NovelToon NovelToon
Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Beda Usia / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Ryu dan Ringa pernah berjanji untuk menikah di masa depan. Namun, hubungan mereka terhalang karena dianggap tabu oleh orangtua Ringa?

Ryu yang selalu mencintai apel dan Ringa yang selalu mencintai apa yang dicintai Ryu.

Perjalanan kisah cinta mereka menembus ruang dan waktu, untuk menggapai keinginan mereka berdua demi mewujudkan mimpi yang pernah mereka bangun bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 : Novel Fiksi

2 tahun setelah pengusiran.

Hana benar-benar tidak pernah kembali dan menghilang setelah kejadian terakhir kami di kebun apel. Aku selalu mencarinya, tapi sia-sia, tidak ada titik terang keberadaan dirinya.

Aku duduk di salah satu sudut Apple Dome, sebuah kafe kecil yang nyaman di kotaku. Di depanku, secangkir kopi hitam mengepul pelan, aromanya menyatu dengan harumnya apel segar yang terpajang di meja-meja sekitar. Di antara apel-apel itu, satu apel merah menarik perhatianku. Dan seketika, aku kembali mengingat Ringa.

Ringa dan aku tumbuh bersama. Kebun apel keluarga kami adalah tempat kami bermain, tempat kami menemukan dunia kecil kami yang penuh dengan petualangan. Setiap musim panen, kami akan berlari-lari di antara pohon-pohon, tertawa, memetik apel yang paling merah dan paling segar. Aku bisa merasakan lagi tawa ceria kami yang mengisi udara kebun itu. Namun, kenangan indah itu kini terasa seperti pedang bermata dua, menyayat hatiku setiap kali teringat.

Hubunganku dengan Ringa adalah sesuatu yang indah namun rumit. Kami adalah sepupu, dan keluarga Ringa tidak pernah bisa menerima perasaan yang tumbuh di antara kami. Ketika hubungan kami akhirnya terungkap, aku diusir dari rumah mereka dengan keras. Mereka mengatakan bahwa hubungan kami adalah aib dan tidak dapat diterima.

Aku masih ingat hari itu dengan jelas. Ringa menangis, memohon kepada keluarganya, tetapi tidak ada yang mendengarkan. Aku merasa seperti dunia runtuh di sekitarku. Dalam sekejap, aku kehilangan bukan hanya cinta dalam hidupku, tetapi juga keluarga dan tempat yang selalu kuanggap sebagai rumah kedua.

Dua tahun telah berlalu sejak hari itu. Setelah pengusiran, aku terjebak dalam kegelapan yang pekat. Depresi menghantamku dengan keras. Hari-hariku dipenuhi dengan rasa sakit dan kesepian yang tak tertahankan. Setiap sudut kota ini mengingatkanku pada Ringa. Setiap apel yang kulihat membawa kembali kenangan masa kecil kami.

Aku mencoba melanjutkan hidup, tetapi bayangan Ringa selalu menghantui. Aku kehilangan pekerjaan karena tidak bisa berkonsentrasi. Setiap malam, aku terjaga, menangisi nasibku, bertanya-tanya mengapa cinta kami harus dihukum seberat ini.

Malam-malam itu adalah yang terberat. Ada kalanya aku merasa begitu putus asa, merasa bahwa hidupku sudah tidak ada artinya lagi. Teman-teman mulai menjauh, mungkin karena mereka tidak tahu bagaimana harus membantuku. Aku sendiri pun tidak tahu apa yang harus kulakukan. Rasanya seperti terjebak dalam lubang yang sangat dalam, tanpa harapan untuk keluar.

Namun, di saat-saat tergelap itu, ada satu cahaya kecil yang akhirnya mulai menyinariku. Aku ingat, pada suatu malam, aku berdiri di tepi jembatan, memandang air di bawah yang mengalir deras. Aku berpikir untuk mengakhiri semuanya. Tapi kemudian, bayangan Ringa muncul di benakku. Aku teringat senyumnya, tawanya, dan semua hal indah yang kami alami bersama. Ringa adalah alasan aku bertahan selama ini. Aku tahu, jika aku menyerah, aku akan mengecewakannya.

Proses penyembuhan itu tidak mudah dan tidak cepat. Setiap hari adalah perjuangan. Aku mulai bekerja paruh waktu di sebuah toko buku kecil. Pekerjaan itu membantuku mengalihkan pikiran, meskipun hanya untuk beberapa saat. Aku juga mulai mengeksplorasi hobi baru, sesuatu yang bisa mengisi waktu dan pikiranku.

Hobi baruku ialah membaca buku, aku ingat saat itu membaca buku novel fiksi, cerita tentang seseorang yang mati ribuan kali dan kembali hidup demi menyelamatkan dunia.

Aku mulai membaca dengan penuh semangat, membenamkan diriku dalam kisah fiksi yang penuh petualangan dan intrik. Buku itu menjadi pelarianku dari kenyataan, memberikan secercah harapan bahwa bahkan dalam penderitaan, ada peluang untuk menemukan kembali tujuan hidup. Karakter utama dalam buku itu, seorang pahlawan bernama Seojin, terus berjuang meskipun menghadapi kematian berulang kali. Seojin memberiku inspirasi untuk tidak menyerah. Setiap kali aku membuka halaman baru, aku merasa seperti menemukan kekuatan baru untuk melanjutkan hidup. Aku penasaran, siapa penulis dari novel ini, karena karakter yang dia buat, benar-benar menginspirasiku.

"Bagaimana mungkin dia bisa terus berjuang?" gumamku suatu malam, saat membaca adegan di mana Seojin kembali bangkit setelah kekalahan yang menyakitkan. "Kalau aku ada di posisinya, mungkin aku sudah menyerah sejak lama."

Seojin adalah seorang pejuang yang terjebak dalam siklus kematian dan kebangkitan. Setiap kali dia mati, dia kembali hidup di awal sebuah hari yang penting, diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan menyelamatkan dunia dari kehancuran. Pada awalnya, dia merasa putus asa dengan nasibnya, merasa bahwa semua usahanya sia-sia karena dia terus kembali ke titik awal. Namun, seiring waktu, dia mulai menyadari bahwa setiap kegagalan memberinya pelajaran baru, dan dia menggunakan pengetahuan itu untuk mendekati tujuannya sedikit demi sedikit.

"Sepertinya aku juga seperti Seojin," pikirku. "Setiap hari terasa seperti mengulang kesedihan yang sama. Tapi mungkin, ada pelajaran yang bisa aku ambil dari semua ini."

Cerita Seojin begitu menggugah karena dia tidak hanya menghadapi musuh dari luar, tetapi juga dari dalam dirinya sendiri. Dia berjuang melawan ketakutan, keraguan, dan keputusasaan. Ada kalanya dia merasa begitu lelah, ingin menyerah, tetapi selalu ada sesuatu yang membuatnya bangkit lagi. Entah itu ingatan tentang orang-orang yang dia cintai, atau harapan untuk dunia yang lebih baik, Seojin terus maju meskipun jalan di depannya begitu sulit.

"Ketakutan dan keputusasaan... Aku juga merasakannya," bisikku pada diriku sendiri, "Tapi jika Seojin bisa menemukan alasan untuk terus berjuang, mungkin aku juga bisa."

Ada satu bagian dalam buku itu yang benar-benar menggugahku. Seojin, setelah mengalami kekalahan yang sangat menyakitkan, berdiri di tepi jurang, hampir menyerah pada keputusasaan. Dia melihat ke bawah, memikirkan betapa mudahnya mengakhiri semuanya dan mengulangi semuanya dari awal. Namun, dalam momen itu, dia teringat senyuman ibunya, kata-kata penyemangat dari sahabatnya, dan semua orang yang mempercayainya. Dengan air mata mengalir di wajahnya, dia memutuskan untuk melanjutkan perjuangannya. Dia menyadari bahwa menyerah berarti mengkhianati semua orang yang telah mempercayainya dan segala hal yang dia perjuangkan.

"Sepertinya aku tahu perasaan ini," kataku pelan, memandang ke luar jendela kamarku yang gelap. "Malam itu, di jembatan... aku hampir menyerah juga. Tapi aku teringat Ringa, dan semua hal yang pernah kami alami bersama. Mungkin, itu yang membuatku bertahan."

Keputusan Seojin untuk terus berjuang menginspirasiku untuk mencari bantuan. Pagi berikutnya, aku mendatangi seorang terapis yang direkomendasikan oleh seorang teman lama. Pada awalnya, aku merasa enggan untuk berbicara, untuk membuka diri tentang rasa sakit dan penderitaanku. Namun, perlahan-lahan, aku mulai merasa lebih lega. Penulis dari buku ini membantuku melihat bahwa hidupku belum berakhir. Dia membantuku memahami bahwa meskipun aku kehilangan Ringa, aku masih punya kesempatan untuk menemukan kebahagiaan.

"Apakah mungkin aku bisa menemukan kebahagiaan lagi?" tanyaku pada diriku sendiri saat berjalan menuju tempat kerjaku, sambil memegang novel fiksi yang membuat diriku bangkit perlahan. "Seojin bisa melakukannya. Mungkin, aku juga bisa."

Seiring waktu, aku mulai melihat perubahan dalam diriku. Meskipun luka itu masih ada, perlahan-lahan aku belajar untuk hidup berdampingan dengannya. Aku menyadari bahwa rasa sakit itu adalah bagian dari siapa diriku sekarang, tetapi tidak perlu mengendalikan hidupku sepenuhnya. Ada hari-hari di mana aku masih merindukan Ringa dengan sangat, tetapi aku juga menemukan momen-momen kebahagiaan yang kecil dalam keseharian.

"Setiap hari adalah kesempatan baru," aku berkata kepada bayangan diriku di cermin. "Mungkin, seperti Seojin, aku bisa belajar dari setiap kegagalan dan menjadi lebih kuat."

Membaca kisah Seojin juga membantuku melihat bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk bangkit kembali. Dalam cerita itu, Seojin tidak pernah benar-benar sendirian. Dia memiliki teman-teman yang mendukungnya, memberikan semangat dan bantuan ketika dia membutuhkannya. Aku menyadari bahwa aku juga memiliki orang-orang di sekitarku yang peduli padaku, meskipun aku merasa terisolasi dan sendirian. Aku mulai membuka diriku lebih banyak kepada teman-temanku, berbagi cerita dan rasa sakitku, dan menemukan bahwa mereka siap mendukungku dalam setiap langkah perjuanganku.

"Aku harus berani membuka diri," gumamku suatu malam. "Jika Seojin bisa mengandalkan teman-temannya, aku juga harus belajar untuk mengandalkan orang lain."

Dalam proses penyembuhan ini, aku juga belajar untuk memaafkan. Memaafkan keluarganya Ringa, memaafkan diriku sendiri, dan bahkan memaafkan keadaan yang memisahkan kami. Meskipun itu bukan hal yang mudah, aku menyadari bahwa memaafkan adalah langkah penting untuk benar-benar melepaskan rasa sakit dan melanjutkan hidup. Dengan memaafkan, aku tidak lagi membiarkan kemarahan dan kebencian menguasai diriku. Aku mulai melihat dunia dengan perspektif yang lebih terbuka dan penuh kasih.

"Memaafkan tidak berarti melupakan," aku berkata pada diriku sendiri. "Ini tentang membebaskan diriku dari beban kebencian dan kemarahan."

Setiap kali aku membaca lebih banyak tentang perjalanan Seojin, aku merasa seolah-olah dia adalah temanku sendiri, seseorang yang memahami rasa sakit dan perjuanganku. Dia menjadi semacam pemandu dalam kegelapan, menunjukkan bahwa meskipun hidup ini penuh dengan tantangan, selalu ada cara untuk menemukan jalan keluar. Aku merasa bahwa jika Seojin bisa terus berjuang, maka aku juga bisa.

"Seojin, terima kasih," aku sering berkata pada buku yang kubaca, seolah-olah dia bisa mendengarku. "Kisahmu memberiku harapan dan kekuatan."

Dalam buku itu, ada juga momen-momen kebahagiaan yang ditemukan Seojin di tengah-tengah perjuangannya. Meskipun hidupnya penuh dengan pertempuran dan kesulitan, dia menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil: senyuman dari orang-orang yang dia selamatkan, pemandangan matahari terbenam setelah pertempuran yang panjang, dan momen-momen ketenangan di antara kekacauan. Aku mulai belajar untuk menghargai momen-momen seperti itu dalam hidupku sendiri. Meskipun rasa sakit dan kesedihan masih ada, aku mulai menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana: aroma kopi yang baru diseduh, keindahan senja, dan tawa seorang anak di taman.

"Seojin bisa menemukan kebahagiaan di tengah kesulitan," pikirku. "Aku juga harus belajar untuk melakukan hal yang sama."

Saat aku menutup novel fiksi ini, akhir ceritanya benar-benar luar biasa dan menginspirasi. Aku merasakan kelegaan dan harapan yang baru, sesuatu yang sudah lama tidak kurasakan. Ketika aku menoleh, seorang gadis cantik, seumuran denganku, duduk tepat di sebelahku di toko buku ini.

"Kamu membaca karyaku?" tanyanya dengan senyum lembut.

Aku terkejut, "Siapa kamu?"

"Namaku Laura," jawabnya dengan tenang, "Aku penulis buku yang baru saja kamu baca."

Mulutku ternganga sebentar sebelum aku bisa berbicara. "Wow, ini... sungguh tidak terduga. Ceritamu benar-benar luar biasa. Terima kasih telah menulisnya. Itu memberi saya harapan yang sangat saya butuhkan."

Laura tersenyum lebih lebar, tampak tulus dan penuh rasa syukur. "Aku senang mendengar itu. Apa yang membuatmu tertarik pada cerita ini?"

Aku menghela napas, berusaha merangkai kata-kata untuk menjelaskan. "Seojin, karakternya... perjuangannya... Itu semua terasa sangat nyata bagi saya. Saya sedang melalui masa yang sangat sulit, dan membaca tentang bagaimana dia terus berjuang meskipun terus-menerus menghadapi kematian dan kegagalan, itu sangat menginspirasi. Rasanya seperti melihat cermin, tapi dengan akhir yang lebih cerah."

Laura mengangguk, matanya menyiratkan pengertian yang mendalam. "Kisah Seojin memang didasarkan pada pengalaman pribadi yang mendalam. Saya menulisnya saat saya sendiri menghadapi masa-masa sulit. Menulis tentang perjuangannya membantu saya melalui masa-masa itu."

"Benarkah?" tanyaku, sedikit takjub. "Bagaimana kau bisa terus menulis dan menemukan inspirasi, meskipun sedang dalam masa sulit?"

Dia menghela napas, mengalihkan pandangannya sejenak sebelum kembali menatapku. "Setiap hari adalah perjuangan, tapi menulis adalah cara saya menyembuhkan diri. Saya ingin berbagi kekuatan dan harapan dengan orang lain yang mungkin sedang berjuang, seperti yang kamu rasakan sekarang."

Aku terdiam sejenak, merenungkan kata-katanya. "Laura, ceritamu benar-benar membantu. Terima kasih."

Dia mengangguk, menyentuh lenganku dengan lembut. "Aku senang bisa membantu. Dan aku yakin, kamu juga bisa menemukan jalanmu. Jangan pernah menyerah."

Pertemuan itu memberi semangat baru dalam hidupku. Laura dan aku mulai sering bertemu di toko buku itu, berbagi cerita dan inspirasi. Kami berbicara tentang Seojin, tentang kehidupan, tentang bagaimana menemukan kekuatan dalam diri sendiri.

Pertemuan tak terduga dengan Laura, penulis yang kisahnya telah mengubah hidupku, membawa perubahan besar dalam hidupku. Dengan dukungannya, aku menemukan kekuatan dalam diriku untuk terus berjuang dan menemukan kebahagiaan.

Seperti Seojin, aku akan terus berjuang, menemukan kebahagiaan di setiap langkah perjalananku. Dan dengan keyakinan baru ini, aku tahu bahwa aku bisa menemukan jalan keluar dari kegelapan, menciptakan kisah baru yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan.

1
ᴋɪᷡɴᷟɢ
Cerita ini kompleks, jujur unexpect banget ternyata Inggit ada hubungannya dengan bapaknya Ringa. Dunia memang sesempit itu, gue penasaran bgt sama lanjutannya, buat Author walaupun ceritanya sepi, sampai disini gue akuin ini cerita bener-bener masterpiece, gue gak nyangka dan diluar nalar banget.. bikin cliffhanger yang bagus di setiap episodenya, gila author nya diluar nalar cooook
Mitsuha
Itu kebun apelnya Abang Ryu sama Ringa, maen ngomong kita aja
Mitsuha
Novelnya bagus bangeeeet🫶🏻🫶🏻🫶🏻
流大伊佐山豊
Cepet banget, update thooor update
流大伊佐山豊
Laura idup lagi?
流大伊佐山豊
Apel
流大伊佐山豊
Gila sih, apasih lawak woy lawak.. meninggal? tiba2 bangeeeeeeeeeet
流大伊佐山豊
Hana b*b*
流大伊佐山豊
Ryu nih masih naif, apakah dia akan jadi Xu Zhu?
流大伊佐山豊
Anzaaaaaay Ryu dan Ringa ga siiii 😂😂
流大伊佐山豊
Ryu dan Hana ga sih 😂
流大伊佐山豊
Lah emang bener kata si Hana, Ryu ini bener-bener gak bisa lepas dari Ringa.. tapi Hana juga ya elah Hana Hana
流大伊佐山豊
Stress nih cewe
流大伊佐山豊
Kocak banget Hana, astagaaa
流大伊佐山豊
Niat banget si Laura
流大伊佐山豊
Laura.. Beautiful name
流大伊佐山豊
Asli keluarganya Ringa kelewatan
ona
hana redflag banget woy /Right Bah!/
ona
eh hana bjir banget /Panic/
流大伊佐山豊
Orangtuanya Ringa kolot ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!