Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. LD (change dimensions) 26
"Apakah kamu memiliki saudara?" Leora bertanya.
Aron segera membuang pandangan ketika wanita itu menoleh, menghindari kontak mata sebanyak yang ia bisa. Namun, wanita itu justru kembali mengatakan sesuatu yang tidak pernah ia duga.
"Apakah dia kakak perempuanmu? Seseorang yang bisa menguasai tujuh jenis sihir?" tanya Leora lagi.
Aron menoleh dengan gerakan cepat, membuat wanita itu tersenyum lembut, namun tidak menuntut penjelasan.
"Tidak perlu dijelaskan jika itu berat bagimu," ucap Leora.
"Jika kamu bertanya dari mana aku mengetahuinya,,,,"
Leora menggantung kalimatnya, tersenyum tipis kala melihat pria di sampingnya menunggu apa yang akan ia katakan dalam diam, lalu satu tangan Leora terangkat dan memberikan sentilan di dahi pria itu.
"Aw,,, Apa-apaan?" sungut Aron sembari mengusap dahinya sendiri.
"Itu karena kepalamu transparan," ucap Leora terkekeh.
"Bisakah kamu memberikan jawaban yang lebih masuk akal?" sambut Aron.
"Tidak!" jawab Leora menjulurkan lidah.
"Aku bahkan berada ditempat yang berisi begitu banyak hal tak masuk akal, mengapa aku harus memberimu jawaban masuk akal?" imbuhnya.
Aron memejamkan mata, menghembuskan napas cepat sebelum ia mengacak gemas puncak kepala wanita di sampingnya.
"Dasar,"
"Aahh,,, Singkirkan tanganmu!" sungut Leora menepis tangan pria itu dari kepalanya.
"Kau merusak rambutku!" imbuhnya.
"Jangan khawatir, aku bisa memperbaikinya dalam sekejap," jawab Aron tanpa beban.
Pria itu kembali mengacak gemas rambut wanita di sampingnya yang berusaha menghindar namun gagal, hingga membuat pria itu tertawa lepas setelah melihat wajah cemberut Leora.
Tanpa pria itu sadari, Leora tersenyum tipis ketika melihat sahabatnya kembali tertawa, detik berikutnya ia kembali mengarahkan pandangan pada danau di depan mereka.
"Pernahkah kamu mendengar tentang Dewi Bulan, Aron?" tanya Leora tiba-tiba.
"Tidak," Aron menjawab.
"Apakah itu ada di salah satu buku yang selalu kamu baca?" tanyanya sembari mengarahkan pandangan ke danau seperti yang di lakukan Leora.
"Ya," jawab Leora.
"Dewi Bulan dalam mitologi Yunani yang di kenal sebagai Selene. Wanita cantik berambut panjang dan mengenakan mahkota bulan sabit di kepalanya,"
"Ketika aku masih kecil, seseorang pernah berkata padaku bahwa Dewi Bulan akan melintasi langit malam ketika bulan terlihat sempurna seperti sekarang,"
"Jika kita berharap Dewi Bulan untuk datang, maka dia akan datang untuk menghibur kita ketika kita tengah bersedih,"
"Dan kamu percaya dengan cerita itu?" tanya Aron meoleh cepat sembari menyipitkan mata.
Leora menaikan bahunya, lalu tersenyum sebelum memberikan jawaban,
"Tidak, tapi hal itu menjadi penghibur terbaik ketika kita tidak bisa menceritakan kepada siapapun apa yang tengah kita hadapi dan kita bisa menceritakan semuanya pada Dewi Bulan,"
"Apa yang ingin kamu lakukan, keputusan apa yang harus kamu ambil, dan siapa yang harus kamu pilih. Kamu bisa mendapatkan jawabannya,"
"Bukankah Dewi Bulan itu tidak nyata?" Aron menyela.
"Tentu saja," sahut Leora terkekeh pelan.
"Dewi Bulan hanya kisah mitologi yang terkadang diubah menjadi dongeng pengantar tidur, namun hal itu jugalah yang dapat menumbuhkan harapan untuk anak-anak yang mendengarnya,"
Aron kembali mengarahkan pandangan ke danau, merasakan hatinya menjadi lebih tenang hanya dengan mendengar apa yang di katakan wanita itu padanya meski apa yang ia dengar hanya mitos belaka.
Suasana berubah hening setelah Leora tidak lagi bicara, keduanya hanya menikmati pemandangan malam yang ada di depan mereka.
"Ini sudah malam, ayo kembali ke ten_,,,da,"
Aron menyelesaikan kata terakhir dengan suara pelan ketika bahunya tiba-tiba terasa berat. Hal yang cukup untuk membuat pria itu menoleh hanya untuk melihat Leora tertidur di bahunya.
Selama beberapa saat, pria itu mengamati wajah Leora yang telah terlelap dengan hembusan napas teratur, satu tangannya terulur untuk menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Leora dan menyelipkannya ke belakang telinga, lalu tersenyum.
"Kamu terlihat sangat cantik ketika tidur, Lea," Aron bergumam pelan.
"Kamu bahkan bisa merubah suasana hatiku menjadi lebih baik dengan begitu mudah, terima kasih sudah hadir dalam hidupku,"
Pria itu tetap bertahan dengan posisinya selama beberapa saat sebelum mengangkat tubuh Leora menuju tenda.
.
.
.
# Keesokan harinya...
"Pegang gagang pedangnya seperti ini,"
Aron berkata sembari membenarkan jari tangan Leora dalam memegang gagang pedang, menutupi tangan wanita itu menggunakan telapak tangannya, lalu memberikan gerakan ringan dalam mengayunkan pedang. Posisi yang justru membuat keduanya tidak memiliki jarak.
Berulang kali Aron mencuri pandang ketika ia berada di belakang Leora sembari membimbing wanita itu dalam mengayunkan pedang. Menikmati keseriusan di wajah wanita itu dalam berlatih menggunakan pedang.
Hari-hari yang mereka lalui selama perjalanan, mereka juga menggunakan waktu yang ada untuk berlatih. Hal mengejutkan terjadi ketika Leora bisa menguasai seluruh gerakan menggunakan pedang dalam waktu singkat
Hingga tanpa terasa, mereka akhirnya tiba di sebuah pemukiman di mana sebagian besar orang-orang yang berada di dalamnya adalah mereka yang pernah tinggal di Asra.
Leora dan Aron mengenakan jubah dengan penutup yang menutupi kepala mereka, menghindari para penduduk agar tidak ada yang mengenali keduanya. Namun, saat mereka akan diarahkan menuju tempat peristirahatan, Leora menahan tangan Aron dengan kepala mendongak.
"Tunggu, Aron," ucap Leora.
"Ada apa?" Aron bertanya.
"Erebus datang," jawab Leora.
Aron melebarkan kedua matanya, mengarahkan pandangan pada satu arah yang sama, namun tidak melihat apapun. Beberapa detik berikutnya, ia baru merasakan kehadiran Erebus seperti yang wanita itu katakan.
"Kamu bisa merasakannya lebih cepat?" Aron bertanya lagi.
"Aku melihat kepulan asap hitam yang bergerak, dan aku juga merasakan hal yang sama ketika pergelangan tanganku sakit," terang Leora.
"Kita bersembunyi untuk sementara waktu," ucap Aron.
"Tapi, bagaimana jika dia menyakiti orang-orang?" tanya Leora.
"Ada mereka." jawab Aron sembari menunjuk Zohar, Xavier dan Fergus menggunakan dagunya.
Tepat saat Aron akan menarik tangan wanita itu memasuki sebuah rumah untuk bersembunyi, kabut hitam sudah lebih dulu menyelimuti seluruh pemukiman yang mambuat semua orang tidak bisa bergerak termasuk Aron.
"Tak ku sangka, ternyata kau benar-benar datang ke tempat ini," ujar Erebus.
"Raegan,"
Aron segera berdiri di depan Leora dengan susah payah, berusaha melawan tekanan sihir yang membelenggu tubuhnya sekaligus menggunakan sihir miliknya ketika Erebus bergerak lebih cepat menghentakkan sabit di tangannya, membuat kabut hitam di sekitar menjadi lebih pekat hingga membuat semua orang berlutut seolah ada sesuatu yang menarik tubuh mereka ke bawah.
'Raegan? Siapa?' batin Leora.
"Terima kasih sudah membawa dia kembali," Erebus berkata lagi dengan pandangan tertuju pada Leora yang juga tengah berlutut.
"Aku sudah berulang kali datang ke tempat ini dan tidak menemukanmu, tapi hari ini kau justru mengantarkan nyawamu sendiri,"
Aron mengepalkan kedua tangannya dengan tak berdaya kala melihat Erebus mendekat dan berdiri tepat di depan Leora.
"Bagaimana mungkin kau berada tepat di depanku tapi aku tidak merasakan sedikitpun keberadaanmu. Kurasa Nona akan senang jika aku membawamu," ucap Erebus.
"Dalam mimpimu!"
'JLEBB,,,!'
. . . .
. .. .
To be continued...
\=\=> Salam Hangat untuk readers tersayang...<\=\=
Mampir juga yuk ke karya Author satu ini...
Kisah seru dari Moms TZ siap untuk menemani waktu santaimu...
produktif sekali thorrr/Drool//Drool/
why/Curse//Curse//Curse//Curse/
terasa horor /Joyful//Joyful//Facepalm/