NovelToon NovelToon
Melawan Kematian

Melawan Kematian

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Iblis / Identitas Tersembunyi
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fukano Jr

Seorang pemuda bernama Riu Zin, yang dipenuhi ambisi dan keinginan yang membara untuk mencapai kekuatan yang luar biasa, sehingga ia bersedia untuk melawan bahkan kematiannya sendiri.

Meskipun menghadapi tantangan yang tampak tidak mungkin, seperti melawan Surga yang bagi manusia adalah suatu kemustahilan, namun demi kekuatan yang diimpikannya, ia rela menghadapi segala risiko, bahkan kematian pun sudah menjadi bagian dari kesiapan dan tekadnya. Dengan tekad yang teguh dan semangat yang membara, pemuda ini siap menghadapi segala rintangan dan tantangan, mengejar impian dan ambisinya dengan penuh determinasi dan keberanian yang luar biasa.

Ini bukan tentang mencari kesempurnaan,cerita ini tentang mencari Mati! Ambisi dari seorang Pemuda yang merasa tertantang dan mengikuti seseorang yang menurutnya bisa di andalkan.


Mari baca cerita Pertama ku ya

[ Karya asli]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fukano Jr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 Rasa Hormat yang Naif

Iblis menghempaskan pedang Riu Zin ke arahnya, lalu dengan tatapan kosong bertanya, "Untuk apa pedang buruk ini, bahkan satu jari ku saja lebih tajam dari senjata rongsokan mu itu."

"Terimalah ini," ucap Riu Zin dengan tegas, "Aku tidak berniat memberikan senjataku ini. Aku hanya tidak ingin seseorang menunjukkan belas kasih padaku." Tatapan serius Riu Zin telah memberikan jawaban yang jelas pada Iblis, menegaskan keputusannya tanpa ragu.

"Memalukan dan membuatku muak," desis Iblis sambil menghilang dalam sekejap di hadapan Riu Zin, hanya untuk muncul kembali di belakangnya, sejarak sepuluh langkah, duduk di atas bongkahan batu. 

Iblis kembali menatap ke arah Riu Zin,tapi kali ini dengan tatapan tajam dan keseriusan yang terlintas diwajahnya "Hanya untuk mempertahankan kehormatanmu, sampai ingin mengakhiri hidup. Itu sangat menjijikan," ucapnya menolak tawaran untuk mengakhiri hidup Riu Zin yang sudah pasrah pada takdirnya. 

Riu Zin melangkah dengan mantap ke arah Iblis, wajahnya masih serius. "Inilah sifat sejati seorang anak yang menjunjung tinggi nama baik Keluarga dan Sekte yang dinaunginya," ucapnya tegas. Berhenti dua langkah dari Iblis, Riu Zin melanjutkan dengan suara lantang, "Sebagai seorang Tuan Muda, aku telah dipermainkan oleh lawan. Aku merasa malu."

Tetap teguh, Riu Zin memaksa Iblis menerima pedangnya untuk mengakhiri dirinya. "Ayo, bunuh aku!" bentaknya dengan penuh desakan.

Bruk!

Satu tendangan keras mendarat tepat di wajah Riu Zin, membuatnya terpental beberapa langkah dari hadapan Iblis. "Manusia bodoh. Kalian sering menganggap kami ganas, berbahaya, dan sebagai kehancuran," ujar Iblis sambil melompat tepat di atas Riu Zin, menghantam dua pukulan telak di wajahnya. 

Buk 

Buk 

"Sebaliknya, kami Iblis juga menganggap kalian sebagai makhluk bodoh dengan kebiasaan yang menjijikkan seperti itu. Karena itulah kami sering memanipulasi kalian, merasa terhibur oleh kebodohan yang kalian tunjukkan," lanjutnya dengan serius, menciptakan suasana tegang dan penuh dengan konfrontasi antara manusia dan makhluk gaib.

Riu Zin, wajahnya bercucuran darah, tetap menatap serius Iblis itu, bangkit kembali dengan keberanian yang tak tergoyahkan. "Ayo, kita lanjut bertarung, tenagaku masih tersisa," ajaknya dengan tekad yang membara, siap melanjutkan pertarungan yang tidak seimbang.

Tiba-tiba, bayangan tangan seukuran dua kaki muncul dari bawah tanah, mencengkram Riu Zin dengan kekuatan yang tak terbantahkan. Di tangan bayangan hitam itu, aliran energi listrik berwarna merah tua melingkupi, sementara aura api hitam menyala di setiap jarinya.

"Argh!"

Riu Zin berteriak kesakitan saat menerima sengatan listrik, kesulitan melepaskan cengkeraman kuat dari tangan bayangan itu. Upaya Riu Zin untuk melawan dengan kekuatan api nampaknya sia-sia, karena apinya ditutupi oleh api hitam dari Iblis itu.

"Naif sekali kau, sebaiknya menyerah saja," ujar Iblis dengan suara pelan, masih menunjukkan belas kasih. Setelah sejenak, Iblis menghilangkan tangan bayangan yang mencengkram Riu Zin.

Riu Zin terjatuh dengan tubuh lemas, namun dengan tekad yang membara, ia mencoba bangkit. Dengan suara serak yang penuh keberanian, ia menatap tajam Iblis dan mengucapkan kata-kata tegas, "Aku tidak butuh belas kasihanmu, Iblis sialan." Keberaniannya yang teguh dan keteguhan hatinya tercermin dalam kata-katanya yang penuh dengan keberanian dan tekad yang kuat.

"Hei, bocah, berdirilah," desis Iblis dengan tatapan tajam yang menusuk. Dengan tubuh yang lemah, Riu Zin bangkit berdiri dengan gemetar karena kelemahan yang melanda, namun tekadnya tetap teguh. Dengan tangan yang gemetaran, Riu Zin kembali menyodorkan pedangnya kepada Iblis, sebagai tanda permintaan untuk mengakhiri hidupnya. "Ayo, akhiri ini semua," ucapnya dengan suara lemah yang hampir teredam oleh kelemahan yang dirasakannya.

Iblis dengan cepat meraih pedang dari tangan Riu Zin dan mengarahkannya ke arahnya. Riu Zin terjatuh ke tanah, matanya tertutup rapat, tak sadarkan diri.

"Kau terlalu memaksa," ujar Iblis dengan suara pelan, melihat Riu Zin yang tergeletak lemah di tanah. Pedang Riu Zin yang berlumuran darah dipegang oleh Iblis, menandakan akhir dari pertarungan yang sarat dengan ketegangan. Tanpa kata-kata, Iblis membuang pedang itu dengan ringan, jatuh di samping tubuh lemas Riu Zin, menandai akhir dari pertarungan yang dramatis dan penuh dengan pertarungan batin.

°°•••••••°°°°••••••

Di pinggiran hutan yang subur, seorang pria berusia tiga puluhan sibuk memotong tumbuhan obat. "Sejuknya, matahari sudah tinggi, tapi suasana di sini begitu sejuk," ucapnya sambil menikmati keindahan alam di sekelilingnya.

Pandangannya meluncur ke dalam hutan yang tampak tenang, dihiasi dengan kicauan burung dan kehadiran hewan-hewan yang melintas. Namun, dalam sekejap, ketika ia kembali memperhatikan hutan, pemandangan berubah drastis. 

Orang itu diam terpaku dalam beberapa detik, mulutnya menganga dengan keringat dingin bercucuran. Hutan yang sebelumnya damai kini terlihat hancur, seperti medan pertempuran, dengan pohon-pohon tumbang, area sekitarnya terluka parah, dan hewan-hewan yang terluka parah bahkan menjadi korban.

Dalam keadaan panik, pria itu gemetar dan berkata, "Apa yang terjadi? Aku tidak salah melihat, kan?" Suasana tegang dan misterius menyelimuti perubahan mendadak di hutan yang sebelumnya penuh kedamaian,seperti terkena ilusi.

 

1
Lumine
keren.../Good/

/Rose//Rose/+/Coffee/ untukmu thor...
Uciha Kumar: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Lumine
Karyamu mantav bang../Good//Good//Good/
kukasih kopi /Coffee/ /Ok/
Uciha Kumar: Terima kasih dukungan nya 😁🙏
total 1 replies
Lukalama
tulisanmu rapi sekali Thor.../Good/
/Rose//Rose/meluncur....
Uciha Kumar: Makasih kak Luka sudah mampir 😁🙏
total 1 replies
arfan
terus semangat bos
Uciha Kumar: Ok Siap👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!