NovelToon NovelToon
Eternal Fog

Eternal Fog

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Sci-Fi / spiritual / Sistem / Persahabatan
Popularitas:841
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Kabut berbahaya yang disebut dengan Eternal Fog kerap kali menyerang kota. Tingkatan berbahaya dan jenis yang ditimbulkan kabut tersebut berbeda-beda. Ada beberapa warna yang membedakan jenis-jenis kabut tersebut. Ada pun penyebab Eternal Fog adalah semburan napas dari monster yang disebut Strano dan menghuni area di luar kota yang disebut Danger Mori. Oleh karena itu, keamanan kota dijaga oleh para Occhio. Sebutan untuk para pembasmi Strano dan Eternal Fog.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16 Ivory

"Namaku Astero," sapa seorang occhio kelas C yang kebetulan serempak menghabisi seekor strano bersama Archie.

Gadis itu terdiam, seraya mengelap pedangnya yang menyisakan bekas darah. Mengabaikan tangan occhio yang bernama Astero itu.

"Apakah kamu penggemar berat Eliot?" tembak Astero yang berhasil menghentikan langkah Archie yang hendak melanjutkan misi berburu strano di tengah-tengah kabut.

Lelaki itu tersenyum, lantas mendekat ke Archie.

"Matamu selalu melirik pada pria itu ketika melatih para occhio kelas A. Aku melatih tidak jauh dari tempatmu berada. Tapi, aku memang selalu memperhatikan. Sebab kamu seorang occhio misterius. Sifatmu mendadak berubah ketika melatih kelas A itu. Pasti karena ada Eliot yang mengawasi. Serangan bertubi-tubi dan akurat. Kamu terinspirasi darinya, bukan!? Ah, aku tidak akan menyebut itu meniru. Sebab kamu punah ciri khas sendiri. Itu adalah cara bertarung milikmu, bukan hasil meniru Eliot."

Wushhh!

Gadis itu bergerak seperti angin. Tubuhnya melaju anggun nan kokoh. Seekor occhio bersembunyi di batu. Dengan beberapa ekor tampak di beberapa bebatuan lainnya. Astero menyusul.

ZING ZING ZING!

ZING ZING ZING!

Serangan Archie membuat strano terpotong menjadi beberapa bagian hingga tak terbentuk lagi wujudnya. Sementara Astero hanya mengincar titik lemah. Cukup sampai sana seharusnya bisa mengalahkan strano.

Masing-masing telah membunuh dua lima ekor.

"Aku sudah beberapa kali melihat rekamanmu. Anehnya, misi setelah kamu mengalami serangan fatal pada saat kamera pengawas bermasalah itu membuatmu sedikit berbeda. Kamu lebih membabi-buta dalam menyerang. Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan."

Gelang tipis pada kedua occhio itu masih berkedip-kedip merah. Pada strano masih bersembunyi di sekitaran sana.

Mata Archie menyipit, mencari keberadaan strano yang tersisa. Tak lama, ia langsung melesat dan disusul Astero dari arah belakang. Ia sengaja tidak turut mencari karena ingin mengikuti ke mana pun Archie pergi. Sikap misterius Archie selalu menyenangkan baginya.

Rasa terkejut tiba-tiba menyulut. Sebab puluhan ekor strano berkumpul pada satu tempat. Membuat keduanya spontan mundur.

"Apakah si gadis kuat ini tampak takut saat ini?" tanya Astero. Sembari menatap awas pada pada strano yang menatap buas.

Archie memejamkan mata. Mencoba lebih berkonsentrasi

"Waktu itu aku diserang oleh strano yang telah aku tebas. Ia menjadi lebih kuat ketika tanpa kepala," ungkap Archie lirih. Orang pertama yang ia beru tahu.

"Baiklah, kamu memintaku untuk menyerang strano dengan mengayunkan pedang ke sekujur tubuh mereka, bukan!?"

Wushhh!

Astero dan Archie menyerang serempak. Kelebihan Astero adalah mampu menyeimbangkan kemampuan timnya. Sehingga, ia lebih suka menyerang bersama daripada berpencar. Ia butuh melihat gerakan orang lain untuk menginspirasi kekuatannya. Sebab, ketika itu seorang tubuhnya menjadi bayangan bagi orang-orang yang menyerang bersamanya.

ZING ZING ZING!

ZING ZING ZING!

Seperti ada dua Archie yang menyerang dengan akurat dan membabi-buta. Sebenarnya itu membuat Archie jengkel karena melihat Astero dengan mudahnya meniru gerakannya. Sampai-sampai, Archie tidak tahu seperti apa kemampuan Astero sebenarnya jika bertarung seorang diri.

Srettt!

Pipi atas Archie yang tidak tertutup occhio mask terkena lengan tajam. Menghasilkan luka sepanjang lima sentimeter. Membuat Astero reflek menepuk punggungnya.

"Kamu tidak fokus. Jangan memperhatikanku. Masih ada banyak musuh di hadapan kita."

Benar. Sejak tadi fokus bertarung Archie terbagi karena ia sambil menengok pergerakan Astero. Lagipula, siapa juga yang tidak jengkel ketika melihat orang lain bisa meniru gerakan dengan sempurna.

Beberapa menit berlalu. Belasan strano berhasil dikalahkan. Menyisakan belasan lainnya. Tenaga mereka berdua sudah cukup terkuras. Apalagi di tengah-tengah kabut hitam yang memang bisa menyedot tenaga lebih cepat.

Keduanya mengeluarkan suara napas tersengal.

"Kamu masih sanggup?" tanya Astero.

"Jangan meremehkanku, peniru!" Archie menjawab ketus.

Semua strano tersisa langsung menyerang bersamaan. Archie menjerit keras. Jarang sekali ia seperti itu karena biasanya ia selalu senyap dan hanya bising dengan gerakan tubuh dan ayunan pedang. Kali ini ia sudah hampir melampaui batas tenaga yang tersisa. Itulah yang membuatnya berteriak, untuk berusaha mengerahkan seluruh kemampuannya untuk yang tersisa. Sekali pun tubuhnya sudah sangat kelelahan. Astero pun demikian. Tapi, masih ada belasan musuh yang harus dikalahkan.

ZING!

ZING!

Mereke berdua bersimpuh kali ini setelah menebas masing-masing satu ekor. Dengan kaki Astero yang terkena lengan tajam strano.

Tak menunggu lagi, para strano yang melihat dua occhio tak berdaya itu hendak menyerang lagi.

"MENYINGKIR!" jerit Archie sampai wajahnya merah dan beberapa strano mundur karena terkejut dan takut. Namun tetap saja beberapa di antaranya tetap merangsek maju.

Dalam keadaan duduk, Archie mengayunkan pedang dengan sisa tenaga yang seharusnya sudah tidak tersisa. Astero membuang pedang dan menarik tubuh Archie yang hampir tertindih strano yang luput dari serangan. Walaupun demikian, Archie masih bisa melukai salah satunya.

"Furaisafin!" seru Astero.

Bersamaan dengan itu, selancar terbang itu muncul beberapa jarak dari kepala mereka dan melompatlah dua orang dari atasnya. Ivory dan Soren. Tidak butuh waktu lama bagi mereka menghabisi sisanya. Hanya sekitar lima menit. Sepertinya mereka cukup lama mengistirahatkan tubuh di dalam kendaraan itu.

Kemudian, Ivory mengangkat Archie sedangkan Soren mengangkat Astero. Di dalam furaisafin terdapat si occhio kelas S yang menggunakan tabung oksigen. Kondisinya lemah akibat menghirup kabut hitam.

"Ah, pantas saja di sana hanya beberapa ekor saja. Ternyata sisanya berkumpul di sini," ucap Ivory.

Soren tengah sibuk mengobati luka Archie dan Astero. Sementara Ivory memantau sekitar di balik dinding transparan. Gelang tipis mereka masih berkedip-kedip merah.

"Sepertinya strano sisanya ada di lima occhio lainnya. Mari kita periksa agar bisa segera pulang," ucap Ivory.

"Artinya, tinggal kita berdua yang bisa bertarung." Soren berkata.

"Aku masih bisa!" tegas Archie.

Senyuman Ivory tersungging dan ia melangkah mendekati Archie, "Lukamu cukup banyak dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Mereka akan membutuhkan kita lagi sebagai tim occhio darurat. Jika kamu semakin parah, maka kamu akan digantikan orang lain. Bagaimana jika laki-laki, berarti aku akan menjadi satu-satunya perempuan. Ah, tidak. Tetaplah sehat dan tetap menjadi perempuan kuat bersamaku."

Soren menyimak pembicaraan, juga Astero. Benar, di antara sepuluh orang yang ditunjuk dalam misi kota Axial Tilt ini, hanya Ivory dan Archie yang perempuan. Selebihnya, laki-laki semua.

"Aku sendiri pun cukup. Soren bisa diam di sini. Menjagamu, Astero dan Hesper yang belum sadarkan diri itu. Soren, aku titip mereka," pinta Ivory sebelum akhirnya ke luar dari furaisafin seorang diri.

Archie mengepalkan tangan dengan kuat. Separuh kecewa karena tenaganya yang habis, separuh iri dengan Ivory yang seperti masih segar-bugar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!