NovelToon NovelToon
Takhta Terakhir Endalast Ganfera

Takhta Terakhir Endalast Ganfera

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nabilla Apriditha

— END 30 BAB —

Endalast Ganfera duduk di depan cermin besar di kamarnya, memandangi bayangannya sendiri. Usianya baru menginjak 15 tahun, tetapi di balik mata dan rambut merahnya, ada kedewasaan yang tumbuh terlalu cepat. Malam ini adalah ulang tahunnya, dan istana penuh dengan sorak-sorai perayaan.

Endalast tersenyum, tetapi matanya masih mengamati kerumunan. Di sudut ruangan, dia melihat pamannya, Lurian. Ada sesuatu dalam sikap dan tatapan Lurian yang membuat Endalast tidak nyaman. Lurian selalu tampak ambisius, dan ada desas-desus tentang ketidakpuasannya terhadap kepemimpinan Thalion.

Lurian berpaling dan berbicara dengan bangsawan lain, meninggalkan Endalast dengan perasaan tidak enak. Dia mencoba menikmati perayaan, tetapi kecemasan terus mengganggunya. Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dari luar, oh tidak apa yang akan terjadi??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabilla Apriditha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17: Menguak Kisah Lama

.......

.......

.......

...——————————...

Pada suatu sore yang cerah, Endalast duduk bersama Sir Alven, Sir Cedric, Jendral Eron, dan Duke Arlon di taman belakang istana. Mereka menikmati makanan ringan dan teh, sambil berbincang-bincang tentang berbagai hal, mulai dari keberhasilan kerajaan Ganfera dalam memimpin semua aspek hingga hal-hal yang lebih ringan.

"Yang Mulia, saya harus mengakui bahwa kerajaan ini semakin makmur di bawah kepemimpinan Anda," ucap Sir Alven dengan penuh penghargaan.

Endalast tersenyum. "Terima kasih, Alven. Saya sangat menghargai dukungan dan kerja keras semua orang di sini."

Sir Cedric mengangguk setuju. "Anda telah membawa banyak perubahan positif bagi kerajaan ini. Rakyat kita semakin bahagia dan sejahtera."

Jendela Eron menambahkan, "Tidak hanya itu, Anda juga telah membuat banyak perubahan signifikan dalam infrastruktur dan pertanian. Ini membawa dampak besar bagi kehidupan sehari-hari rakyat kita."

Duke Arlon, yang selalu agak lebih serius, berkata, "Namun, ini semua tidak akan terjadi tanpa kebijakan yang tepat dan kepemimpinan yang kuat. Anda telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang mampu memimpin dengan bijaksana."

Endalast merasa bangga mendengar pujian dari para penasihatnya. Namun, tiba-tiba suasana berubah sedikit lebih santai dan candaan mulai muncul di antara mereka.

"Baiklah, Endalast," ucap Sir Alven sambil tersenyum lebar, "ada kabar dari kerajaan tetangga bahwa beberapa putri cantik terpesona oleh Anda. Apa pendapat Anda tentang itu?"

Endalast terkejut dan sedikit tercengang. Dia tidak terbiasa dengan topik seperti ini dibicarakan di depan umum, terutama oleh orang-orang yang begitu dekat dengannya. 

Dia menelan salah satu tegukan tehnya dengan cepat dan mencoba menjawab dengan sopan, "Oh, saya... saya tidak terlalu memperhatikan hal-hal seperti itu."

Sir Cedric tertawa lepas. "Tentu saja, Endalast. Tapi, tentu Anda menyadari ketika seseorang tertarik pada Anda, bukan?"

Duke Arlon, yang biasanya lebih diam, ikut tersenyum. "Putri dari kerajaan tetangga itu bisa jadi akan menambahkan nuansa baru dalam kehidupan Anda, Endalast."

Jendela Eron, yang selalu punya kata-kata yang tajam, menimpali, "Siapa tahu, mungkin ada yang sudah merencanakan untuk memperkenalkan Anda kepada salah satu putri mereka."

Endalast mencoba menjaga ketenangannya meskipun merasa agak tersudut. "Saya... saya harus mengakui bahwa saya lebih fokus pada tugas-tugas saya sebagai pemimpin dan membangun kerajaan."

Sir Alven, yang selalu pandai membuat suasana menjadi lebih santai, berkata, "Tentu, tentu. Tapi jangan sampai Anda melewatkan kesempatan untuk menemukan cinta sejati di antara tumpukan pekerjaan itu, Endalast."

Para penasihatnya tertawa kecil, sementara Endalast mencoba tersenyum mengikuti candaan mereka. Dia merasa sedikit malu dengan perbincangan ini, tetapi juga merasa hangat karena memiliki orang-orang seperti ini di sekitarnya yang tidak hanya menjadi penasihat tetapi juga teman yang baik.

Percakapan berlanjut dengan candaan dan tawa, meskipun Endalast tetap memikirkan kata-kata mereka tentang kemungkinan putri-putri dari kerajaan tetangga yang tertarik padanya. 

Meskipun dia selalu fokus pada tugas-tugasnya, pikiran tentang cinta dan masa depannya terkadang juga menghantuinya. Setelah beberapa saat, ketika matahari mulai terbenam, mereka semua mengakhiri pertemuan mereka di taman belakang itu. 

Endalast kembali ke ruang kerjanya dengan pikiran yang dipenuhi dengan berbagai pertimbangan, termasuk candaan dari Sir Alven dan yang lainnya tentang cinta dan putri-putri cantik dari kerajaan lain.

Kerajaan Ganfera semakin dikenal di seluruh negeri karena kepemimpinan Endalast yang bijaksana dan dedikasinya yang luar biasa dalam membangun kembali kerajaan. Berita tentang keberhasilan dan kemajuan Ganfera menyebar dengan cepat, membuat banyak raja dan bangsawan dari kerajaan tetangga tertarik untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Ganfera.

Di salah satu kerajaan tetangga, Raja Alden dari Kerajaan Veridia duduk bersama keluarganya di ruang makan istana. Di meja makan yang megah itu, Raja Alden, Ratu Elara, dan Putri Elenora menikmati hidangan malam mereka. 

Percakapan mereka awalnya berkisar pada urusan kerajaan dan kehidupan sehari-hari, namun kemudian beralih ke topik yang lebih menarik.

"Apakah kalian mendengar berita terbaru tentang Raja Endalast dari Ganfera?" tanya Raja Alden sambil menyesap anggurnya.

Ratu Elara mengangguk. "Ya suamiku, aku mendengar bahwa dia telah membuat banyak kemajuan dalam membangun kembali kerajaannya. Dia benar-benar seorang pemimpin yang luar biasa."

Putri Elenora, yang berusia sebaya dengan Endalast, menatap ayahnya dengan penuh rasa ingin tahu. "Ayah, bukankah Raja Endalast seumuran denganku?"

Raja Alden tersenyum. "Benar sekali, Elenora. Di saat kamu hidup aman dan nyaman di sini, dia berjuang mati-matian untuk membangun kembali kerajaannya seorang diri. Itu sangat mengesankan."

Putri Elenora terdiam sejenak, merenungkan kata-kata ayahnya. "Aku tidak bisa membayangkan betapa beratnya beban yang dia pikul. Dia pasti sangat kuat dan berani."

Ratu Elara tersenyum lembut kepada putrinya. "Itu benar, Elenora. Endalast adalah contoh pemimpin yang baik dan berdedikasi. Aku yakin banyak orang yang mengaguminya, termasuk dari kalangan kita."

Raja Alden mengangguk setuju. "Aku telah mempertimbangkan untuk mengundangnya ke Veridia. Mungkin kita bisa menjalin hubungan yang lebih erat dengan Ganfera. Lagipula, memiliki sekutu yang kuat selalu menguntungkan."

Putri Elenora merasa tertarik dengan ide tersebut. "Aku ingin bertemu Raja Endalast, Ayah. Dia tampaknya seseorang yang sangat luar biasa."

Ratu Elara tersenyum dan menatap suaminya. "Aku juga berpikir begitu. Akan sangat baik jika kita bisa menjalin hubungan baik dengan Ganfera. Endalast bisa menjadi sekutu yang berharga, dan siapa tahu, mungkin lebih dari itu."

Raja Alden mengangguk dengan mantap. "Baiklah, aku akan mengatur undangan resmi untuk Endalast. Aku yakin dia akan menyambut baik kesempatan untuk mempererat hubungan antara kerajaan kita."

Sementara itu, di Kerajaan Thalorn, Raja Darius sedang berbicara dengan Putri Serena di taman istana. Mereka duduk di bawah pohon yang rindang, menikmati udara segar dan pemandangan indah.

"Ayah, aku mendengar cerita tentang Raja Endalast dari Ganfera. Dia sepertinya sangat berani dan bersemangat dalam membangun kembali kerajaannya," kata Putri Serena dengan mata berbinar.

Raja Darius tersenyum bangga. "Ya, Serena. Endalast adalah pemimpin yang luar biasa. Dia telah melalui banyak hal untuk mencapai posisi yang dia miliki sekarang."

Putri Serena menatap ayahnya dengan penuh rasa ingin tahu. "Bukankah usianya tidak jauh dariku, Ayah?"

Raja Darius mengangguk. "Benar sekali. Dia masih sangat muda, namun sudah menunjukkan kebijaksanaan dan keberanian yang luar biasa."

Putri Serena berpikir sejenak. "Aku ingin tahu lebih banyak tentang dia, Ayah. Mungkin kita bisa mengundangnya ke Thalorn."

Raja Darius tersenyum dan menepuk bahu putrinya. "Itu ide yang bagus, Serena. Kita bisa mengatur pertemuan resmi dengan Endalast. Mungkin ini juga bisa menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan antara kerajaan kita."

Putri Serena merasa senang mendengar rencana ayahnya. "Aku harap bisa bertemu dengannya segera. Dia pasti memiliki banyak cerita menarik dan pengalaman yang bisa dibagikan."

Raja Darius mengangguk dengan penuh keyakinan. "Aku yakin, Serena. Endalast adalah seseorang yang luar biasa, dan aku yakin pertemuan kita dengannya akan membawa banyak manfaat bagi kita semua."

Di Kerajaan Orinthia, Raja Theon juga berbincang dengan keluarganya tentang Endalast. Mereka duduk di ruang keluarga yang nyaman, menikmati malam yang tenang.

"Yang Mulia, aku mendengar bahwa Raja Endalast dari Ganfera telah membuat banyak kemajuan dalam membangun kembali kerajaannya," kata Permaisuri Helena.

Raja Theon mengangguk. "Benar sekali, Helena. Dia telah menunjukkan dedikasi dan keberanian yang luar biasa. Aku sangat terkesan dengan apa yang telah dia capai."

Putri Aria, yang sedang duduk di dekat perapian, menatap ayahnya dengan penuh rasa ingin tahu. "Ayah, bukankah Endalast terpaut 1 tahun dariku?"

Raja Theon tersenyum lembut. "Ya, Aria. Dia 1 tahun lebih dewasa darimu, namun sudah menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa."

Putri Aria merasa penasaran. "Aku ingin tahu lebih banyak tentang dia, Ayah. Mungkin kita bisa mengundangnya ke Orinthia."

Permaisuri Helena mengangguk setuju. "Itu ide yang bagus, Aria. Kita bisa mengatur pertemuan resmi dengan Endalast. Mungkin ini juga bisa menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan antara kerajaan kita."

Raja Theon tersenyum bangga. "Baiklah, aku akan mengatur undangan resmi untuk Endalast. Aku yakin dia akan menyambut baik kesempatan untuk mempererat hubungan antara kerajaan kita."

Putri Aria merasa senang mendengar rencana ayahnya. "Aku harap bisa bertemu dengannya segera. Dia pasti memiliki banyak cerita menarik dan pengalaman yang bisa dibagikan."

Kembali di Kerajaan Ganfera, Endalast sedang membaca surat-surat resmi di ruang kerjanya ketika dia menerima undangan dari beberapa kerajaan tetangga. 

Dia tersenyum membaca undangan dari Raja Alden, Raja Darius, dan Raja Theon. Undangan-undangan tersebut menawarkan kesempatan untuk mempererat hubungan diplomatik dan menjalin persahabatan yang lebih erat.

Endalast merasa terhormat dan senang menerima undangan tersebut. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan yang baik untuk memperluas aliansi dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan kerajaan-kerajaan tetangga.

"Ini adalah kesempatan yang baik untuk Ganfera," pikir Endalast. "Aku harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin."

Endalast memutuskan untuk berkumpul kembali dengan Sir Alven, Sir Cedric, Jendela Eron, dan Duke Arlon di taman belakang istana. Menikmati sore dengan tawa dan candaan, sambil berbicara tentang rencana kunjungan diplomatik yang akan datang.

"Jadi, Endalast, bagaimana persiapanmu untuk kunjungan ke kerajaan-kerajaan tetangga?" tanya Sir Alven dengan senyum lebar.

Endalast menjawab dengan tenang, "Semuanya berjalan dengan baik, Alven. Saya berharap kunjungan ini akan mempererat hubungan kita dengan kerajaan-kerajaan tetangga dan membawa manfaat bagi Ganfera."

Sir Cedric menatap Endalast dengan tatapan penuh makna. "Saya yakin itu. Namun, Endalast, apakah Anda menyadari bahwa mungkin undangan ini bukan hanya untuk mempererat hubungan diplomatik?"

Endalast bingung. "Apa maksudmu, Apakah ada indikasi mereka akan membunuhku? "

Dan suasana tiba-tiba hening.

HAHAHA

Mereka tertawa keras mendengar Endalast.

Alven mengusap air matanya "Maksud kami, para raja dan ratu mungkin juga memiliki niat lain selain kerja sama diplomatik. Misalnya, mereka mungkin ingin memperkenalkan putri-putri mereka kepada Anda."

Duke Arlon, yang biasanya serius, kali ini ikut tertawa. "Benar, Endalast. Anda harus siap-siap menghadapi kemungkinan bahwa ini bukan hanya tentang politik dan kerja sama. Para raja mungkin melihat Anda sebagai calon menantu yang potensial."

Endalast merasa terkejut dan sedikit tersipu. Dia tidak pernah berpikir sejauh itu. "Ahh... saya hanya berpikir tentang mempererat hubungan kerja sama dan diplomasi. Saya tidak pernah memikirkan hal lain."

Sir Alven menepuk bahu Endalast dengan ramah. "Itu adalah sikap yang baik, Endalast. Tetapi Anda harus menyadari bahwa sebagai raja muda yang sukses, Anda juga akan menjadi perhatian banyak orang, termasuk para bangsawan yang mencari pasangan untuk putri-putri mereka."

Endalast tersenyum canggung. "Saya tidak pernah mempertimbangkan hal itu. Saya hanya ingin fokus pada tugas-tugas saya sebagai pemimpin dan memastikan kesejahteraan rakyat Ganfera."

Sir Cedric tertawa. "Tentu, itu sangat terpuji, Endalast. Namun, tidak ada salahnya untuk terbuka terhadap kemungkinan lain. Siapa tahu, mungkin di antara undangan tersebut ada seseorang yang bisa membawa kebahagiaan dalam hidup Anda."

Jendela Eron mengangguk setuju. "Benar, Endalast. Tidak ada yang salah dengan menjaga pikiran terbuka. Kadang-kadang, cinta datang ketika kita paling tidak mengharapkannya."

Endalast merasa tersentuh oleh kata-kata penasihatnya. Meskipun dia merasa sedikit tidak nyaman dengan topik ini, dia tahu bahwa mereka hanya menginginkan yang terbaik untuknya. "Terima kasih atas nasihat kalian. Saya akan mencoba untuk tetap terbuka terhadap segala kemungkinan."

Duke Arlon tersenyum penuh pengertian. "Ingatlah, Endalast, Anda tidak sendirian. Kami semua di sini untuk mendukung Anda, apa pun yang terjadi."

Mereka melanjutkan perbincangan dengan lebih banyak candaan dan tawa, membuat suasana semakin hangat dan akrab. Meskipun Endalast merasa sedikit canggung dengan topik tentang cinta dan pernikahan, dia merasa bersyukur memiliki penasihat yang peduli dan selalu siap mendukungnya.

Malamnya, Endalast kembali ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda. Dia memikirkan percakapan dengan para penasihatnya di taman tadi. 

Meskipun dia lebih fokus pada urusan kerajaan dan kesejahteraan rakyatnya, Endalast tidak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa para raja dan ratu tetangga mungkin memiliki niat lain selain kerja sama diplomatik.

Dia membuka surat undangan dari Raja Alden, Raja Darius, dan Raja Theon, memperhatikan kata-kata yang digunakan dalam undangan tersebut. Meskipun mereka menekankan pentingnya kerja sama dan hubungan diplomatik, Endalast mulai melihat bahwa mungkin ada lapisan makna lain di balik undangan tersebut.

"Apakah benar para raja dan ratu ini juga mempertimbangkan saya sebagai calon menantu?" pikir Endalast dengan sedikit kebingungan. "Saya tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya."

Dia menghela napas panjang dan meletakkan surat-surat itu kembali di mejanya. "Yang paling penting adalah tetap fokus pada tujuan utama saya, yaitu memastikan kesejahteraan rakyat Ganfera. Namun, mungkin saya juga harus lebih terbuka terhadap kemungkinan lain yang mungkin datang."

Dengan pikiran yang dipenuhi dengan berbagai pertimbangan, Endalast memutuskan untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk kunjungan diplomatik yang akan datang. 

Dia tahu bahwa perjalanan ini akan membawa banyak tantangan dan peluang, dan dia bertekad untuk menghadapi semuanya dengan kebijaksanaan dan keberanian.

...——————————...

Endalast, setelah mengakhiri pertemuan dengan para penasihatnya di taman belakang istana, memilih untuk mengajak Duke Arlon untuk berjalan-jalan singkat sebelum mereka berpisah.

Mereka berjalan di sepanjang koridor yang tenang, dan suasana yang lebih pribadi memunculkan keinginan Endalast untuk mengetahui lebih banyak tentang masa lalu keluarganya.

"Duke Arlon," mulai Endalast dengan lembut, "apakah Anda pernah mendengar cerita tentang bagaimana ayah dan ibu saya bertemu?"

Duke Arlon mengangguk, mengikuti langkah Endalast. "Tentu, Pangeran. Thalion dan Althea, dua sosok luar biasa. Namun, saya harus mengaku bahwa saya tidak terlalu familiar dengan detail pertemuan mereka."

Endalast mengangguk memahami. "Saya juga jarang mendengar cerita tentang itu. Ibuku dikenal sebagai seorang ratu yang baik, manis, dan lembut. Namun, saya pernah melihat sisi lainnya. Beberapa tahun yang lalu, saat ada insiden, saya melihatnya menggunakan busur dan panah dengan sangat mahir. Dia berperang dengan lihai dan tegas."

Duke Arlon tampak sedikit terkejut. "Ah, Althea memang memiliki banyak keahlian yang tidak terlihat oleh banyak orang. Dia pernah mengatakan bahwa sebelum menjadi ratu, dia memiliki masa lalu yang penuh dengan petualangan dan pelatihan keras."

Endalast berhenti sejenak, mengingat momen itu. "Saya sering bertanya-tanya, Duke Arlon, mengapa ibu saya menyembunyikan keahlian bertarungnya itu. Apakah mungkin ada sesuatu yang ingin dia lindungi?"

Duke Arlon berpikir sejenak sebelum menjawab, "Saya tidak yakin pasti, Pangeran. Namun, kadang-kadang ada alasan tertentu mengapa seseorang memilih untuk menyimpan aspek tertentu dari diri mereka tersembunyi. Mungkin ada hubungannya dengan masa lalu atau dengan tanggung jawab yang diemban."

Endalast mengangguk perlahan. "Saya ingin tahu lebih banyak tentang masa lalu mereka, terutama bagaimana mereka saling jatuh cinta. Sepertinya cerita itu lebih dalam dari yang saya bayangkan."

Duke Arlon tersenyum hangat. "Anda memiliki hak untuk mengetahui sejarah keluarga Anda, Pangeran. Saya yakin cerita cinta mereka penuh dengan keajaiban dan tantangan yang telah mereka lalui bersama."

Endalast menghela nafas pelan. "Mungkin suatu hari nanti, ketika waktu memungkinkan, saya akan mencoba menelusuri lebih jauh tentang kisah mereka. Terima kasih, Duke Arlon, untuk mendengarkan pertanyaan saya."

Duke Arlon mengangguk menghormat. "Tentu saja, Pangeran. Saya selalu siap untuk mendengarkan dan membantu sebisa mungkin."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan langkah-langkah yang lebih tenang, tetapi pikiran Endalast terus memutar cerita tentang ibunya yang telah menggabungkan kelembutan dengan keahlian bertarung yang luar biasa. 

Apa pun alasannya untuk menyembunyikan hal tersebut, Endalast merasa bahwa mengetahui lebih banyak tentang sejarah keluarganya akan membantu dia memahami dirinya sendiri dan tanggung jawab yang dia emban sebagai penerus kerajaan Ganfera.

Setelah Duke Arlon pamit, Endalast berjalan perlahan kembali ke ruang kerjanya. Ruangan itu tampak lebih sunyi dari biasanya, hanya ditemani oleh tumpukan surat dan dokumen yang menunggu untuk diperiksa. 

Dia duduk di kursinya, membuka beberapa surat dan memeriksa agenda untuk beberapa hari ke depan. Jadwalnya padat seperti biasa, penuh dengan rapat, pertemuan, dan proyek-proyek yang harus diawasi.

Endalast memijat pelipisnya, merasa sedikit lelah. Dia menghela napas panjang, lalu mendengus pelan. "Ah, Ibu... aku sepertinya kelelahan sekarang. Aku jadi sering tidur," katanya lirih, seakan berbicara kepada bayangan ibunya yang selalu ada di pikirannya.

Dia teringat masa-masa kecilnya, ketika ibunya selalu memanjakannya dengan penuh kasih sayang. Althea, sang ratu, tidak hanya mengurus kerajaan dengan bijak, tetapi juga selalu ada untuk anaknya.

Setiap malam, sebelum tidur, dia akan membacakan cerita atau hanya duduk di sampingnya, memastikan bahwa Endalast merasa aman dan dicintai.

Kenangan itu membuat hatinya hangat, tetapi juga sedikit perih. Dia merindukan ibunya lebih dari apa pun saat ini. Kehidupan sebagai seorang raja muda penuh dengan tanggung jawab dan tekanan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Meskipun dia selalu berusaha untuk menjadi pemimpin yang baik, ada kalanya dia merasa kelelahan dan ingin kembali ke masa-masa sederhana di mana ibunya selalu ada untuknya.

Endalast menutup matanya sejenak, membiarkan kenangan masa kecilnya membanjiri pikirannya. Dia teringat saat-saat ketika ibunya mengajarinya banyak hal, dari hal-hal sederhana seperti membaca dan menulis, hingga nilai-nilai kepemimpinan dan tanggung jawab. 

Althea selalu mengajarkannya untuk menjadi pemimpin yang bijaksana dan berempati, yang selalu memikirkan kesejahteraan rakyatnya.

"Ibu, aku berharap kau ada di sini sekarang," bisiknya pelan. "Aku merindukan nasihat dan dukunganmu."

Dalam keheningan ruang kerjanya, Endalast merasakan dorongan untuk terus maju. Meskipun ibunya tidak lagi bersamanya secara fisik, dia tahu bahwa nilai-nilai dan cinta yang dia wariskan akan selalu menjadi panduan bagi setiap langkah yang dia ambil sebagai raja. 

Endalast bertekad untuk menjaga warisan itu dengan baik dan membangun kerajaan yang penuh dengan keadilan dan kesejahteraan bagi semua rakyatnya.

Dia membuka matanya kembali dan memandang dokumen-dokumen di hadapannya dengan tekad yang baru. "Aku akan melakukannya, Ibu. Aku akan membuatmu bangga," katanya dengan suara yang lebih tegas. 

Endalast kemudian melanjutkan pekerjaannya, memeriksa surat-surat dan agenda yang telah menumpuk. Dia merasa lebih kuat, seolah-olah semangat ibunya ada di sampingnya, membimbingnya melalui setiap tantangan.

1
Carletta
keren
RenJana
lagi lagi
Lyon
next episode
Candramawa
up
NymEnjurA
lagi lagi
Ewanasa
up up
Alde.naro
next update
Sta v ros
keren bener
! Nykemoe
cakep up up
Kaelanero
bagus banget
AnGeorge
cakep
Nykelius
bagus top
Milesandre``
lagi thor
Thea Swesia
up kakak
Zho Wenxio
kece up
Shane Argantara
bagus
☕️ . . Maureen
bagus banget ceritanya
Kiara Serena
bagus pol
Veverly
cakep
Nezzy Meisya
waw keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!