NovelToon NovelToon
Noil Dan Flint Si Pemberani

Noil Dan Flint Si Pemberani

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Persahabatan
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Radeya

Demi Menyelamatkan Hutan Selatan dari Kehancuran, Noil (seekor singa) dan Flint (seekor kambing) pergi ke kota manusia untuk bertemu Lopp si ketua pemberontak, tapi mereka justru terlibat aksi penculikan presiden Dump, Mampukah Noil dan Flint sampai ke kota manusia, menculik presiden manusia dan menyelamatkan hutan selatan tempat mereka tinggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radeya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kucing Peramal

"Kita masih jatuh," seru Noil.

"Kita akan mati!" pekik Flint.

"Jangan panik Flint, kita belum tentu akan mati."

"Tidak panik katamu! Memangnya kau pernah mendengar ada binatang yang jatuh setinggi ini dan tidak mati?"

"Oh ya ampun," seru Noil.

"Oh ada apa? apa lagi yang kau lihat?"

"Jangan ... jangan air!"

"Air? air itu bagus!"

"Itu kalau kau bisa berenang!"

Noil dan Flint merasa terhempas keras ketika mereka jatuh ke dalam air. Noil yang tak bisa berenang dalam hitungan detik telah menelan banyak sekali air, panik membuat Noil bergerak tak karuan dan itu membuatnya semakin tenggelam, semakin dia berusaha berenang ke atas malah membuat dia semakin jatuh tenggelam. Noil merasakan tenggorakannya tercekat, dalam keremangan, samar-samar dia melihat Flint berenang ke arahnya.

Flint menggunakan dua kaki depannya untuk menarik Noil ke atas, sangat sulit bagi Flint untuk menarik Noil, yang beratnya lima kali berat badan seekor kambing, tapi Flint tak membiarkan dirinya menyerah, Flint terus menggerakkan kedua kaki belakangnya hingga akhirnya secara ajaib yang tak bisa dijelaskan dengan hitungan matematika, Flint berhasil mengangkat Noil hingga ke atas permukaan, dan membawanya ke pinggir kolam air. Hampir tak mungkin untuk menarik Noil ke atas gorong-gorong, jadi Flint membiarkan kepala Noil menyandar di tepi kolam dan menahan badannya agar tidak kembali tenggelam.

Ketika akhirnya udara masuk ke dalam tenggorokan dan paru-parunya, Noil mulai terbatuk-batuk memuntahkan air yang bercampur lumut dari dalam perutnya.

"Syukurlah kau masih hidup, lain kali berlajarlah berenang," seru Flint, merasa lega.

"Tidak ada singa yang pandai berenang," kata Noil.

Flint berkata, "Apa kau cukup kuat menarik dirimu sendiri ke atas, kerena aku tidak mungkin bisa menarikmu."

"Ya kurasa," kata Noil.

Noil merayap naik ke atas, keluar dari kolam air dan langsung menjatuhkan dirinya di lantai. Sedangkan Flint langsung ambruk disampingnya, kaki-kakinya kebas.

"Kakiku hampir copot karena mengangkatmu, kau berat sekali," kata Flint.

Noil terbatuk-batuk, lalu berkata, "Aku kurus untuk ukuran singa, akhir-akhir ini aku sering olahraga lari dan diet, berat badanku pasti turun."

"Untunglah berat badanmu turun, jika tidak kita berdua pasti sudah tenggelam."

Flint kelaparan, menggigil kedinginan dan kelelahan. Sambil rebahan Flint membayangkan rencana yang terlalu berlebihan: Memasang tenda, menyalakan api unggun, mengadakan pesta apel dan tidur seharian.

Tapi, Noil sudah berdiri kembali. Noil berjalan di pinggir kolam dan menatap lubang menganga di atasnya, tempat mereka tadi terjatuh.

Flint berseru, "Tenang saja, tikus-tikus itu tidak akan melompat ke sini hanya untuk mengigiti kaki kita?"

"Mengingat mereka sudah gila," kata Noil, "ya! mereka bisa saja melompat ke sini, ayo Flint kita pergi."

"Tidak bisakah kita istirahat sebentar lagi," kata Flint ketika melihat Noil sudah berbalik.

"Okh ayolah," seru Noil, "aku yang hampir tenggelam, kenapa kau yang mau pingsan?"

"Oh ayolah," kata Flint dengan malas, "aku baru saja mengangkat 200 kg lebih dari dalam kolam, 200 kg bayangkan itu? Bagaimana kalau kita menginap?"

Noil menunduk menatap kolam di dekat kakinya.

"Bagaimana dengan airnya?" kata Noil.

"Kenapa dengan air kolamnya?" tanya Flint.

"Apa menurutmu tidak ada ular raksasa berkepala tiga yang bersembunyi di dalam kolam?"

Mendengarnya Flint langsung berdiri.

"Ayo kita pergi dari sini!"

"Terima kasih banyak Flint, kau menyelamatkan hidupku," kata Noil.

"Oke," kata Flint, "tapi mulai dari sekarang biarkan aku yang memimpin, aku sudah tidak percaya dengan kalimat 'aku mencium bau kebebasan' darimu kau selalu memilih jalan yang salah."

"Kau lupa ya, kau yang menyuruhku untuk memilih jalannya," sahut Noil.

"Aku tidak lupa, aku hanya lupa kalau kau bahkan nyasar di jalan lurus sekalipun, ayo berangkat."

Flint berjalan mendahului Noil.

"Karena aku yang memimpin sekarang, aku akan jalan didepan."

"Ya baiklah," kata Noil, "berhati-hatilah mungkin ada hantu di depan."

"Apa katamu?"

"Tidak, aku tidak mengatakan apa-apa."

Flint berkata, "Jangan terlalu jauh dariku atau aku akan meninggalkanmu."

Tak butuh waktu lama, untuk membuat Flint menyadari bahwa berjalan di depan bukanlah ide yang baik untuknnya.

Flint mulai merasa ketakutan.

"Tempat ini semakin lama semakin gelap," seru Flint, "aku hampir tak bisa melihat apa-apa."

"Mungkin karena sudah malam," kata Noil, "atau mungkin karena kita berada jauh di bawah tanah."

Flint mengembek.

"Okh ... aku tidak bisa melihat apa-apa."

"Flint, kalau kau menempelkan badanmu di leherku, aku jadi sulit berjalan."

"Aku takut membentur tembok," kata Flint, "ayo jalan saja kenapa berhenti."

"Flint, jalannya bercabang lagi, kau pilih yang mana?"

"Kenapa kau tanya aku, aku bahkan tidak bisa melihat kalau jalannya bercabang, kau saja yang pilih."

"Tapi, katanya kau yang memimpin."

"Lupakan soal aku yang memimpin, lewat mana saja sesukamu," kata Flint, "yang penting kita cepat pergi dari sini, aku sudah mulai merasa mau pingsan, karena tak bisa melihat apa-apa."

"Apa kau yakin?"

"Ya."

Noil memutuskan untuk berbelok ke kanan, bukan karena dia mencium bau kebebasan seperti sebelumnya, tapi lebih karena dia selalu memilih jalan ke kanan kapanpun saat dia mulai merasa nyasar di jalan. Dan dalam beberapa saat, Noil mulai merasa telah mengambil jalan yang salah.

"Kupikir kita harus kembali," seru Noil.

"Kenapa memangnya?" kata Flint, "apa jalannya buntu lagi, atau ada lubang lagi di depan?"

"Bukan, jalannya masih ada," kata Noil, "sepertinya jalannya menyempit."

Flint memekik. Flint takut kalau harus merangkak dalam kegelapan jika jalannya terus menyempit.

"Apa maksudmu dengan menyempit!"

Noil memberitahu.

"Entahlah tapi ini sudah lima kali kepalaku terantuk sesuatu yang menggantung di langit-langit."

Sekarang Flint mulai berpikir soal laba-laba sebesar gajah yang mempunyai banyak kaki yang menjuntai di langit-langit.

"Apa maksudmu dengan sesuatu yang menggantung di langit-langit, kau jangan menakutiku."

"Aku tidak tahu apa namanya, tapi sepertinya bukan kaki binatang, ada talinya," kata Noil, "menggantung di atas kepalamu, coba kau pegang."

"Jangan bicara macam-macam," kata Flint, "aku tidak mau memegangnya, dia bisa saja punya mulut dan tiba-tiba memakanku."

"Sudah kubilang ini bukan binatang."

"Bagaimana kau tahu bukan binatang, kau bahkan tidak tahu apa namanya."

"Aku hanya tau saja," kata Noil.

Noil meraih tali di atas kepala Flint, dan menariknya ke bawah.

Klik!

Cahaya yang mendadak, membuat mata Noil dan Flint terasa perih, Flint merunduk bersiap menghadapi monster berkaki delapan. Ketika mata Flint mulai terbiasa dengan cahaya lampu dan merasa masih hidup, dia bisa melihat Noil sedang menyeringai di depannya.

"Lampu!" teriak Flint, "selama ini kita berjalan seperti binatang buta, padahal ada lampu di atas sini."

Noil mulai berlari ke bagian jalan yang gelap, ketika kepalanya terantuk lagi, dia meraba ke atas dan menemukan tali berikutnya. Lampu lain kembali menyala ketika Noil menarik talinya.

"Sepertinya mereka memasang lampu di sepanjang jalan ini," seru Noil.

Flint berkata, "Ayo kita temukan lampu berikutnya, sepertinya ini mengarah ke suatu tempat."

"Aku bisa mencium bau kebebasan," kata Noil.

Dan Flint tidak memprotesnya, setiap kali Noil menemukan tali yang menggantung, dia langsung menyalakan lampu di langit-langit. Noil telah menemukan lampu kesembilan ketika dia menyalakannya lalu Flint segera mematikannya lagi.

"Ada sesuatu di sana, apa kau melihatnya juga?" kata Flint berkedik

"Bukan sesuatu yang berbahaya," seru Noil.

Lalu, Noil menyalakan lampunya lagi.

Tapi, Flint segera mematikannya lagi.

Noil berkata, "Kamu kenapa? itu hanya kucing."

"Hanya kucing katamu, bagaimana jika dia bukan hanya kucing, bagaimana jika dia punya lidah yang tiba-tiba bisa menjulur panjang dan mencekik leher kita."

"Itu hanya ada dalam imajinasimu, Flint tak ada kucing yang bisa seperti itu," kata Noil.

"Okh ya, kau lupa ya, dengan ribuan tikus gila di luar sana, atau burung bangau aneh dengan totol-totol hitam di tubuhnya, kucing yang ini mungkin lebih mengerikan."

"Aku disini, dan aku bisa mendengar kalian mengataiku," kata Catfish.

"Lihat, kau sudah menyinggungnya," kata Noil pada Flint.

Noil menyalakan lampu dan menatap kucing di depannya dan meminta maaf padanya sambil menunjuk Flint.

"Flint ini, memang penakut dan suka berkhayal sejak lahir," seru Noil.

Mendengarnya Catfish menyempitkan mata, Catfish adalah kucing anggora dengan semua bulunya berwarna putih, warna itulah yang akan tampak jika dia mau mandi dan menghilangkan semua kotoran gorong-gorong yang menempel di bulu-bulunya.

Dengan mata bulat yang besar berwarna kuning keemasan, Catfish berkata pada Noil dan Flint.

"Aneh, aku belum pernah melihat ada seekor kambing dan singa yang terjebak di gorong-gorong."

"Kau juga aneh," sahut Noil, "aku juga belum pernah melihat kucing anggora di gorong-gorong."

"Aku bukan kucing," kata Catfish "aku seekor tikus."

"Tuh kan , apa kubilang!" kata Flint, "semua binatang di tempat ini sakit jiwa."

Catfish tiba-tiba bercerita tentang kisah hidupnya dengan wajah penuh cerita suram.

"Mereka menangkapku," kata Catfish, "manusia membawaku ke dalam laboratorium, dengan banyak kurungan, mereka mengikatku di ranjang besi yang dingin, dan menyuntikku dengan jarum beberapa kali, aku tertidur dan ketika aku terbangung aku sudah berubah menjadi seekor kucing. Para Manusia berjas putih itu sebenarnya ingin membuat tikus yang lebih pintar dari manusia tapi tak berhasil, aku adalah project gagal."

Flint jelas tak percaya dengan cerita fiksi ilmiah Catfish.

"Kita pergi sebelum dia mulai mengamuk, dan mencakar kita."

Noil berkata, "Flint, lihat ekornya."

Catfish memiliki ekor yang kecil dan tak memiliki satupun bulu hingga terlihat hitam dan kurus, itu membuatnya lebih nampak seperti ekor tikus daripada ekor kucing.

Catfish menggoyang-goyangkan ekornya, menunjukkannya pada Noil dan Flint dan memberitahu mereka.

"Ekor ini adalah satu-satunya bagian tikus yang tersisa."

Catfish bergerak perlahan mendekat, mengamati dengan seksama pada Noil dan Flint dan berkata layaknya dia seorang cenayang.

"Aku bisa melihatnya," seru Catfish, "diburu-buru tikus dan tenggelam dalam kolam air."

Mendengarnya Noil dan Flint serempak melangkah mundur.

"Oh, bagaimana dia bisa tahu!" seru Noil, takjub.

Seandainya di sana ada cermin, hingga Noil dan Flint bisa melihat tampang mereka sendiri di cermin, mereka mungkin takkan terkejut dengan tebakan Catfish. Noil dan Flint lusuh dan penuh dengan lumut kolam, dan jelas sekali ada banyak bekas gigitan tikus di kaki mereka, sangat mudah ditebak apa yang sudah mereka alami.

Catfish memanfaatkannya dengan baik, dia memejamkan mata, mendongak ke atas, mengangkat satu kaki depan dan menggerak-gerakkan jari-jarinya seolah-olah dia sedang mengeja sebuah tulisan tak terlihat di udara.

"Aku bisa melihatnya," seru Catfish, "mereka, para manusia memasukkan sesuatu di kepalaku sehingga aku bisa melihatnya, apa yang terjadi di masa lalu dan di masa depan."

"Benarkah?" kata Noil.

Catfish membuka matanya, dan mengangguk serius.

"Kalian pasti berasal dari Kebun binatang di pusat kota?" kata Catfish.

Noil dan Flint menggeleng, Catfish menebak lagi.

"Kebun binatang di pinggiran kota?"

Noil dan Flint melongo, Catfish mulai frustasi.

"Kebun binatang di dekat taman kota?"

Noil dan Flint menggaruk kepala, Catfish mulai kehilangan pilihan.

"Kebun binatang di dekat supermall zero?"

"Apa itu supermall zero?" kata Noil.

"Apa aku sudah mengatakan kebun binatang di pinggiran kota?" tanya Catfish.

Noil dan Flint mengangguk.

Catfish terguncang tak percaya semua tebakannya tidak ada yang benar, mungkin Noil dan Flint menyangkut di ujung truk dan kereta api hingga sampai di kota manusia, bagaimanapun hanya tersisa satu tebakan.

"Hutan selatan?" seru Catfish.

"Okh ...!" kata Noil.

Noil hampir berteriak karena begitu tak percaya, bahwa kucing itu bisa menebaknya.

"Tentu saja kalian berasal dari Hutan Selatan, sekali lihat aku langsung tahu,"seru Catfish.

Noil kagum.

"Kau meramalnya dengan benar!"

"Bisa terlihat dari wajah kalian," kata Catfish menyeringai.

"Itu karena kau bertampang bodoh," kata Flint pada Noil.

Flint melangkah maju, dan menguji Catfish.

"Kalau kau benar-benar hebat, siapa nama ayah-ibuku dan berapa umurku sekarang?"

"Pertanyaan yang sulit," kata Catfish.

Catfish menelan ludahnya karena dia memang tidak mungkin tahu jawabannya.

"Ha ...! kau bisa menipuku tadi tapi tidak sekarang, semua binatang yang melihat tampang bodoh singa ini pasti bisa menebak kalau dia berasal dari hutan," seru Flint, "kau tidak tahu apa-apa, kau hanya membual, Noil dia mencoba menipu kita."

Noil yang selalu gampang percaya pada siapapun dan sudah terlanjur menjadi fans no 1 Catfish, menyikut Flint .

"Apa?" kata Flint.

"Flint, sebaiknya kau jangan membuatnya kesal."

"Kau yang membuatku kesal."

"Masalahnya, kau hanya seekor kambing," sela Catfish, "aku tidak tertarik untuk membaca sejarah kambing hutan."

Flint tidak terima, dia murka.

"Oke!" seru Flint, "sekarang kucing jadi-jadian ini benar-benar membuatku kesal."

Catfish mengabaikan Flint, seolah-olah Flint tak ada di sana, dia hanya memandang Noil.

"Tapi kau berbeda," kata Catfish pada Noil, "kau itu, I-S-T-I-M-E-W-A kau akan melakukan sesuatu yang luar biasa di masa depan, aku bisa yakinkan itu."

Demi mendengarnya, Noil langsung mengangguk khidmat.

"Kau percaya begitu saja, hanya karena dia memujimu," kata Flint.

"Diamlah Flint, dia sedang bicara."

"Aku bisa tahu semuanya, matamu menceritakan semuanya," kata Catfish, "semua penderitaan yang kau hadapi untuk sampai ke sini, perjalanan yang sungguh berat bersama kawan seperjalanan yang sama sekali tak berguna."

"Tak berguna katamu!" pekik Flint, "minggir Noil, biar aku kasih pelajaran kucing dengan ekor tikus ini."

"Aku bukan kucing," kata Catfish, "aku tikus."

Ketika Catfish mengatakannya dia bahkan tidak sudi memandang Flint, dia lebih tertarik untuk melihat kotoran di kuku kakinya.

"Jangan hiraukan dia," kata Noil, "kambing ini hanya terlalu banyak minum air gorong-gorong, itu membuatnya gampang marah."

"Kau yang terlalu banyak minum air gorong-gorong!" bentak Flint.

Catfish berkata,"Seekor singa pemberani meninggalkan hutan, jadi apa yang sedang kau cari di kota?"

"Kalau kau memang hebat, tebak saja sendiri," seru Flint.

Noil dan Catfish sepakat untuk mengabaikan pertanyaan Flint, mereka menganggapnya sebagai angin lalu, seolah-olah di gorong-gorong itu hanya ada mereka berdua.

"Ya," kata Noil, "kami mencari Lopp, dia ...."

Catfish mengangkat satu kaki depannya untuk menghentikan cerita Noil.

Catfish berkata, "Dia seekor tikus kan? Aku tahu ... aku tahu ...."

Mata Noil membesar, karena takjub.

"Ya, dia seekor tikus, itu hebat sekali? apa kau mengenalinya? "

"Kenal," kata Catfish, "aku mengenal semua binatang yang tinggal di sini."

"Lihat! dia mengundangku ke sini," seru Noil.

Noil mengambil plat besi di lehernya dan memberikannya pada Catfish.

Demi membaca tulisan di plat besi Catfish langsung menunjukkan ekspresi campuran kesal dan kaget. Catfish nampak bergumam kesal 'dasar anak itu' tapi Noil dan Flint tidak mendengarnya.

" Jadi ...," kata Noil.

"Jadi apa?" kata Catfish.

"Apa kau mengenalnya, Lopp si ketua geng pemberontak?"

"Tunggu sebentar, biar kupikirkan," kata Catfish.

Lalu, Catfish mendongak ke atas sangat lama sampai-sampai Noil dan Flint berpikir ada sesuatu yang menarik dil langit-langit.

Ketika akhirnya Catfish meluruskan lehernya lagi dia berkata,"Dia sudah seperti saudaraku sendiri, seekor tikus paling berani yang pernah kukenal, yang tidak akan pernah mundur menghadapi bahaya apapun, berani dan pintar itulah Lopp, si ketua geng pemberontak."

"Ya, itu dia!" kata Noil, "tepat sekali, jadi dimana dia sekarang?"

Catfish menunduk lalu meratapi dinding, kemudian dia memejamkan mata, dia tak bergerak begitu lama hingga Flint mengira Catfish jatuh tertidur.

Flint yang mencoba menggoyang-goyangkan kepala Catfish agar dia bangun.

"Jangan dipegang," kata Noil.

Setelah beberapa menit terdiam, yang terasa hampir seharian bagi Flint dan Noil, Catfish akhirnya mendesah. Catfish membuka matanya, mengucek-nguceknya, lalu dia menatap Noil dengan mata bulat besarnya yang berair.

"Maafkan aku jika aku tiba-tiba jadi sentimentil, mengingat di mana Lopp sekarang berada selalu membuatku ingin menangis," kata Catfish.

"Apa maksudnya?" kata Noil.

Catfish berbalik dari Noil dan Flint lalu dia berkata, "Akan kutunjukkan di mana Lopp, ikuti aku ... sebelah sini."

Selama perjalanan Catfish tak mengatakan apa-apa. Dibelakang, Noil dan Flint tak berani mengeluarkan satu katapun, mereka takut kalau-kalau suara sekecil apapun akan membuat Catfish jadi kesal. Catfish berbelok pada belokan yang berakhir pada jalan buntu, pada bagian gorong-gorong yang dindingnya runtuh dan reruntuhan batuannya menutupi jalan di depan mereka.

Catfish berhenti di depan reruntuhan dan meletakkan satu kaki depannya ke tumpukan batu dan menoleh pada Noil dan Flint.

Catfish berseru, "Di sini aku menguburnya."

Noil menggeleng.

"Tidak mungkin!"

Catfish mengangguk.

"Lopp kita, dia sudah mati."

1
walk_ing
senjata makan tuan ini namanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!