Kisah Nyata : Adakalanya cinta itu memang harus dilepas, bukan karena jika bersama akan saling menyakiti, Namun...jika terus bersama, akan ada banyak hati yg tersakiti.
Diangkat dari kisah nyata, Adeeva seorang guru honorer yang di buat jatuh cinta oleh Adrian, seorang pria berprofesi sebagai polisi. Kegigihan Adrian membuat Adeeva luluh dan menerimanya.
Namun masalah demi masalah pun mulai bermunculan. Membuat Adeeva ingin menyerah dan berhenti. Bagaimana cara mereka menyelesaikan permasalahan yang ada? Akankah mereka bisa bersatu atau justru harus saling merelakan?
Temukan jawabannya di novel ini. Yang akan membuatmu masuk ke dalam kisah percintaan yang mengharukan.
Note : Demi menjaga privasi tokoh sebenarnya, semua nama dan lokasi kejadian sudah di rahasiakan.
follow saya di
Ig : lv.edelweiss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LV Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pamit
Aku mengemas barang-barangku. Tidak terlalu banyak tapi cukup melelahkan ternyata. Semua baju sudah aku masukkan koper. Surat-surat penting juga sudah. Jadwal keberangkatan pesawat besok pagi pukul 10. Ayah dan ibu mengantarku besok ke bandara, tapi aku tidak tahu apakah Adrian juga bisa ikut. Sebelumnya aku sudah katakan pada Adrian perihal kepergianku ini.
"Adek mau ke Medan.. " Kataku saat kami telponan disuatu malam.
"Kapan berangkat? " Tanyanya.
"Rabu ini. Pukul 10 Boarding. " Jawabku
"Jadi nggak jumpa lagi? " Suara Adrian terdengar parau.
"Adek kan harus daftar kuliah bang..., gimana dong" Aku mencoba membuatnya mengerti.
"Pergilah... kejarlah cita-cita adek. Abang akan tunggu disini. Baik-baik disana ya, jangan macem-macem" Nasihatnya.
Perasaanku campur aduk saat itu. Aku tak tahu hubungan ini akan seperti apa nanti saat kami sudah dipisahkan oleh jarak. Akankah bertahan atau berakhir begitu saja. Akankah Adrian setia menunggu? Atau justru... Ah, hanya Tuhan yang tahu semua yang nanti akan terjadi.
Saat ini aku hanya ingin fokus pada kuliahku. Aku tidak mau mengecewakan ibu dan ayah. Kakak pertamaku, sudah pernah gagal saat menempuh studi di kota, jadi saat ini harapan mereka hanyalah ada padaku. setidaknya dalam keluarga kami, harus ada satu orang yang sarjana. Meski hidup kami pas-pasan, tidak seperti orang lain yang serba berkecukupan, namun aku adalah anak yang selalu memberi prestasi bagi orangtuaku. Bahkan sejak masih di bangku sekolah.
Aku memasukkan foto Adrian dan foto kami ke dalam koper. Alquran hadiah ulangtahun darinya. Dan box kecil berisi surat-surat dari para muridku.
"Adeeva... " Ibu masuk ke dalam kamarku. "Uda siap? tanya Ibu.
" Uda bu. Tinggal berangkat. " Aku tersenyum.
"Nanti sampai sana, langsung telpon Om Hadi ya, biar dia yang bawa kamu ke rumah Kak Wina. " Jelas ibu padaku. Memang ini adalah kali pertama aku pergi sendirian ke Medan. Biasanya selalu dengan ibu dan ayah saat mengunjungi Kak Wina. Kak Wina adalah kakak tertuaku. Sejak menikah dia menetap di kota Medan.
"Ingat ya pesan ibu. Sampai disana, jaga diri. Jangan berkeliaran sendirian. Di sana kata orang banyak orang jahat. Bahaya kalau kamu pergi-pergi sendiri. Itu dompet hati-hati, di sana banyak copet. Bang Ardi kan pernah kehilangan dompet dulu waktu kita ke medan ngeliat Kak Wina pindah rumah. Ingat nggak? " tanya ibu.
"Adeeva ingat kok bu. Pokoknya ibu tenang aja, Adeeva pasti bisa jaga diri. " Aku mencoba membuat ibu tidak khawatir.
"Kamu uda telpon Adrian? " Tiba-tiba ibu bertanya tentang Adrian. Ah ibu, kenapa harus dibahas lagi sih. Padahal aku sudah berusaha keras untuk tidak sedih lagi. Kesel deh.
"Uda kok bu... " Jawabku singkat..
"Trus.. trus... responnya gimana? " Tanya ibu.
"Ya gimana apanya bu? Ya dia cuma ngedukung aja. Emangnya dia mau gimana lagi. " Aku cemberut.
"Dia nggak ada mau bahas apa gitu. Kan kalian sebentar lagi bakalan jauh. Apa dia nggak berencana ngajakin kamu tunangan atau apa gitu? " Ibu mulai aneh-aneh.
"Bu... uda deh. Aku juga nggak selamanya pergi kan. Saat libur aku juga bakal pulang. Lagian bu, kalau tunangan sekarang masa iya sih tunangannya sampek 4 tahun. Yang bener aja bu. " Aku mengomel.
"Nikah aja dulu. Trus kamu lanjut kuliah. " Ibu semakin aneh..
"Ibuuuuu...Adeeva belum ada kepikiran buat nikah bu. Lagian juga, Adrian itu pangkatnya masih Bripda. Dia itu baru jadi polisi bu. Kan mereka dilarang buat nikah kalau baru lulus. Udalah bu. Kalau dia jodoh Adeeva, ya pasti bakal nikah sama Adeeva. Kalau nggak ya nikah sama orang lain. " Kataku pasrah.
"Huss, doa itu yang baik-baik kenapa sih? Dia itu serius loh sama kamu. Kalau ibu perhatiin juga, dia anaknya baik. Tapi ya seperti kamu bilang. Jodoh itu rahasia Allah." Ibu mulai setuju denganku.
"Nah itu ibu tau...." Aku lalu duduk di samping ibu. "Ibu baik-baik ya sama Ayah. Jangan sering ribut lagi. "
"kalau itu kamu nggak perlu khawatir. Ibu ini udah hampir tiga dekade menikah dengan ayahmu. Ibu uda biasa. " Jawabnya membuatku tenang. Padahal aku tahu, ibu sering terluka karena sikap ayah. Mereka sering cekcok bahkan hanya karena hal-hal yang sepele sekalipun.
Aku pun tersenyum...
kawen aja truss sama pak Edward udah beress.. gak banyak kali abis episode..