NovelToon NovelToon
Xuan Ji (Season Dua)

Xuan Ji (Season Dua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / spiritual / dan budidaya abadi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:159.1k
Nilai: 5
Nama Author: Bang Regar

Kaisar Iblis yang dikira telah tewas sepuluh tahun yang lalu ternyata masih hidup. Dia ternyata memiliki tubuh lain yang merupakan Ketua Aliansi Beladiri.

Semua orang terlena dengan kedamaian semu yang sengaja diciptakan oleh Ketua Aliansi Beladiri. Padahal dari balik bayang-bayang ia memperhatikan murid termuda Xuan Ji yang memiliki fisik Naga Surgawi Legendaris.

Xue Yao adalah bahan terakhir untuk menyempurnakan Seni Darah Iblisnya.

Dapatkah Kaisar Iblis menyempurnakan Seni Darah Iblisnya itu? Sementara ada Xuan Ji yang menjadi guru dan sosok yang dianggap Kakek oleh Xue Yao, apalagi Xuan Ji sudah pernah membunuh Kaisar Iblis. Bisakah Xuan Ji mengalahkan Kaisar Iblis untuk kedua kalinya?

Yuk, langsung dibaca dan jangan lupa baca dulu season satunya dengan judul yang sama: Xuan Ji.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Regar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Xuan Ji Season Dua: Kompetisi Beladiri XXI

“Apa kau yakin memasang taruhan pada Tiga peserta unggulan terakhir itu?” selidik Pria tua itu penasaran dari Klan kaya mana Pria tua di hadapannya itu.

Dia memperhatikan jubah yang berlambang Sekte Pedang Abadi yang dikenakan oleh Xuan Ji. Sebagai seorang yang telah hidup seratus tahun lebih, tentu ia mengenali lambang Sekte itu.

“Sekte di wilayah selatan sepertinya memiliki kekayaan yang besar di era sekarang ini,” katanya lagi dengan nada suara menyindir Xuan Ji.

“Hahaha ... Ketiga bocah nakal itu adalah muridku,” sahut Xuan Ji memaksakan diri untuk tertawa. Dia tidak menyangka Tetua Sekte Taixu itu akan menyindirnya hanya karena memasang taruhan, padahal itu adalah uangnya sendiri. “Kalau aku memasang taruhan pada unggulan lainnya, maka sama saja aku tidak percaya dengan kemampuan murid-muridku itu. Taruhan ini juga akan memotivasi mereka, karena bila uangku habis maka kami akan pulang berjalan kaki ke wilayah selatan.”

Kalimat terakhirnya itu sebenarnya sebuah kebohongan saja, karena uang warisan yang ia terima dari Klan Xuan masih berlimpah di cincin dimensinya. Setoran uang keamanan dari beberapa Klan wilayah selatan dan koin emas hasil rampasan dari Assassin Paviliun Serigala Iblis juga belum habis dan masih banyak sisanya.

“Wah, tiga murid Sekte Pedang Abadi berhasil mencapai babak enam belas besar?” Pria tua itu terkejut mendengarnya. “Sepertinya murid berbakat Surgawi sudah muncul dari sana. Tahun depan aku harus ke sana mencari murid-murid berbakat untuk Sekte Taixu.”

Xuan Ji berpura-pura tercengang dan berkata sembari menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat, “Ternyata senior berasal dari Sekte Taixu. Aku merasa terhormat bisa bertemu denganmu, senior.”

Sudut bibir Pria tua itu memancarkan senyuman tipis. “Kamu percaya aku berasal dari Sekte Taixu? Mungkin saja aku berbohong agar kamu takjub,” sahutnya.

Biasanya tak ada yang percaya bahwa ia adalah Tetua Sekte Taixu, karena penampilannya terlihat seperti pengemis. Hanya Kultivator Ranah Kaisar Surgawi yang bisa merasakan kekuatannya, Kultivator berbasis Kultivasi rendah akan mengira ia hanyalah manusia biasa yang tidak bisa berkultivasi.

Namun, Xuan Ji langsung percaya begitu saja sehingga membuatnya penasaran, kenapa Xuan Ji percaya begitu saja. Dia yakin Xuan Ji tidak akan merasakan kekuatannya, karena basis Kultivasi Xuan Ji hanya Ranah Raja Surgawi.

“Dari cara senior berbicara dan memilih taruhan sudah cukup bagiku untuk menilai kalau senior adalah Kultivator hebat yang sedang berkelana dan berpura-pura m.i.s.k.i.n,” sahut Xuan Ji. Namun, kening Pria tua itu berkerut saat mendengar kata miskin, entah mengapa terdengar seperti sedang mengejeknya.

“Maaf senior-senior terhormat, aku menyela perbincangan kalian!” sela wanita cantik pekerja rumah bordil Bulan Purnama. “Ini adalah Plakat tanda senior terlah memasang taruhan. Dan ... jangan sampai hilang, karena bila tidak ada Plakat ini maka hadiah kemenangannya tak akan bisa diklaim,” katanya lagi.

Xuan Ji sangat senang wanita itu menyela perbincangan mereka, karena ia sebenarnya ingin segera pergi. Namun, ia segan karena Pria tua itu sangat antusias berbicara dengannya walaupun mereka saling menyindir.

Di belakang mereka sebenarnya sudah terjadi antrian panjang pengunjung yang ingin memasang taruhan, tetapi para pengunjung tidak berani melakukan protes karena dirinya mengenakan Jubah berlambang Sekte Pedang Abadi.

“Terimakasih, nona cantik!” Xuan Ji mengedipkan mata ke wanita itu sembari menerima Tiga Plakat itu. Lalu ia menoleh ke arah Pria tua yang merupakan Tetua Sekte Taixu tersebut dan menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat. “Baiklah, senior ... Sampai jumpa di arena latih tanding.”

Pria tua itu mengangguk pelan dan tersenyum hangat. Sebenarnya ia masih ingin mengobrol dengan Xuan Ji, jarang sekali ia bertemu seseorang yang tetap tenang setelah mengetahui identitas aslinya. Mereka akan ketakutan dan berusaha menyanjungnya.

Sementara itu murid-murid Xuan Ji yang belum bertanding dan yang sudah gugur lebih awal sedang menuju arena latih tanding markas Aliansi Beladiri.

“Kenapa aku tak bisa bertanding lagi?” tanya Xue Yao yang baru saja mengetahui kalau dirinya telah dianggap kalah karena pergi tidur siang. “Bagaimana kalau aku memukul Kakak Yan Chung saja agar aku bisa menggantikan posisinya?” katanya lagi dengan ekspresi wajah polos.

Xiao Yue menggelengkan kepala dan menjawab, “Tetap tidak bisa!”

“Biarkan saudara Yan Chung bertanding, kita akan menontonnya sambil memakan ce ... mi ... lan.” Xue Hao tiba-tiba merasa sudah mengeluarkan kata-kata yang tabu untuk diucapkan, karena mata Xue Yao berbinar-binar menatapnya.

“Jangan menatap kami, gunakan saja semua sisa uangmu untuk membeli cemilan, Yao‘er!” kata Mu Xian karena Xue Hao menatapnya dengan tatapan mata berbinar-binar. Namun, itu tidak imut seperti Xue Yao, karena Xue Hao adalah laki-laki dan sudah beranjak usia remaja.

Xue Hao menghela nafas dalam-dalam sembari mengelus-elus rambut adik kandungnya itu. “Baiklah, Yao‘er ... aku akan membelikanmu cemilan. Namun, kamu tunggu saja di tribun penonton bersama senior Yue.”

Dia tidak boleh membawa Xue Yao bersamanya, karena ia takut membeli semua jenis jajanan yang nilainya jauh lebih besar dari uang yang ia miliki.

Xue Yao cemberut dan menggembungkan pipinya. Dia yakin Xue Yao hanya akan membeli satu Bakpao saja dan itu tidak akan membuatnya kenyang.

Xiao Yue tiba-tiba menggendong Xue Yao dan mencubit pipi mungilnya itu. “Kamu harus menuruti perkataan saudaramu! Tidak boleh nakal, nanti aku akan menghukummu tak boleh tidur denganku!”

Xue Yao segera tersenyum lebar, takut Xiao Yue menyuruhnya tidur bersama Xue Hao. Dia lebih suka tidur bersama Xiao Yue, karena senior tertua itu selalu menceritakan kisah dongeng peri kecil baik hati sebelum tidur. Sementara bila tidur bersama Xue Hao, maka saudara kandungnya itu selalu menceritakan dongeng yang membosankan, seperti kisah Kakek Ji-nya yang mengalahkan Kaisar Iblis atau kisah-kisah monster menakutkan di balik pegunungan benteng besar.

“Aku tak sabar ingin melihat saudara Yan Chung bertarung, kabarnya ia selalu mendapatkan lawan mudah selama beberapa babak sebelumnya,” kata Mu Qingqing.

Dia, Mu Xian, Zi Rouyan, Xue Hao, dan Xiao Yue dari tadi pagi hingga siang ini hanya bermeditasi di penginapan. Mereka tidak dibolehkan oleh Xuan Ji berkeliaran atau keluar dari penginapan yang disediakan oleh Aliansi Beladiri, karena takut assassin klan Duan menyerang Zi Rouyan.

“Ya, dia beruntung sekali!” sahut Yan Xu. “Semua lawannya kalah dalam satu kali sundulan saja. Mungkin lawan meremehkan kekuatannya karena ia terlihat lemah dengan tubuh gemuknya itu.”

“Ya, semoga saja keberuntungannya masih berlanjut hingga babak Enam Belas besar ini,” kata Mu Qingqing.

“Semoga saja salah satu dari mereka menjuarai kompetisi beladiri ini agar nama Sekte Pedang Abadi menjadi terkenal di seantero Benua Tianlong,” sahut Xiao Yue.

Saat mereka berbincang-bincang tentang pertandingan kompetisi beladiri itu, mata Xue Yao justru tertuju pada makanan milik para pejalan kaki yang memasuki arena latih tanding markas Aliansi Beladiri sembari memakan beranekaragam jajanan pinggir jalan.

Si kecil itu menelan ludahnya berkali-kali dan terus mencari keberadaan saudara kandungnya diantara kerumunan pejalan kaki. Dia sudah tidak sabar ingin memakan sesuatu.

1
udenk
serius 8 tahun disebut wanita??
exit 05
astaghfirullah hal'adziim 🤦🏻🤦🏻🤦🏻
Fatimatuzzahra Fatimah
gasssspoooolllll 💪💪💪💪
Fatimatuzzahra Fatimah
walaaahhhh dapet yg empuk" si kakek 😂😂
exit 05
jangan dipikirkan... jangan pula dikatakan... kalau kakek Ji dengar bisa gawat... 😁😁😁
Derajat
Keren Xuan Ji.... selamatkan Sun Mu
Fatimatuzzahra Fatimah
mantap 👍👍👍👍
Derajat
Apakah Xuan Ji akan diam saja melihat Gadis Cantik yang dijadikan pemuas nafsu Tuan Gu
Fatimatuzzahra Fatimah
terbaik 👍👍👍👍
Fatimatuzzahra Fatimah
makasih up-nya babang tamvan....
Wardi's
best bgt abangku....
Wardi's
mantap crazy up..
kas
kapn kekuaatan xuanji kembali
Limbong
jangan kasih kendor thor
Limbong
ok
Limbong
gas ken
Limbong
ok
Limbong
lanjut
Suanggi™
semangaattt😎
Suanggi™
ditunggu bang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!