Jutaan tahun setelah Perang Suci berakhir, Dewa Iblis kembali terlahir ke bumi untuk melanjutkan balas dendamnya. Hal itu membuat para dewa yang tersisa kembali tidak tenang mengingat bencana yang terjadi di masa lalu. Tidak ingin kehancuran itu terjadi untuk kedua kalinya, Dewi Cinta mengambil keputusan untuk turun ke bumi guna mencegah kehancuran.
Yang satu ingin menghancurkan, yang satu ingin menyelamatkan peradaban dunia. Dua insan dengan tujuan yang bertolak belakang tapi terikat cinta.
Berhasilkah keduanya mencapai tujuan mereka? Yuk baca sekarang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Jatuh ke Kolam
Matahari pun terbenam dan saat ini Putri Kamiai bersama dua anak lainnya menyusuri koridor dengan wajah lesu.
‘’Haa, huha akhirnya sampai juga,’’ kata Pangeran Ozora.
‘’Air, Yang Mulia ini butuh air,’’ kata Satan menghampiri keran diikuti sang pangeran.
Sedangkan Putri Kamiai memilih duduk untuk mengambil nafas sebentar, hingga matanya tanpa sengaja melirik ulat di salah satu daun membuatnya langsung berdiri menjaga jarak.
‘’Hee~ jadi Tuan Putri takut dengan hal seperti ini?’’ tanya Banri yang tiba-tiba muncul sambil meraih ulat itu.
Putri Kamiai mengulurkan tangan dengan maksud melarang Banri mendekat. ‘’Ja-Jauhkan itu dariku!’’
‘’Kau lebih takut dengan ulat sekecil ini daripada berdekatan dengan anak pembawa sial itu,’’ kata Banri tetap berjalan menghampiri.
‘’Aku bilang jangan mendekat!’’ seru Putri Kamiai berjalan mundur.
Banri semakin bersemangat menakuti sang putri. ‘’Ayolah, ini hanya ulat. Dia tidak akan menggigitmu.’’
‘’Aku tidak butuh! Pergilah!’’ usir Putri Kamiai.
‘’Hihi,’’ kikik Banri semakin mendekat.
Dan Putri Kamiai terus berjalan mundur. ‘’Kenapa kau selalu suka mengganggu orang?! Menjauhlah dari si—akh!’’
Byur!
Banri terbelalak karena sang putri tiba-tiba terjatuh ke dalam kolam.
Putri Kamiai menjadi sangat panik sehingga melakukan gerakan seperti hendak meraih sesuatu dan berusaha memosisikan kepalanya untuk menengadah sambil membuka mulut.
‘’Tolong! Aku tida—‘’
Tubuhnya kembali tenggelam sebelum kepalanya kembali muncul di permukaan air. ‘’Bisa berenang! Kumo— hap! Siapa pun to— hap! Uhuk! Uhuk!’’
‘’Oee! Apa yang kau lakukan?!’’ teriak Satan yang baru kembali setelah minum.
Di saat bersamaan, Pangeran Ozora melompat ke dalam air sambil anak-anak yang lainnya tiba.
Byur!
‘’Apa yang terjadi?’’ tanya Pangeran Aoi.
‘’Anak pembawa sial ini mendorong Tuan Putri ke kolam!’’ tunjuk Banri.
‘’Bukan aku,’’ kata Satan.
‘’Aku melihatmu dengan mata kepalaku sendiri,’’ kata Banri.
Ninshu yang tidak sengaja lewat, mengerutkan dahi melihat kerumunan anak di koridor. ‘’Kenapa begitu ramai?’’
Tidak lama kemudian matanya langsung membulat saat salah satu anak dilempari batu. ‘’Hei, tunggu! Apa yang kalian lakukan?’’
‘’Dia berusaha mencelakai Kamiai dengan mendorongnya ke dalam kolam,’’ lapor Pangeran Aoi sambil menunjuk Satan.
Ninshu yang mendengarnya melirik anak yang dimaksud, sebelum membantu Putri Kamiai keluar dari kolam.
‘’Tidak, dia berbohong. Banri yang mendo—‘’
‘’Beraninya kau mengatakan Pangeran sepertiku pembohong!’’ kata Pangeran Aoi memotong ucapan Satan.
‘’Tunggu du—‘’
‘’Sungguh bukan aku,’’ kata Satan memotong ucapan Ninshu.
‘’Kamiai terjatuh ke dalam kolam, apakah itu terlihat bohong?!’’ seru Banri.
Ninshu mengeryitkan alis dan berusaha tersenyum. ‘’Tenan—‘’
‘’Hukum saja dia,’’ kata Banri.
‘’Aku bilang berhenti!’’ seru Ninshu.
......................
Ruang Kedisiplinan
Kesebelas anak tadi berlutut di lantai sambil menatap kedua tangan mereka yang habis dipukuli oleh Ninshu menggunakan tongkat pemukul.
‘’Kenapa kita juga ikut dihukum?’’ bisik Ishizawa.
‘’Dengar, kalian datang kemari untuk menuntut ilmu dan menjalin tali persaudaraan. Meski semua murid di sini sama rata, bukan berarti kalian bisa main hakim sendiri seperti tadi. Apakah hukum mengajari kalian untuk bertindak sebelum membicarakannya baik-baik?!’’ seru Ninshu.
‘’Kami bersalah.’’
‘’Aku harus pergi dan melihat kondisi Putri Negara Api. Sebagai hukuman, tidak ada jatah makan malam untuk kalian hari ini. Berlutut selama 30 menit dan renungkan kesalahan sendiri!’’ kata Ninshu sebelum berjalan pergi.
......................
Kerajaan Negara Api
Ruang Kenegaraan
‘’Pangeran telah tiba!’’
Begitu pintu terbuka, muncul dua sosok pria muda berjalan masuk sambil para petinggi kerajaan membungkuk hormat.
‘’Salam kepada Yang Mulia,’’ kata Pangeran Shieru dan Aidagara.
‘’Pangeran telah tumbuh dewasa. Kami sangat merindukanmu 12 tahun ini,’’ senyum Raja Api.
‘’Kau tumbuh menjadi pria tampan,’’ senyum Ratu.
‘’Selamat atas kepulangan Pangeran Negara Api,’’ kata para petinggi.
Pangeran Shieru tersenyum dengan kepala menggangguk.
‘’Kudengar di antara murid akademi tahun ini, kau menjadi yang nomor satu. Kau telah mengangkat nama Negara Api. Kami jadi bangga padamu.’’
‘’Terima kasih Yang Mulia,’’ kata Pangeran Shieru.
‘’Wah, Aidagara, kau juga sudah tumbuh menjadi pria dewasa,’’ kata Raja Api.
Aidagara berlutut sambil menundukkan kepala. ‘’Terima kasih dari hamba Yang Mulia.’’
‘’Entah bagaimana putri kecilku akan menjalani kehidupannya di sana,’’ kata Ratu.
‘’Jika aku bisa melalui masa-masa di akademi, kenapa adik juga tidak bisa melakukannya? Yang Mulia tidak perlu khawatir,’’ kata Pangeran Shieru.
‘’Benar juga, kalian pasti sudah bertemu, kan?’’ tebak Raja Api.
Pangeran Shieru mengangguk. ‘’Dia benar-benar seperti rumor yang kudengar. Wajah yang murni dan kecantikan luar biasa. Sungguh, Putri Kamiai adalah yang tercantik di antara Tiga Dunia.’’
‘’Sudah jelas, siapa dulu wanita yang melahirkannya?’’ kode Raja Api.
‘’Yang Mulia bisa saja,’’ kata Ratu.
Pangeran Shieru tersenyum. ‘’Tadaima(Aku pulang).’’
‘’Okaerinasai Ouji(Selamat datang kembali, Pangeran),’’ balas sang Raja dan Ratu.
......................
Akademi, Gunung Shinju
Setelah 30 menit berlalu, Pangeran Aoi dan yang lainnya meninggalkan ruang kedisiplinan dan menyusuri koridor dalam kondisi perut kosong.
‘’Aku sangat lapar,’’ kata Eri.
‘’Mereka yang buat masalah kenapa kita yang ikut terseret?’’ habis pikir Arisu.
‘’Aku tidak mengerti kenapa Kamiai mau berteman dengannya. Anak pembawa sial itu menyebut Aoi pembohong, lalu membuat kita semua kena hukuman ditambah lagi tidak mendapatkan jatah makan malam,’’ gerutu Riruru.
‘’Hn,’’ angguk Pangeran Midoriha membenarkan.
Satan tidak mengatakan apa pun dan berjalan pergi lebih dulu.
Melihat hal itu membuat Pangeran Aoi menatap Banri. ‘’Nee kimi(Hei kau) … Kejadian di kolam bukan karena ulahmu lagi, kan?’’
‘’Bukankah sudah kubilang kalau anak pembawa sial itu yang mendorong Putri Kamia—‘’
‘’Meski begitu, perkataanmu juga tidak bisa dipercaya,’’ kata Pangeran Aoi memotong ucapan Banri.
‘’Terserah,’’ kata Banri berjalan pergi.
‘’Meski semua orang sama rata, setidaknya bicaralah dengan sopan kepada anggota kerajaan,’’ kata Ishizawa.
‘’Tidak apa-apa. Lebih baik kita segera kembali,’’ kata Pangeran Aoi
......................
Sesampainya di penginapan, Pangeran Midoriha dan yang lainnya terbelalak setelah membuka pintu.
‘’Kenapa begitu lama? Satan sudah sampai di sini lebih dulu, jelas-jelas kalian kembalinya bersamaan,’’ kata Putri Kamiai.
‘’Bukankah kau seharusnya ada di ruang perawatan?’’ tebak Hashizume.
‘’Hanya sebentar. Setelah Ninshu Sensei datang, aku pergi dari sana dan membuat makan malam bersama Ozora,’’ kata Putri Kamiai.
‘’Kudengar kalian tidak mendapatkan jatah makan malam, jadi kami berdua sengaja menyimpannya dan menunggu hukuman kalian selesai,’’ kata Pangeran Ozora.
‘’Karena semuanya sudah ada di sini, ayo makan bersama,’’ ajak Putri Kamiai.
‘’Wah~ kita tertolong,’’ kata Ishizawa dan Hashizume.
‘’Terima kasih,’’ kata Rokimaru.
‘’Kamiai, kau adalah Dewa penyelamat,’’ kata Arisu.
‘’Hei, kenapa hanya memujinya? Aku juga ikut membagikan makan malamku,’’ gerutu Pangeran Ozora.
‘’Iyaya, kami tahu,’’ kata Riruru.
‘’Tapi tidak kusangka, kau pintar berenang,’’ kata Pangeran Aoi yang diangguki Pangeran Midoriha.
Pangeran Ozora tersenyum sambil mengipas wajahnya. ‘’Tentu saja, Pria Tampan sepertiku memiliki banyak kelebihan.’’