Malam itu petir mengaum keras di langit, suara gemuruhnya bergema. Angin mengamuk, langit menangis, meneteskan air dengan deras. Alam seolah memberi pertanda, akan datang suatu bencana yang mengancam sebuah keluarga.
Clara seorang ibu beranak satu menjadi korban ghibah dan fitnah. Sampai mati pun Clara akan ingat pelaku yang sudah melecehkannya.
Akankah kebenaran akan terungkap?
Siapa dalang di balik tragedi berdarah ini?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Risya
"AAAAAAAAAA!"
"Dila, sadar, Dila!" Salman menarik tubuh Dilara.
Dilara tiba-tiba mencekik leher Ella. Salma juga berusaha melepaskan cengkraman tangan Dilara di leher Ella.
"Uhuk, uhuk. Gila lu Dila! Kalian masih percaya sama orang gila! Dia yang jahat sama gue," Ella memegang lehernya dan meninggalkan parkiran mobil.
"Dila, lu beneran gila?" Vira menatap ke arah Dilara yang melototkan matanya.
"Maaf, dia bukan Dilara. Dia kesurupan," Dira muncul di tengah kerumunan.
Dira mencoba berkomunikasi dengan sosok yang ada di dalam tubuh Dilara. Dan ternyata sosok itu tidaklah jahat. Dia memperkenalkan dirinya kepada Dira, Salman, Salma dan beberapa mahasiswa yang ada di sana. Mereka semua akhirnya masuk ke dalam kampus dan duduk santai di taman.
Sosok itu bernama Risya. Risya adalah teman sekelas Ella waktu SMP. Risya terkenal pendiam. Risya juga anak yang pintar tapi tidak percaya diri. Risya mempunyai luka di pipi kanannya. Luka yang dia dapat ketika jatuh dari sepeda. Keluarga Risya tidak mampu untuk mengoperasi wajahnya.
Risya ke sekolah selalu menutup wajahnya dengan masker. Dan Ella melihat wajah Risya saat berada di kamar mandi sekolah. Sejak saat itu Risya selalu jadi bahan bullyan di sekolah.
Risya pernah dikurung di kamar mandi. Risya selalu mengerjakan PR Ella. Risya juga pernah diundang Ella ke ulang tahunnya. Saat itu Risya merasa Ella sudah menganggapnya sebagai teman. Ella sangat baik terhadapnya. Eh ternyata, Ella merencanakan sesuatu padanya.
Risya yang belum pernah merasakan makan ayam goreng cap kakek berkaca mata, merasa bahagia saat itu. Untuk pertama kalinya dia mempunyai teman. Risya berpikir setelah hari ini dia tidak akan lagi dibully teman-temannya. Risya akan kembali ke kehidupan normalnya.
Risya ingat, hari itu Ella meminta maaf pada Risya karena selama ini jahat terhadapnya. Ella akan mentraktir Risya makan sepuasnya. Setelah makan dan minum sepuasnya, Risya ngantuk berat. Dan setelah Risya membuka mata, Risya berada di atas tempat tidur bersama dua orang cowok di sisi kiri dan kanannya.
Mereka memang tidak melakukan apa-apa karena mereka masih berpakaian lengkap. Tapi Ella merekayasa seolah terjadi apa-apa di antara Risya dan kedua cowoknya. Dengan mengambil foto-foto adegan mesra mereka di atas tempat tidur.
Ella terus mengancam Risya akan menyebarkan foto-fotonya. Setiap hari bullyan terhadap dirinya semakin menjadi. Risya lelah fisik dan hati selalu menjadi badut penurut. Sampailah batas kesabaran. Risya berontak, melawan setiap perintah Ella dan juga teman-teman yang selama ini membullynya. Ella langsung menyebarkan foto-foto Risya di chat grup sekolah. Dengan cepat foto itu tersebar sampai terdengar guru pengajar.
Bullyan, cacian, makian, hinaan terhadap Risya bertambah parah. Saat itu Risya merasa seluruh dunia memandang rendah dirinya. Tidak ada yang membelanya. Risya dicubit, dipukul, dijambak seolah Risya aib penuh noda yang harus segera disingkirkan dari dunia.
Risya juga dipanggil ke ruangan guru. Risya menyangkal semua tuduhan Ella kepadanya. Risya menceritakan semua hari-hari yang dia lalui di sekolah sampai puncaknya di acara ulang tahun Ella. Risya meminta kepada pihak guru untuk meminta rekaman CCTV ke restoran ayam goreng dan hotel tempat Risya, Ella dan teman-temannya saat merayakan ulang tahun pada tanggal 01 November kemarin.
Risya menangis, berlari naik ke tempat paling tinggi di sekolahnya. Di rooftop ini lah Risya sering bersembunyi, menangis, curhat sama tembok. Karena hanya itu yang bisa Risya lakukan. Tanpa dia sadari, Ella dan teman-teman satu gengnya mengikuti Risya dan menemukan tempat persembunyiannya.
Ella marah, Risya tetap saja tidak menuruti semua perintahnya. Ella menarik kerah baju Risya, melayangkan tamparan ke kiri dan kanan wajahnya. Risya juga membalas menampar kedua sisi wajah Ella.
"Cukup! Ella, apa lu gila! Mengapa lu sering menyiksa gue? Apa salah gue!" Risya memegang pipinya yang terasa kaku.
"Karena lu monster, gue jijik lihat lu. Seharusnya lu gak berada di tempat ini," jawab Ella enteng.
"Gue juga manusia, seperti lu!" Risya meneteskan air mata.
"Lu bukan manusia, pergi sana! Lu jelek!" Ella mendorong tubuh Risya.
Risya berkali-kali menahan tubuhnya. Ella terus saja mendorong dan Risya terjatuh dari lantai empat sekolahnya. Kepalanya mendarat tepat di sebuah batu taman sekolah. Ella dan teman-temannya dari atas melihat Risya yang bersimbah darah.
"Tolong! Toloooooong!" Ella berteriak dari rooftop sekolah.
Sontak saja siswa-siswi mencari sumber suara dan mereka mengarah ke tempat yang ditunjuk Ella. Suasana di sekolah riuh, gempar ketika mereka melihat Risya sudah tidak bernyawa.
Ella menangis histeris di depan jasad Risya. Ella kembali menyebar kebohongan. Risya stress dan ingin mengakhiri hidupnya. Ella dan teman-teman berusaha menghentikan niatnya dan menyadarkan Risya sampai terjadi adu mulut dan sedikit perkelahian. Tapi Risya mantap dengan keputusannya. Risya melompat dari rooftop.
"Benar yang dikatakan Risya. Gue saksi di mana Risya sering mendapatkan bullyan. Maaf Risya, saat itu gue datang terlambat," seorang cowok tiba-tiba saja berdiri dan memperkenalkan namanya Kona.
"Kona," Risya mengenali Kona salah satu orang yang disukai Ella waktu di SMP.
Kona dulu sering menghabiskan waktunya di rooftop sekolah. Kona sengaja menghindar dari serbuan teman ceweknya. Karena Kona satu-satunya cowok ganteng di sekolahnya. Kona sering melihat Risya menangis dan curhat pada dinding di rooftop sekolah. Tanpa Risya sadari selama bertahun-tahun Risya curhat pada Kona. Karena Kona bersembunyi tepat dibelakang tembok.
"Risya, maafkan gue yang saat itu hanya seorang siswa SMP. Gue gak punya keberanian. Gue punya bukti rekaman CCTV di atas rooftop saat Ella mendorong lu. Gue akan serahkan bukti itu kepada polisi. Kembalilah ke alammu. Gue juga sering mengirimkan doa untukmu," kata Kona.
"Risya, kami semua yang ada di sini juga sangat prihatin atas cerita mu. Kami juga akan membantu membersihkan nama baik mu," sahut Dira.
"Iya,"
"Kami juga,"
Semua yang ada saat itu meneteskan air mata. Mereka semua merasa apa yang dirasakan Risya. Betapa berat hari-hari yang dilalui Risya di masa beranjak remajanya.
Dan Risya mengucapkan terima kasih karena mereka telah mendengar curahan hatinya. Risya juga meminta maaf kepada Dira, Salman dan Salma. Karena dirinya lah mereka dikejar setan-setan saat pulang dari Desa Ghibah. Risya juga minta disampaikan maaf dan terima kasihnya kepada Dilara yang sudah meminjamkan tubuhnya.
Risya tersenyum, akhirnya selama bertahun-tahun setelah dirinya menjadi arwah penasaran, masih ada orang yang berbaik hati kepadanya. Mereka yang hadir saat ini tidak memperdulikan dirinya yang sudah berbeda alam dengan mereka.
"Terima kasih untuk kalian semua, aku pamit," Risya akhirnya keluar dari tubuh Clara.
Dilara membuka matanya, Dilara menatap di depannya ada seorang gadis cantik, bersinar dengan wajah yang begitu berkilau tersenyum dan melambaikan tangannya. Gadis itu perlahan naik ke atas langit dan menghilang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...