Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Permohonan Mama Nova dan Drisha
Entah karena kebetulan atau bagaimana? Yang jelas Liora pasti punya berbagai cara untuk masuk ke perusahaan Devin.
Liora mulai mendekati pintu lift. Ia memencet nomor lantai teratas menuju ke ruangan kerjanya sesuai informasi yang ia dapatkan.
Pada saat itu juga disusul dengan kedua wanita yang cukup elegan dan terlihat berpakaian branded alis kaya. Tante Nova dan Drisha memang sengaja dateng ke kantor ini untuk bertemu dan berbicara dengan Devin.
"Aku gak mau tahu Tante. Pokoknya Tante harus bujuk Devin. Aku gak mau dipecat seperti ini. Menjadi dokter adalah impianku Tante. Tapi liat Devin, dia telah memecat ku dari rumah sakit dan bahkan membuat beberapa rumah sakit menolak ku." Ujar Drisha kesal. Ia tidak menyangka jika Devin bisa berbuat seperti ini padanya. Seminggu yang lalu ia dipecat dari rumah sakit hanya karena laporan penggunaan obat bius terlarang tanpa seizin pasien.
Tapi semua itu memang benar adanya. Drisha membius Devin dengan dosis tinggi dan tanpa seizin darinya.
"Iya sayang Tante sangat tahu. Ini memang kesalahan Tante. Tante pasti akan berusaha membujuk Devin dan membuatmu bisa bekerja lagi."
"Tolong ya Tante. Ini demi aku, demi kebaikan Drisha juga." Drisha begitu memohon. Karena dipecat seperti ini bukan kemauannya juga. Toh ini bukan sepenuhnya kesalahannya, melainkan perintah Tante Nova dan ia hanya menurutinya saja.
"Percayalah. Serahkan semuanya pada Tante." Tante Nova berusaha menenangkan Drisha. Ia juga merasa sedikit bersalah atas nasib Drisha sekarang,terlebih ia adalah anak dari salah satu teman sosialitanya. Tidak mungkin juga ia akan membiarkan nasibnya seperti ini.
Kenapa jadi rumit seperti ini. Devin benar-benar keterlaluan ya! Setelah membeli rumah sakit sekarang dia malah memecat Drisha seenaknya! Aduh aku jadi pusing sebenarnya!
Saking seriusnya membuat keduanya tidak menganggap kehadiran Liora disitu.
Devin??
Apa yang mereka maksud adalah Devin pemimpin perusahaan?
Sejak tadi Liora menguping dan memasang telinganya. Ia mendengarkan betul-betul pembicaraan mereka. Karena tentunya tersengat mendengar kata Devin.
Disini tidak ada nama lain selain Devin itu kan?
Mereka juga tampak menuju ke lantai atas. Tampilan mereka juga meyakinkan. Benar ini pasti tentang Devin itu.
Mereka siapa? Sepertinya mereka begitu dekat dengan Devin. Jangan-jangan Tante itu adalah ibunya Devin. Ia sedikit mirip sih. Dan jangan bilang wanita itu adalah sainganku!
Akhirnya mereka telah sampai dilantai atas. Tante Nova baru menyadari adanya kehadiran Liora di belakangnya.
"Tunggu. Sepertinya aku baru melihatmu disini? Apa kau anak baru?" Tanya Nova penasaran.
"Ah iya Bu. Saya pekerja baru disini."
"Ohh pantas saja..." Setelah itu keduanya langsung masuk keruangan Devin.
Benarkan Devin yang itu, siapa lagi?
"Halo. Kau Liora sekertaris baru itu ya?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba muncul entah darimana asalnya. Karena sejak tadi mata Liora hanya tertuju kepada dua wanita itu yang masuk keruangan Devin.
"Oh iya Pak betul sekali." Liora sedikit kaget tadi. Namun ia mengerti itu pasti atasannya yang akan membimbing dihari pertama kerjanya ini.
"Baiklah. Ikut denganku. Akan saya tunjukan apa pekerjaanmu hari ini."
"Baik Pak"
Aduh aku kan masih penasaran dengan mereka.
Liora langsung mengikuti langka lelaki itu untuk mendapatkan bimbingan. Walaupun hatinya masih begitu penasaran dengan kedua wanita itu.
Sementara kedua wanita itu sudah mengetuk pintu pelan, tidak terlalu pelan juga namun tentunya terdengar sampai ke telinga Devin yang sedang fokus ke layar laptopnya.
Keduanya masuk dengan hati-hati. Devin pun sudah tahu akan kehadiran mereka dikantor ini sesuai informasi digitalnya. Karena tidak sembarangan orang bisa masuk keruangan begitu saja, mereka harus memiliki janji dan pemberitahuan. Paling tidak memang mendapatkan panggilan dari atasan barulah siapapun bisa masuk keruangan itu.
"Mau apa Mama datang? Apa ada urusan yang penting?" Devin langsung bertanya dengan pertanyaan menohok. Bahkan ia tidak menganggap kehadiran wanita itu bersama ibunya. Karena mengingat suntikan itu ia benar-benar merasa kesal dan ingin menamparnya.
Mendengar ucapan putranya itu tentu membuat Nova tahu diri. Ia sangat tahu putranya belom bisa memaafkannya.
"Devin bagaimana kabarmu?" Ia bertanya layaknya seorang ibu yang memang mengkhawatirkan keadaannya setelah pergi dari rumah.
"Devin gila dan stress! Begitulah yang Devin rasakan saat ini." Ia menjawab apa adanya. Membuat Mama nova pun menelan ludahnya sendiri sambil duduk. Begitu pun Drisha, ia mengikuti Tante Nova yang duduk disofa.
Sejak tadi ia juga hanya mampu mengumpat diri dan menundukan pandangannya karena tidak berani menatap Devin. Ternyata ia baru sadar bahwa lelaki ini sungguh mengerikan baginya.
"Jangan begitu sayang. Kamu baik-baik saja kan? Kalo tidak nyaman tinggal sendiri pulanglah kerumah."
"Aku lebih nyaman tinggal sendiri!" Masih menjawab dengan intonasi yang ketus. Ia masih marah dan belom bisa memaafkan ibunya. Namun bagaimana lagi ia juga tidak mampu untuk membenci ibunya karena dialah yang telah melahirkannya.
Mereka terdiam lagi. Bahkan Devin lebih fokus memainkan laptopnya
"Sayang. Mama ingin berbicara padamu. Ini tentang Drisha"
Masih tidak ada sahutan dari Devin. Sepertinya mendengarkannya saja tidak.
"Jangan membuang-buang waktu Ma! Devin sibuk! Mau apa kalian kemari?"
Astaga! Bahkan anak ini sudah tidak ada sopan-sopannya sama ibunya.
"Tolong jangan pecat Drisha ya sayang. Ini kesalahan Mama."
"Ini kesalahan kalian berdua!"
"Iya Mama tau itu. Tapi ini atas kemauan Mama Dev. Ini sepenuhnya salah Mama. Tolong jangan pecat Drisha."
"Apa wanita itu bisa mengambil cairan bius yang bahkan sudah bercampur dengan darahku? Kalo bisa aku bisa mempekerjakannya kembali. Tapi tidak mungkin bisa kan! Nasi sudah menjadi bubur. Begitu juga sebaliknya. Devin tidak akan bisa melakukan itu Ma!"
"Mama mohon Devin. Kali ini saja kabulkan permintaan Mama."
"Permintaan mana yang tidak pernah Devin kabulkan Ma? Kali ini tidak! Devin bilang tidak ya tidak!"
"Dev. Mama mohon!" Langsung memasang wajah penuh permohonan dan memelas. Bahkan Devin tidak pernah melihat ibunya memohon seperti itu sebelumnya.
Maafin aku Ma. Devin begitu kecewa dengan Mama.
"Apa kau benar-benar ingin bekerja lagi dirumah sakit?" Entah ia bertanya pada siapa. Tapi yang jelas pertanyaan ini tertuju kepada Drisha.
Drisha pun hanya berani menganggukkan kepala saja mendengar pertanyaan Devin.
"Kemaren kau sangat pemberani! Kenapa sekarang jadi sok kalem! Aku tanya sekali lagi! Apa kau benar-benar ingin bekerja lagi dirumah sakit??"
"Iya Dev. Aku benar-benar ingin bekerja lagi dirumah sakit."
"Kalo begitu bekerja saja di Rumah Sakit Jiwa! Itu lebih pantas untukmu. Kau bebas menyuntikkan banyak biusan ke mereka kan?Haha..!" Devin tergelak dengan omongannya sendiri.
Astaga Devin jahat sekali! Aku kira dia bakal memberiku kesempatan. Tapi nyatanya dia malah memaki ku!
"Lebih baik Mama dan wanita itu pergi sekarang! Devin mau meeting!"
"Dev.."
Bahkan Devin langsung berdiri dari kursinya dan bergegas membereskan peralatan meetingnya. Ia benar-benar akan meeting sepertinya, membuat keduanya pasrah dan mau tidak mau pergi meninggalkan kantor itu.