Psikopat Gila Jatuh Cinta

\=\=\=\=\=\=\=\= • Next Story • \=\=\=\=\=\=\=\=

Barra sudah menceritakan tentang rencananya kepada para sahabatnya setelah menyantap makan siang mereka. Mereka semua menyetujui rencana yang telah Barra susun dengan matang tersebut.

Wildan tidak lama mendapatkan informasi jika Michael sudah berada di Indonesia dan ia merencanakan untuk menjadi murid baru di sekolah yang sama dengan Barra.

Dan tentu informasi itu sangat mudah Wildan dapatkan karena orang suruhannya sudah berada di kubu Michael sebagai mata-mata.

"Seperti dugaan ku" ucap Barra.

"Lo benar, dia pasti mengincar Arlleta" ucap Leonardo

"Maka itu, gue harus dua langkah lebih dulu di bandingkan dia" balas Barra.

\=\=\=\=\=\=\=\= • Keesokan harinya • \=\=\=\=\=\=\=\=

Pagi-pagi sekali Arlleta sudah berjalan kaki menuju sekolahnya hitung-hitung olahraga itulah yang ada di dalam benaknya menikmati udara pagi dengan melihat sekeliling.

Apa yang Arlleta lakukan tanpa ia sadari di pantau oleh anak buah Barra, anak buah Barra sendiri sudah melaporkan hal tersebut pada sang empu yang tak lain adalah Barra.

"Baiklah gadis nakal, aku akan menjemputmu" ucap Barra bergegas ke kamar mandi untuk memulai ritual paginya.

Tidak butuh waktu lama, Barra sudah berdiri dia samping motor sportnya ia sudah memanaskan motornya. Kemudian ia langsung tancap gas untuk pergi menjemput gadis incarannya itu, yang sudah di ketahui keberadaannya di persimpangan rumah kontrakan sendiri.

Brummm...

Brummm...

Tin...Tin...

Barra menghampiri Arlleta yang masih fokus berjalan di trotoar tanpa menoleh sedikitpun. Barra kira klakson motornya sudah cukup untuk menarik perhatian Arlleta.

Tanpa Arlleta sadari kini Barra sudah berdiri di sampingnya yang terus berjalan menyelusuri trotoar.

"Dia nggak dengar gue" gumam Barra.

Setelah di perhatikan dengan saksama Barra baru menyadari Arlleta menggunakan earpiece pantas saja ia tidak mendengar sapaan Barra. Akhirnya Barra menepuk pundak Arlleta hingga ia terkejut mendapati ada Barra di sampingnya.

"Pagi baby" sapa Barra

"Barra elo kok ngagetin" balas Arlleta.

"Dari tadi gue panggil nggak dengar jadi gue kagetin aja sekalian"

"Eh ngapain ada disini pagi-pagi ini kan masih jam 6 pagi" tanya Arlleta

"Ayo ikut" ucap Barra sambil menarik tangan Arlleta ke arah motornya.

Setelah Arlleta naik ke motor sport milik Barra, Barra langsung tancap gas meninggalkan trotoar tempat Arlleta jalan kaki tadi.

Barra membawa Arlleta pergi menyusuri jalan yang tampak lenggang melewati perumahan sempit dengan gang-gang sempit, hal itu membuat Arlleta bingung sebab itu bukan jalan menuju sekolah mereka.

"Elo mau bawa gue kemana Barra, ini bukan ke sekolah" tanya Arlleta

"Sesuatu tempat yang berarti buat gue" sahut Barra.

"Iya kemana, gue nggak mau bolos sekolah"

"Sebentar aja, nanti kita ke sekolah" ucap Barra sambil tersenyum tipis.

Sebelum sampai ketempat tujuan mereka, Barra berhenti di dekat ibu-ibu penjual kue basah dan kering pinggir jalan yang sedang menata jualannya.

"Pagi Bu" ucap Barra

"Den Barra, udah lama nggak mampir kemana aja den" ucap Ibu penjual kue itu dan hal itu membuat Arlleta bingung.

"Nggak kemana-mana Bu Barra baru sempat main kesini seperti biasa Bu Barra mau borong semua ya"

"Masya Allah, den Barra serius baiklah ibu siapkan ngomong-ngomong ini siapa den cantik benar"

"Calon Bu" ucap Barra.

Ucapan Barra tadi membuat Arlleta tercengang sekaligus salah tingkah ia hanya merasa malu karena Barra secara blakblakan bicara dengan orang lain yang tidak Arlleta kenal.

Setelah menunggu pesanan kue di siapkan dan Barra juga menyerahkan uang merah berjumlah lima lembar dan itu membuat senyum ibu penjual kue merekah.

"Makasih den Barra, nona cantik beruntung punya den Barra yang baik hati" ucap ibu penjual kue setelah menerima uang dari Barra.

Arlleta hanya diam sedari tadi ia tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang di rencanakan Barra. Ia hanya mengikuti kemana Barra membawanya.

Barra dan Arlleta kembali ke motor dan melanjutkan perjalanan tidak lama Barra berhenti di depan rumah sederhana yang terlihat seperti panti asuhan.

Benar rumah sederhana itu adalah panti asuhan dimana terlihat ada beberapa anak-anak kecil yang sedang bermain di halaman depan rumah sederhana itu.

Ketika motor Barra berhenti ada seorang anak laki-laki yang usianya sekitar 5 tahun memanggil nama Barra.

"Abang Barra datang" teriak anak kecil itu.

"Hei son, apa kabar" ucap Barra setelah melepaskan pelukannya.

"Baik Abang, sudah lama Abang tidak kesini" ucap anak itu dengan wajah sendunya.

"Maafkan Abang ya son, Abang sedang sibuk dan kebetulan tadi Abang lewat sini" jawab Barra mengelus kepala anak kecil itu.

Barra melihat jam tangannya waktu masih pagi sekali 06.30 artinya ia masih memiliki waktu beberapa menit sebelum kemudian ia pergi ke sekolah.

Seorang paruh baya mendekati Barra dan Arlleta, terlihat wajah bahagia wanita paruh baya itu tanpa menunggu wanita itu semakin dekat Barra malah lebih dulu menyalami wanita paruh baya itu.

"Bunda, apa kabar" tanya Barra

"Bunda baik nak, kamu sama siapa"

"Perkenalkan ini Arlleta Bun" jawab Barra.

"Gadis yang cantik" ucap Bunda Putri ia adalah ibu asuh Barra.

"Kalian tidak sekolah" Lanjut bunda Putri.

"Iya Bun, Barra mau pergi ke sekolah tapi Barra kangen jadi mampir sebentar ini Barra bawa makanan untuk anak-anak Bun" ucap Barra sambil memberikan satu kresek makanan yang tadi sempat mereka beli di jalanan.

"Wah terimakasih nak, anak-anak pasti menyukainya" ucap Bunda putri.

"Maaf bunda Barra tidak bisa lama-lama Barra harus ke sekolah Bun Barra dan Arlleta pamit ya Bun" Ucap Barra.

Dan setelah Barra menyapa sebagian anak-anak di panti asuhan itu Barra dan Arlleta memutuskan untuk meninggal tempat itu. Sepanjang kejadian Arlleta hanya diam dan tersenyum saja sampai saat di atas motor Arlleta membuka suaranya.

"Barra tempat tadi itu_" belum sempat Arlleta menyampaikan pertanyaan pada Barra. Barra lebih dulu menjawabnya.

"Itu tempat yang berarti bagi gue, sama seperti hidup gue bunda putri ibu asuh gue setelah mama meninggal" ucap Barra tanpa melihat Arlleta karena fokus pada jalanan.

"Oh gue baru tahu Bar, Lo sering kesana" tanya Arlleta kembali dan hanya di balas anggukan kepala oleh Barra.

"Lain kali kalau Lo kesana lagi boleh gue ikut Barra" tanya Arlleta kembali.

"Lo yakin mau ikut" Sahut Barra

"Iya, boleh kan gue kesana bareng Lo lagi" Ujar Arlleta.

"Tentu saja boleh, tapi lain waktu ya" balas Barra.

Arlleta yang duduk di bonceng motor Barra tampak tersenyum senang. Dan ia tidak menyangka seorang yang terkenal tidak punya hati ternyata memiliki sisi lain yang paling menyentuh hatinya.

...****************...

...****************...

...****************...