Hati siapa yang tak bahagia bila bisa menikah dengan laki-laki yang ia cintai? Begitulah yang Tatiana rasakan. Namun sayang, berbeda dengan Samudera. Dia menikahi Tatiana hanya karena perempuan itu begitu dekat dengan putri semata wayangnya. Ibarat kata, Tatiana adalah sosok ibu pengganti bagi sang putri yang memang telah ditinggal ibunya sejak lahir.
Awalnya Tatiana tetap bersabar. Ia pikir, cinta akan tumbuh seiring bergantinya waktu dan banyaknya kebersamaan. Namun, setelah pernikahannya menginjak tahun kedua, Tatiana mulai kehilangan kesabaran. Apalagi setiap menyentuhnya, Samudera selalu saja menyebutkan nama mendiang istrinya.
Hingga suatu hari, saudari kembar mendiang istri Samudera hadir di antara carut-marut hubungan mereka. Obsesi Samudera pada mendiang istrinya membuatnya mereka menjalin hubungan di belakang Tatiana.
"Aku bisa sabar bersaing dengan orang yang telah tiada, tapi tidak dengan perempuan yang jelas ada di hadapanku. Maaf, aku memilih menyerah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Cerai
"Apa? Cerai? Kamu serius?" tanya Raya pada Tatiana yang tengah mengaduk seblaknya tanpa minat. Raya memandang Tatiana lekat dengan mimik muka tak percaya. Bagaimana ia bisa percaya, sebab setahunya Tatiana begitu mencintai suaminya, Samudera. Seorang dokter spesialis penyakit dalam atau internis. Apalagi perempuan berlesung pipi itu sudah mencintai Samudera sejak 5 tahun yang lalu. Tepatnya saat ia baru bekerja sebagai perawat di rumah sakit tempat Samudera mengabdi beberapa tahun ini.
Tatiana mengangguk lemah, "ya," jawabnya singkat.
"Sudah kau pikirkan masak-masak?"
Lagi, Tatiana mengangguk, "keputusanku sudah final. Tak ada lagi yang perlu dipertimbangkan. Semua sudah jelas. Aku menyerah dengan cinta yang ku perjuangkan. Nyatanya perjuanganku hanya berakhir sia-sia. Di hati Mas Samudera hanya ada Triana, bukan Tatiana," sahut Tatiana nelangsa.
Rasanya sangat sakit bagi Tatiana untuk mengucapkan kata itu. Bagaikan ada sembilu yang menusuk tepat di relung kalbu. Sakit, perih, dan nyeri. Jantungnya bagai diremas tangan-tangan tak kasat mata. Sangat menyesakkan.
Sudah cukup perjuangannya selama hampir 2 tahun ini. Sekuat tenaga Tatiana mempertahankan rumah tangganya, nyatanya ia tetap saja kalah.
"Ibu dan ibu mertuamu sudah tahu?" tanya Raya lagi.
Tatiana mengangguk, "ibu mertuaku berharap aku bersabar dan terus mempertahankan rumah tangga ini, sedangkan ibu ... Ia menyerahkan semua keputusan di tanganku. Walaupun ia sedih, tapi ibu cukup bijak untuk tidak ikut campur. Hanya saja ia memintaku mempertimbangkannya lagi dan kalau memang sudah tidak ada yang bisa aku pertahankan, tak masalah. Ia hanya berharap keputusan ini yang terbaik," jelas Tatiana.
"Kalau suamimu?"
Tatiana tersenyum miris, "ia diam."
"Tidak mengatakan apapun?"
Tatiana mengangguk. Mau bagaimana lagi, pernikahan mereka memang tidak berlandaskan cinta, tapi kebutuhan. Samudera membutuhkan Tatiana untuk menjadi ibu bagi anaknya. Anaknya yang sudah terlanjur sayang pada Tatiana.
Ya, Tatiana hanya dibutuhkan 'sebatas ibu pengganti'.
...***...
Tatiana mengenal Samudera sejak 5 tahun yang lalu. Tatiana yang bekerja sebagai seorang perawat tentu saja sering berinteraksi dengan internis itu. Hal itu menumbuhkan benih-benih cinta di hati Tatiana. Meskipun sikap Samudera dingin dan datar, tapi hal itu justru membuat semua perempuan yang bekerja di rumah sakit itu penasaran. Khususnya para single seperti Tatiana. Samudra memang dokter idola di rumah sakit itu. Selain tampan, pekerjaannya sebagai internis membuatnya menjadi idola. Termasuk Tatiana.
Duda tampan, hot, dan dingin itu julukan Samudera. Para penggemarnya bukan hanya para perawat, koas, maupun dokter senior, tapi juga ada dari kalangan pasien. Tidak sedikit pasien yang mencoba mendekati Samudera dengan melakukan flirting bahkan mengirimkannya makanan, bunga, dan berbagai hadiah. Tapi namanya juga dokter dingin, ia tak pernah menanggapi semua itu. Sebab semua orang tahu, cinta Samudera hanya untuk Triana, mendiang istrinya.
Hingga suatu hari putri semata wayang Samudera mengalami muntaber membuatnya harus dirawat intensif di rumah sakit dan kebetulan perawat yang bertugas di bangsal putrinya dirawat adalah Tatiana. Tatiana yang lembut dan bersifat keibuan membuat putri semata wayang Samudera menyukainya.
"Sam, sepertinya Ariana sangat menyukai Tatiana," ujar ibu Samudra sambil melirik ke arah Tatiana yang sedang menyuapi Ariana, putri dari dokter Samudera. Sebenarnya sang nenek tadi ingin menyuapinya makan, tapi Ariana menolak keras. Ia hanya ingin makan asalkan Ariana yang menyuapinya.
Samudera yang juga sedang menyantap sarapannya melirik sekilas, kemudian fokusnya kembali ke nasi uduk yang tengah ia santap. Samudera bungkam. Ia tidak merespon perkataan ibunya sama sekali.
"Sepertinya ia calon ibu yang baik. Ariana pasti akan sangat bahagia bila Tatiana menjadi ibunya."
Samudera tetap diam. Ia tidak bergeming sama sekali. Samudera paham maksud dan tujuan ibunya mengatakan itu, tapi mau bagaimana lagi, Samudera seolah mati rasa. Hatinya seolah ikut mati. Rasanya membeku setelah kepergian sang istri untuk selamanya.
"Sam, sam-,"
"Ma, tolong jangan bahas ini di sini! Ini rumah sakit, bukan tempat untuk membahas hal pribadi," sergahnya dengan wajah masam. Samudera bahkan meletakkan sendoknya dengan kasar. Kemudian ia segera beranjak dari sana meninggalkan ruangan itu dengan segudang kekesalannya.
"Ayah," panggil Ariana, tapi Samudera yang kadung kesal dengan sang ibu membuatnya tak acuh pada putri semata wayangnya.
Melihat sang ayah pergi tanpa menoleh membuat wajah ceria Ariana mendung seketika. Tak lama kemudian, isakan kecil keluar dari bibir mungilnya membuat Tatiana dan neneknya panik.
"Ayah," cicit Ariana dengan bibir bergetar. Balita itu terisak-isak sambil menyebut nama sang ayah, membuat Tatiana iba.
"Eh, princess Tante kok nangis? Cup, cup, cup, jangan nangis ya, Sayang. Nanti matanya jadi kayak mata panda lho, memangnya Ana mau?" bujuk Tatiana sambil memangku balita itu.
"Kata tante Tiana betul, lho. Nanti matanya jadi gede terus menghitam kayak mata panda, ih masa' cucu nenek kayak panda sih?" timpal ibu Samudera mencoba membantu Tatiana membujuk Ariana.
Ariana terkekeh, "tapi panda kan lucu, Nek."
"Iya, lucu. Terus nanti pipi Ana dicubit-cubit orang karena lucu, mau?" Mama Samudera memasang wajah serius. Ariana memang paling tidak suka pipinya dicubit orang lain. Hanya Tatiana dan Samudera saja yang boleh mencubitnya, selainnya tidak. Bahkan kakek dan neneknya pun tidak boleh.
Ariana menggeleng dengan cepat sambil menutup kedua pipinya dengan telapak tangan.
"Nggak, Ana nggak mau."
"Nah, makanya, Ana jangan nangis lagi, oke?"
"Tapi ayah ... ayah malah sama Ana kan?"
"Siapa yang marah? Ayah itu lagi sariawan jadinya nggak bisa banyak ngomong. Kalo ngomong mulutnya sakit, makanya ayah diam aja. Bukan karena marah. Memangnya Ana salah? Nggak kan," tukas nenek Ariana membuat gadis kecil itu tersenyum kecil.
"Benelan, Nek? Kasian ayah dong. Apa ayah cakit kalena jagain Ana?" tanya bocah 3 tahun itu.
Sang nenek pun menggeleng, "bukan. Ayah hanya kekurangan vitamin C."
"Vitamin C? Vitamin C itu apa Tante?" tanya Ariana pada Tatiana.
"Vitamin C itu sesuatu yang tubuh kita perlukan untuk sehat. Nah vitamin C itu banyak terkandung di dalam buah-buahan yang sedikit asam seperti jeruk, mangga, stroberi, kayak gitu," jelas Tatiana membuat Ariana pun mengangguk meskipun ia tidak benar-benar paham.
...***...
Brakkk ...
"Mama apa-apaan sih, bikin kaget aja," omel Samudera saat sang mama masuk ke dalam ruangannya dan membanting pintu kasar. Untung saja sedang tidak ada pasien di ruangannya. Kalau ada, Samudera pasti akan merasa benar-benar malu.
"Kau itu yang apa-apaan, anak manggil-manggil malah melengos begitu aja. Kamu nggak mikir dampak sikap kamu ke psikis Ariana? Dia nangis sampai sesenggukan, ngirain kamu marah sama dia," omel sang mama membuat Samudera mencelos. Ia benar-benar tidak menyangka kalau sikapnya tadi membuat putri semata wayangnya itu bersedih. Lalu, tanpa memedulikan keberadaan sang ibu, Samudera pun gegas berlari ke ruangan sang anak yang tengah dirawat.
...***...
Yang baru, yang baru, yang baru, semoga aja banyak yang mampir. Tolong bacanya jangan lompat-lompat atau ditinggal-tinggal kak ya soalnya itu mempengaruhi retensi. Kalo retensi kecil, otomatis othor nggak dapat apa-apa. Entar othor malah kehilangan semangat nulis lho. Ini pun mau uji coba dulu, klo retensinya menyedihkan, terpaksa deh ceritanya othor gantung atau pindah. Tapi othor harap, othor tetap jadi penulis setia di sini. Menyuguhkan cerita gratis untuk kakak semua. Terima kasih.
...***...
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...
ksi lama2 yahh thir Tatiana pergi🤣🤣