Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 12. Misi Perdana
Hari ini rencananya Azura akan mulai menjalankan misinya karena itu ia pun meminta Kencana mengirimkan schedule praktek dokter Arkandra. Berhubung hari ini Arkandra praktek malam hari, Azura pun membatalkan rencananya dan memanfaatkan hari itu untuk berbelanja beberapa kebutuhan selama menjalankan misi di sebuah mall terbesar di Indonesia apalagi kalau bukan Angkasa Trade Center atau yang lebih dikenal dengan sebutan Angkasa Mall. (Pembaca setia karya othor D'wie pasti tau dong punya siapa Angkasa Mall. Salam from tolak semriwing. 🤪)
Di Angkasa Mall, Azura membeli beberapa potong pakaian, kacamata, topi, dan masker khususnya untuk dia gunakan menjalankan misi perdananya hari ini. Hingga tibalah hari dimana ia akan menjalankan misinya.
Dengan memakai mantel panjang ala detektif, topi , kaca mata, dan tak lupa masker, Azura pun mencari keberadaan Arkandra. Hingga tak lama kemudian, Azura pun menemukan sang target yang baru saja keluar dari ruang OK.
'Hmmm ... sepertinya dia baru saja selesai melakukan operasi.' gumam Azura sambil berjalan mengendap-endap. Ia berjalan dengan jarak yang cukup jauh agar apa yang ia lakukan tidak dicurigai orang-orang khususnya Arkandra.
"Dokter Arkandra ... " panggil salah seorang perawat di rumah sakit itu.
Arkandra pun segera membalik badannya menghadap seorang perawat yang memanggilnya.
"Maaf dok, bagian laboratorium mengatakan laporan hasil observasi pasien kamar 111 baru bisa keluar besok sore." ucap sang perawat itu sambil menatap wajah Arkandra malu-malu. Terlihat jelas kalau perawat wanita itu menaruh hati pada Arkandra.
"Apa ? Besok sore?" tanya Arkandra lagi dengan sorot mata tajam dan mengintimidasi membuat perawat yang tadinya memerah karena tersipu kini malah memucat saat mendengar nada suara Arkandra yang naik satu oktaf.
"I-iya, dok. Soalnya saat ini permintaan pemeriksaan sedang banyak- .... "
"Tidak ada alasan. Katakan pada mereka saya meminta laporan itu selesai paling cepat sore ini. Saya sudah meminta laporan itu dari 3 hari yang lalu masa' sampai hari ini belum selesai juga. Apa mereka mau tanggung jawab bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada pasien saya?" tegas Arkandra membuat nyali sang perawat makin ciut dibuatnya.
Batinnya menggerutu, ternyata cap dokter galak pada Arkandra memang benar adanya dan kini ia sendiri yang membuktikannya. Perawat itu baru bekerja di rumah sakit itu sekitar 2 mingguan dan baru kali ini ia berkesempatan berinteraksi dengan dokter tertampan di rumah sakit itu. Sejak pertama kali melihat dokter Arkandra, ia telah menaruh hati padanya. Sebenarnya tak beda jauh dengan beberapa perawat dan dokter lain. Tapi kini nyalinya langsung ciut saat membuktikan bahwa sang dokter memang benar-benar galak.
"Tapi dok ... "
"Sana! Lakukan saja perintah saya!" tegasnya sambil mengibaskan tangan. Mengusir lebih tepatnya.
Sang detektif gadungan pun hanya mendengarkan sambil sesekali melirik ke arah Arkandra. Tangannya sibuk mengutak-atik ponsel, entah apa yang dilakukannya. Itu semata sebagai pengecoh agar ia tidak ketahuan sedang menguntit Arkandra.
'Hais, dia itu dokter atau apa sih! Galak bener. Ngomel-ngomel udah kayak emak-emak yang protes kenaikan harga sembako aja.' omel Azura saat memperhatikan bagaimana Arkandra memarahi perawat itu.
Setelah sedikit mengomel, Arkandra pun segera beranjak menuju ruangannya. Azura memicingkan matanya, mengikuti ke arah mana Arkandra berjalan.
Azura pun mendekati ruangan yang pernah menjadi saksi dimana ia menyerahkan ciuman pertamanya pada seorang pria tak dikenal yang justru kini menjadi target misinya. Karena tidak mendengarkan suara apapun dari dalam, Azura pun menempelkan telinganya di pintu yang bertepatan saat itu juga Arkandra membuka pintu. Posisi Azura yang tidak siap sontak saja membuatnya terhuyung dan jatuh ke pelukan Arkandra.
Azura yang terkejut justru tersipu saat sadar ia kini berada di dalam pelukan Arkandra.
"Heh, siapa kamu? Dan kenapa ada di depan ruangan saya?" tanya Arkandra dengan mata memicing. Mereka belum sadar kalau posisi mereka saat ini sedang berpelukan.
"Eh ... itu ... anu ... "
"Itu anu apa?" desisnya dengan alis berkerut dalam.
"Eits, wow, dokter Arkandra, you're so sweet banget!" seru seseorang yang merupakan rekan sesama dokter Arkandra. Dia adalah dokter Mario yang bertugas di bagian anestesi. "Ceklek ... i got you. Hahaha ... " ujarnya sambil tertawa saat melihat hasil fotonya terlihat sangat bagus.
Sadar kalau kini ia tengah memeluk Azura, lalu tanpa berperikewanitaan, Arkandra melepaskan tangannya hingga Azura terjatuh ke lantai.
"Aduh ... " Azura meringis sambil mengusap bokongnya. Bibirnya mencebik kesal saat ingat ini kedua kalinya ia dijatuhkan ke lantai tanpa perasaan oleh Arkandra.
"Hei, bro! Kejam banget sih loe sama cewek!" ketus Mario. "Are you okay?" tanya Mario sambil mengulurkan tangannya hendak membantu Azura berdiri.
"Bad." sahut Azura kesal sambil melirik Arkandra yang tampak berkacak pinggang.
"Sepertinya kalian harus selesaikan masalah kalian baik-baik. Jangan marah-marah, bro! Entar cewek loe diambil orang, baru tau rasa loe! Sebelumnya, gue kasi selamat, ternyata diam-diam loe udah punya gebetan. Hahaha ... Bye cantik!" ucap Mario yang mengira Azura adalah kekasih Arkandra.
'Cantik? Gimana dia tau kalau gue cantik kan gue pakai masker dan kaca mata? Eh, ngapain jadi mikirin itu! Fokus Ra, fokus!' Azura mengingatkan dirinya sendiri.
"Sial!" umpat Arkandra kesal saat sadar tadi Mario telah mengambil gambarnya dan Azura saat posisinya memeluk gadis itu.
"Ck ... dokter satu ini, udah galak, doyannya ngumpat!" cicit Azura pelan tapi masih terdengar Arkandra.
"Kamu ... " tunjuk Arkandra. "Siapa sebenarnya kamu dan apa tujuan kamu datang ke ruangan saya? Kamu ingin memata-matai saya?" desis Arkandra dengan amarah tertahan.
"Gue ..." tunjuk Azura pada dirinya sendiri. "Gue Azura terus gue kemari buat check up sama temen gue. Gue kira ini ruangannya, tapi ternyata ... bukan ya?" Azura berusaha tenang dalam menjalankan misinya. Entah Arkandra masih mengenalinya atau tidak sebab ia kan mengenakan kaca mata dan masker.
Arkandra terkekeh sinis lalu ia segera menarik paksa kaca mata Azura juga maskernya membuat Azura terkejut setengah hidup.
"Heh, apa-apaan sih loe! Nggak sopan banget pake ngelepasin kaca mata sama masker gue!" pekik Azura yang tidak menyangka Arkandra akan berbuat seperti itu.
"Ternyata benar dugaan saya. Sebenarnya apa tujuan kamu ngikutin saya, hah?" bentak Arkandra membuat Azura merinding disko.
"Eh, udah dibilangin gue mau check up sama temen kok , bukan kamu. Ge'er banget sih jadi cowok!" sinis Azura dengan mendelikkan matanya.
Tapi yang Azura hadapi itu Arkandra. Dia itu jenis pria tampan yang langka. Dia sosok yang tak tersentuh dan tak mudah didekati. Pria paling menyebalkan versi Kencana dan Azura pun sepemikiran.
Lalu tanpa basa-basi Arkandra menarik tangan Azura dan mendorongnya hingga berbaring di atas brankar membuat Azura memekik kaget.
"Kau-kau mau apa?" desis Azura saat tiba-tiba Arkandra mendorongnya ke atas brankar.
Arkandra tersenyum sinis, "Bukankah kau mau check up? Okay, aku yang akan melakukannya." lalu tanpa kata, Arkandra mengeluarkan stetoskop dan tensimeter lamu mulai melakukan pemeriksaan.
"Tekanan darah, okay. Jantungmu berdebar seperti seseorang yang ketahuan berbohong, but tidak ada masalah."
"Tapi dok, aaargh ... kepala saya ... kepala saya pusing, dok." dusta Azura sambil memijit pelipisnya.
"Pusing? Oh, baiklah." Arkandra segera membalik badannya. Entah apa yang dilakukannya. Setelah beberapa menit, ia kembali menghadap Azura sambil menekan pendorong jarum suntik hingga cairan di dalamnya sedikit memuncrat mengeluarkan cairan putih membuat Azura seketika memucat. Azura bukan pura-pura, tapi memang ia takut pada jarum suntik.
"Dok ... dok ... dokter mau ... mau apa? Ja ... "
Brakkk ...
Seketika Azura jatuh pingsan membuat Arkandra melongo dibuatnya.
"Astaga! Dasar gadis gila menyebalkan." desis Arkandra yang tanpa sadar sedikit melengkungkan bibirnya ke atas.
...***...
...Happy reading 🥰🙏💪...
Semangat terus author untuk karya yang lainnya 👍🥰😍
zura ng da lawan
PA lg karakter azura oce banget..