"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Honeymoon, kah?
Tepat jet pribadi milik Leo mengudara di ketinggian sepuluh ribu kaki, Bella mulai membuka mata perlahan. Leo menggeleng pelan, melihat bagaimana Bella menguap lebar lalu berguling sana-sini seraya mengucek matanya.
"Hoam ... Enak sekali habis tidur."
Bella seketika terdiam mendengar gumaman nya sendiri. "Tunggu dulu, sebelum tidur aku ...."
Mata Bella terbuka lebar, ia ingat. Spontan Bella duduk tergesa namun melongo melihat sekelilingnya begitu asing.
"Astaga! Aku dimana ini?! Ya Tuhan, siapa lagi yang menculik ku?" Panik Bella bahkan berlari menuju pintu. Tidak melihat Leo yang duduk di sofa samping ranjang. Bella berusaha membuka pintu itu. Nihil, terkunci.
"Siapa pun di luar! Buka pintunya! Tolong aku!"
Setelahnya Bella mengaduh, belakang kepalanya terkena lemparan sesuatu. Buku bisnis. Sang pelaku adalah Leo.
"Kak, Leo?" Bella berlari menghampiri Leo. Ia menarik-narik tangan Leo.
"Kak, kakak di culik juga? Ya Tuhan, tega sekali! Apa gunanya menculik orang lumpuh? Dasar tidak punya hati! Jangan-jangan perdagangan manusia yang menculik kita kak!" Kata Bella masih belum paham keadaan.
"Minum teh dulu."
Leo menuang teh ke dalam gelas lalu mendorong pada Bella yang sudah pucat seperti mayat. Teh itu langsung ludes dalam sekali teguk.
"Kak, ini dalam pesawat kan?"
Leo mengangguk. "Yang bilang dalam kandang ayam siapa?"
Bugh!
Bella meninju dada Leo. Rasa takut Bella pada Leo hilang seketika saking paniknya.
"Aku serius kak. Kita dalam bahaya! Kita akan di jual!"
Leo terkekeh pelan. Menutup sebentar matanya dengan telapak tangan. Bella bangun tidur bukannya segar malah bertambah bodoh, pikir Leo.
"Dengar baik-baik." Leo menarik kedua telinga Bella. "Aku yang membawamu. Tidak ada perdagangan manusia. Lagi, kau yang kurus kering begini, akan laku berapa?"
Satu menit.
Dua menit.
Menit ketiga, rahang Bella mengetat. Otaknya baru sinkron. Tenang saja, dendamnya pada Leo sudah menumpuk.
"Jadi maksud kakak, Aku dibawa pergi begitu? Kemana?" Leo tidak melihat sorot anabel di mata Bella.
"Rusia." Benar, ini saatnya untuk Bella.
"Kyaa! Rasakan ini!"
Bella naik ke pangkuan Leo. Menjambak rambut pria itu dengan kedua tangannya sekuat tenaga. Menarik depan, belakang hingga samping. Leo menjerit akibat ulah Bella.
"Aish! ... Bella lepaskan! Sakit."
"Tidak akan. Sebelum aku puas!"
Pramugari yang akan mengantar makanan dan seorang pengawal Leo di depan pintu. Saling pandang.
"Apa aku bilang, mereka sedang ... Itu, pokoknya itu lah," ucap sang pramugari wanita merona. "Kau sih tidak percaya kataku! Is, aku jadi malu sendiri kan. Ini, kau saja yang antar!"
"Tidak. Itu kan tugasmu! Aduh, aku kebelet. Permisi ya."
Padahal akal-akalan pengawal Leo itu untuk menjauh. Telinganya panas, salah paham mendengar jerit Leo dan Bella. Mirip orang yang sedang beradegan ranjang.
"Nasib jomblo. Punya joni harus nenangin sendiri," tambah pengawal Leo akan senam lima jari. Jika tidak, akan pusing seharian.
"Bella, lepas tanganmu atau ku balas juga!"
Bella sudah seperti kesurupan menghajar Leo. Kepala atas sakit, kepala bawah Leo berdenyut. Bella tak henti bergerak di atas pangkuannya. Fokus melampiaskan dendamnya.
"Sebentar lagi, sampai aku puas! Dasar kau Leo dandang! Bagaimana jambakan ku? Enak bukan? Aku juga jago menggunakan pisau. Mau aku pancung juniormu kak?"
Leo menyeringai. "Masukan di mulutmu jauh lebih baik."
"Dasar mesum!"
Bugh!
Bugh!
Leo tertoleh kiri-kanan akibat tinju kecil Bella di wajah putihnya. Tidak lebam namun lumayan sakit dan sedikit merah.
"Hah ... Hah! Sudah puas."
Bella turun tersenyum kemenangan. Dari sejak penyatuan mereka waktu itu, Bella bertekad akan menghajar Leo. Sangat senang akhirnya terkabul. Bella tidak suka, Leo itu seenaknya.
"Kau sangat dendam padaku rupanya ya?"
Bella mengibaskan tangannya. "Tidak juga. Sekarang, aku minta kakak. Kembalikan aku ke bandara. Jangan membuat rumah tanggaku dan mas Adam semakin buruk, kak."
Leo berdecih sinis. "Memang betul kau itu bodoh! Disakiti masih peduli. Aku tanya, siapa yang mengaku pacarku tadi pada nenek?"
Deg!
Bella menelan ludahnya susah payah. Sesuatu yang tadinya, akan ia sembunyikan dari pria itu malah ketahuan dengan mudahnya. Padahal Bella sudah mempersiapkan acting pura-pura lupa dalam otaknya dan lagian, siapa sih yang mendengar pembicaraannya tadi?
"Dalam kantorku, dinding bahkan punya telinga, Bella. Sebab itu aku bawa kau. Menjelaskan kesalahpahaman itu pada nenek."
"Tapi kak ...."
"Kenapa kau takut pada nenekku?"
Bella menunduk. Dulu, hari pertama Bella menyandang status sebagai istri Adam. Apa yang Bella lakukan selalu salah dimata tua bangka itu. Bahkan, bermacam kata pedas harus Bella dengar setiap hari. Selama satu bulan penuh. Karena nenek Hana berdatang ke indonesia selama itu.
"Kemari lah." Leo menyuruh mendekat dengan tangannya.
"Tidak mau. Nanti kakak seperti waktu itu lagi." Bella mengerucutkan bibirnya. Takutnya, akal bulus buaya darat.
"Tidak akan. Cuman mau memberitahu sesuatu."
Bella mendekat. Duduk melipat kaki dilantai. Tangannya diatas lutut Leo. Bella menopang dagunya disana.
Leo menepuk-nepuk kepala Bella. "Perlu teman. Aku siap jadi pendengar yang baik. Aku janji, akan melindungi mu."
Embun dimata Bella berdesakan karena itu. Leo tulus, terlihat dari pancar mata elangnya. Bella mungkin akan lebih terharu lagi, jika tadi ia sadar bagaimana kerenya, Leo membalas orang yang menyakiti dirinya.
"Ingin peluk?"
Bella menggeleng. "Cium Boleh?"
Cium pipi, pikir Leo. "Tidak masalah."
Cup!
Giliran Leo terbelalak. Bibirnya dimainkan kaku Bella. Kerasukan apa wanita ini? Leo tidak bereaksi apapun. Ingin lihat sejauh mana, aksi Bella. Wanita itu berusaha membelah bibir Leo dengan lidahnya. Leo membuka sedikit. Tidak bohong, Leo menginginkannya.
Leo menggeram. Bella menarik lidahnya cukup kuat. Jiwa kelaki-lakian Leo, memberontak seketika. Apalagi, tangan Bella meraba dadanya dari luar.
"Bella, hentikan ...."
Leo mengusap saliva terjalin di bibir keduanya. Bella sudah terbaring miring di pangkuan Leo. Bella malu, nyata dari pipi meronanya.
"Maaf kak."
'Aku tambah mencintaimu,' ucap Bella dalam hati.
Leo mengangkat acuh bahunya. "Kau sudah jago tadi? Cepat belajar rupanya," goda Leo.
Saat kejadian, Bella begitu kaku. Kalah dengan Leo yang sama sekali belum pernah. Leo jadi berpikir, apa Bella tidak pernah menikmati melakukan bersama Adam?
"Is! Jangan berkata begitu!" Bella menutup wajahnya tambah malu.
"Hahaha ...," Leo tertawa lepas untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Nyaris dua puluh satu jam keduanya di pesawat. Leo begitu tersiksa. Ada-ada saja yang Bella lakukan padanya. Mendandaninya, memakaikan masker wajah hingga menonton drakor yang berakhir tragis. Baju tidur Leo di bagian lengan penuh ingus Bella. Wanita itu tadi menangis.
Leo dan Bella keluar dari Bandara Internasional Sheremetyevo, Moskow, Rusia. Dengan pengawalan ketat. Empat buah mobil hitam mengiringi mobil ditumpangi keduanya. Bella tidak dapat membohongi dirinya. Ia takjub akan tempat itu. Salah satu tempat terindah di dunia, Rusia. Dan Bella sama sekali belum pernah kesini.
'Tadi saja marah-marah tidak jelas. Sekarang matanya sudah melotot akan keluar," batin Leo.
Menatap bersedekap Bella yang terus melihat keluar. Leo tadi memerintahkan membuka jendela bagian Bella agar wanita itu bisa puas melihat-lihat.
"Kak, kita akan langsung ke mansion kan?"
"Kenapa? Kau ingin jalan-jalan?" Alis Leo naik sebelah bertanya.
Bella menggeleng. "Tidak kok. Hanya bertanya saja."
Tapi, Bella bingung setelahnya. Leo membawanya ke hotel Four seasons dengan memesan satu kamar berdua. Apa maksud Leo sebenarnya?
"Kak, kenapa kita malah kesini? Bagaimana kalau nenek mencari kita."
Leo tersenyum tipis. "Dia tidak akan mencari. Karena aku katakan akan membuatkannya cucu."
"Apa?!"
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️