Kisah Cinta Putra Gus Atha dengan Salah satu santri di pesantren Sang Abi. cinta itu datang seusai pernikahan, pernikahan terjadi hanya karena persetujuan kedua mempelai. Perjodohan tanpa penolakan dan tanpa skandal apapun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Euforia
" Mas ... Geli," lirih Haseena pada suaminya itu. Dia merasa geli sekali saat Hafla menyentuh daun telinganya menggunakan mulut alias mendaratkan beberapa kecupan mesra di sana.
" Biarkan sejenak aku menikmatinya Seena ... " suaranya terdengar sangat parau sekali. Haseena sudah menggeliat layaknya cacing kepanasan.
" Mas please geli .... Seena merasa kacau," jawabnya. Hafla tak sanggup berbicara lagi. Dia segera menggendong Haseena ke ranjang king size miliknya itu.
Haseena di buat menganga kala suaminya itu melepaskan kaos putih yang dia kenakan. Bentuk tubuhnya yang sispack membuat Haseena berdecak kagum.
" Indah," lirihnya yang masih terdengar oleh Hafla. Pemuda itu nampak terkekeh di buatnya. Saat Hafla mendekat Haseena menyetop-nya dengan kedua telapak tangannya itu.
" Stop ! Mau apa .... ?" pertanyaan polos namun membuat Hafla semakin tertarik dalam perasaan bahagia saat ini yang menyelimuti.
" Bermain - main sebentar," jawabnya ambigu.
Hafla melancarkan aksinya dengan memberikan sentuhan - sentuhan mesra padanya. Haseena nampak gusar sekali dengan sentuhan itu. Bukan tidak nyaman akan tetapi sebaliknya tapi dia geli karena selama ini tak ada yang memperlakukannya demikian. Ini yang pertama baginya.
" Mas ... Jangan!" rengeknya dengan sedikit rasa malu.
" Mereka semua milikku!" Tunjuk Hafla dengan intensitas yang tinggi. Dia tak ingin di kecewakan oleh siapapun.
" Mas ... Beri aku sedikit ruang! Please ... Seena gugup," jawabnya di pertengahan permainan.
" Huft .... " Hafla membiarkan istrinya menggeliat sejenak. Namun dia terus memperhatikan kulit putih yang dia rawat dengan baik sampai nampak glowing seperti itu.
" Bagaimana? Sudah terisolir? Aku akan melanjutkannya," tanyanya dengan nada yang paling rendah yang dia miliki saat ini.
" Mas ... Harus sekarang?!" tanyanya nampak takut.
" Sekarang! Jika kita tidak mencoba bagaimana bisa dekat?" tanyanya namun sejurus kemudian Haseena Seperti orang yang tengah di bodohi. Dia Menurut saja ke kanan dan ke kiri.
" Mas .... Seena takut," jawabnya sambil melipat tangan di dada.
" Lalu?" tanya Hafla.
" Apakah di cancel saja?" tanya Haseena dengan hati-hati agar dia tak marah.
" Apakah kamu tidak mempercayaiku Seen?" tanya Hafla yang sudah berkabut dan mengatakan sesuatu dengan berat. Seena nampak diam tak mengerti kenapa dirinya masih segan untuk melakukannya.
Bolehkah aku memaksanya? Terdengar sangat egois. Tapi aku suaminya, halal untuk melakukan apapun.
Tanpa aba-aba Hafla menciptakan rasa rileks pada Haseena. Dia tidak tahu apakah itu perasaan takut ataukah enggan di sentuh. Hafla belum bisa menemukan jawabannya. Dia hanya bisa berusaha memberikan kedekatan ini supaya tidak ada jarak di antara mereka. Hubungan mereka memang terlihat kaku. Hafla ingin membuatnya lebih dekat daripada sebelumnya.
Hafla meraba kulit putih nan halus milik istrinya dengan sangat lembut. Dia tidak ingin di tampik oleh Haseena. Sebab jika itu dia lakukan sudah di pastikan Hafla akan kembali dingin seperti 2 minggu lalu. Bukan tanpa alasan Hafla diam selama itu.
Seena ... Jangan takut! Dia tidak akan meninggalkanmu. Bukankah kamu sudah menyayanginya? Berilah dia sebuah kenyamanan agar dia selalu di sisimu. Hilangkan takut kehilangan yang berlebihan itu.
" Aaaghhh ... " lenguhnya tanpa sadar. Namun Haseena segera memegang tangan itu. Haseena menahannya dengan wajah yang menatap suaminya dengan sendu dan sudah berkaca - kaca. Mata indah itu hampir saja menumpahkan isinya keluar. Sontak saja Hafla berhenti dan fokus menatap istrinya.
" Seena ... Sayang. Apakah aku menyakitimu?" tanya Hafla merasa bersalah. Hafla membuat Haseena terduduk. Gadis itu menatap suaminya dengan lekat.
" Mas ... Jangan tinggalkan Seena! Jangan meninggalkan Seena seperti mama dan papa. Seena takut jika orang yang Seena sayangi pergi lagi," kali ini dia tergugu. Tubuhnya bergetar karena tangisan yang sedikit dia tahan. " Apapun akan Seena lakukan untuk membahagian mas Hafla tapi jangan membuang Seena atau meninggalkan Seena seperti tanaman yang di rawat sebaik mungkin namun setelah merekah di berikan pada orang lain. Seena takut mas," jawabnya.
Deg.
Hafla baru menyadari ada rasa trauma yang sudah bersarang pada jiwa istrinya itu. Hafla merasa bersalah karena sudah berfikir tidak - tidak. Seena yang masih tergugu itu merasakan Hafla pun tak menjawab untuk menyanggupinya. Dia jadi semakin takut bila itu akan di lakukan olehnya.
" Heii ... Hei ... Seena! Sssttt ... Jangan menangis. Lihatlah aku!" seru Hafla sambil menangkup kedua pipi istrinya itu.
" Mas Hafla-mu ini tidak akan kemana-mana. Akan selalu menemanimu hingga nanti! Stop memikirkan hal - hal yang membuatmu khawatir. Seena .... Hafla - mu ini sudah tersihir olehmu saat seusai menikah. Tidak mungkin bisa lepas oleh jeratmu. Tidakkah kamu merasa bahwa aku sangat terpikat padamu? Sampai aku rela mendatangkan kekasih Hagla untuk membuatmu cemburu. Itu semua karena aku mulai mencintaimu," ucap Hafla sambil senyum. Haseena jadi tertegun mendengarnya.
" Mas ..... " lirihnya.
Entah siapa dulu yang memulài yang jelas Hafla sudah menguasai sang istri di mulai mencumbunya dari atas hingga berhenti di bawah leher yang putih itu. Hafla menatap istrinya memberikan isyarat apakah dia boleh menyentuhnya. Haseena mengangguk hafla oun kembali memulai permainannya.
Sumpah demi apapun rasanya sangat nikmat. Haseena begitu terlena sehingga dia mendesah di bawah kungkungan suaminya. Sedang Hafla begitu sangat terbius akan keindahan dunia yang di berikan sang pencipta. Hafla tak melewati sedikit pun dari keindahan itu. Hafla tak bisa menggambarkan bagaimana persaan senang yang sedang membuncah dalam dadanya itu. Dia sangat - sangat bahagia.
Hafla dengan beraninya memolosi istrinya seperti bayi yang baru lahir. Dia ucapkan doa - doa sebelum terlalu jauh. Haseena pun nampak tak berani menatap suaminya sebab Hafla pun ikut dalam kepolosan yang tercipta dalam ruangan itu.
Haseena terjingkat saat sesuatu memasuki area terlarang miliknya dengan terasa padat. Dia menegang kala benda itu dapat menerobos miliknya yang masih tersegel dengan apik. Hafla menatap istrinya yang tegang. Hafla kini malah mencium Haseena dengan lembut sambil berbisik yang membuat Haseena mengiyakan layaknya orang terhipnotis.
" Biarkan dia masuk sayang!" bisiknya dengan sangat mesra. Haseena hanya mengangguk pelan. Hafla pun membuka akses jalan itu agar lebih mudah menggapainya.
" Bismillahi Allahumma jannibna as-syaithana wa jannibi as-syathana maa razaqtana,"
Hafla kembali melantunkan doa agar dia tidak di barengi dengan hawa nafsu saja. Dia ingin menciptakan bibit unggul setelah tadi melaksanakan sholat 2 rakaat. Hafla tersenyum dan mencium kening istrinya sebelum memasukkan benda tumpul yang mungkin akan sedikit menyakitinya.
" Ah ...... !!!" teriak Haseena.
Hafla jadi ikut kaget mendengarnya.
" Belum sayang ... Masih atasnya saja," ujar Hafla sambil bersabar.
" Mas ... besok lagi ya!? Please .... Ini beneran ngilu. Sueeeerrr deh mas," jawab Haseena.
Di tengah pertempuran seperti ini haseena sempat-sempatnya mengatakan hal yang membuat suasana euforia dan sangat menakjubkan ini jadi sangat lucu. Bukan romantis lagi melainkan Hah?
Menyerah! Dia begitu sangat menggemaskan. Lihatlah di tengah permainan dia sangat memgesalkan. Besok lagi katanya??? Pernyataan apa itu. Emang bisa di cicil seperti cicilan motor. Nona cantik maharnya aku bayar kontan loh! Masak iya MP-nya harus di cicil sampai 1 tahun. Bodoh amat.
Hafla gedumel pengen ketawa tapi kesal.
Likeeeee yaaaa!!!!! Makasih loh.