalan lancar. Baru 15 menit rapat semakin ricuh bahkan mereka terlihat sudah saling emosi. Louis Costa mengangkat tangan dan semua anggota terdiam.
"Aku pikir kalian sudah dewasa bahkan masalah sepele ini bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Untuk klan Naga Hitam, kalian sudah membatalkan kontrak sepihak dan membuat Klan Naga Putih rugi besar dalam penjualan bulan kemarin. Kita tidak bisa membawa ini ke pengadilan negara karena sama sama jika menyerahkan diri sebagai penjahat tapi kita punya pengadilan sendiri yaitu di rapat ini..." Louis Costa menatap tajam ke arah Albert De Luca. "Sebagai hakim malam ini aku memutuskan Klan Naga Hitam bersalah dan harus membayar upeti sebesar 70% ke klan Naga Putih.
Ruangan yang tadinya tegang mendadak cair, Louis pun mengetuk palu dan menandatangi perjanjian tersebut sebagai saksi yang sah.
Louis Costa berdiri, dia keluar bersama para bodyguardnya menuju ke mobil. Rapat kali ini sangat membosankan baginya dan dia memutuskan untuk pergi ke klub malam sebelum pulang ke mansionnya.
Di dalam mobil mewah miliknya, Louis merasakan dadanya agak sakit. Dia melihat ke arah jasnya yang sedikit kotor seperti terkena bedak. Dia mengingat tadi sore ditabrak oleh seorang gadis dan gadis itu langsung kabur begitu saja.
"Kamu lihat ekspresi Albert saat kamu melayangkan denda kepadanya? Dia sangat kesal sekali dan membuatku sangat senang, orang angkuh seperti dia memang harus diberi peringatan," kata Alister sambil menyetir mobil.
"Hmmm..."
Alister penasaran dengan reaksi Louis, dia menoleh ke arah belakang dan melihat Louis sedang melamun.
"Fokuslah menyetir!" kata Louis.
"Baik, Tuan Louis."
Setelah sampai di klub malam, Louis melangkah masuk ke dalam sana. Beberapa wanita cantik sudah memperhatikannya tapi mereka tidak berani mendekati karena tahu siapa Louis Costa. Suara dentuman musik juga menambah kemeriahan malam ini, mereka menari, meminum alkohol dan saling menggoda satu sama lain.
Louis dan asistennya duduk di depan bar, memesan vodka dan beberapa air limun.
Siapa sangka sang mafia bandit seperti Louis bisa masuk ke dalam klub kelas bawah ini bahkan asistennya pun tak tahu alasannya.
"Tuan Louis, kamu mau mabuk malam ini?"
"Tidak."
"Lalu kenapa memesan banyak minuman beralkohol?"
"Kamu cukup diam dan lihat saja!"
'"Maaf."
Tak ada yang tahu isi hati Louis, tapi yang jelas orang sekitarnya mengira Louis masih terpukul dengan meninggalnya sang istri tercinta beberapa tahun yang lalu.
"Alister, tinggalkan aku sendiri!"
"Baik, Tuan."
Saat ini Louis sendirian sambil meminum vodka yang ada di depannya. Perasaan sedih saat mengingat ditinggal meninggal oleh istrinya membuat dia tidak sadar jika bangku di sebelahnya sudah duduk seorang gadis.
"Beri aku air putih!"
Louis menoleh, ia terkejut karena gadis itu adalah gadis yang menabraknya sore tadi.
Bartender memberikan air putih untuk Bella dan Bella meminumnya sampai habis tidak tersisa.
Air mata Bella mengalir bahkan hatinya sudah terlalu sakit karena pengkhianatan oleh orang yang dia cintai yaitu Gabriel Costa.
"Tolong berikan aku whiskey!" kata Bella yang belum sadar jika di sebelahnya adalah Louis Costa.
Saat bartender menyerahkan segelas vodka tiba-tiba Louis merebut gelas itu.
"Kamu?" kata Bella dengan tatapan seolah tidak percaya.
"Gadis tidak sopan," ucap Louis.
Bella berdiri karena saking terkejutnya dan matanya terus berkedip seolah memastikan jika dia memang melihat Louis Costa.
"Selain tidak sopan ternyata kamu gadis pemabuk."
Rasanya ingin menghilang saja dari sana dan Bella seperti merasa sial karena bertemu dengan ayah dari mantan kekasihnya.
"Aku bukan gadis pemabuk."
"Lalu kamu di sini sedang apa? Kamu juga memesan vodka."
"Itu bukan urusanmu!"
"Wajahmu terlihat sangat kesal saat melihatku. Ada apa?"
Bella menelan ludahnya, dia sangat bodoh karena ternyata pria yang dia pacari adalah anak dari Louis Costa.
"Karena kamu ayahnya Gabriel Costa," ucap Bella dengan suara lantang.