NovelToon NovelToon
Istri Dosen Galak

Istri Dosen Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / dosen / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.1M
Nilai: 4.7
Nama Author: Kunay

Sebuah perjodohan membuat Infiera Falguni harus terjebak bersama dengan dosennya sendiri, Abimanyu. Dia menerima perjodohan itu hanya demi bisa melanjutkan pendidikannya.

Sikap Abimanyu yang acuh tak acuh membuat Infiera bertekad untuk tidak jatuh cinta pada dosennya yang galak itu. Namun, kehadiran masa lalu Abimanyu membuat Infiera kembali memikirkan hubungannya dengan pria itu.

Haruskah Infiera melepaskan Abimanyu untuk kembali pada masa lalunya atau mempertahankan hubungan yang sudah terikat dengan benang suci yang disebut pernikahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Insiden Mengejutkan

Sisa perjalanan yang dilalui Infiera dan juga Abimanyu hanya memiliki kebisuan dari keduanya. Fiera hanya memandang ke luar jendela, tidak memedulikan pria di sampingnya.

Ada apa dengan Abimanyu? Pria itu, belakang membuatnya bingung. Awalnya, dia mengajaknya untuk berteman, dia bermesraan dengan Almira di hadapannya. Apa Abimanyu tidak tahu kalau itu sangat menyakitinya?

“Kita sudah sampai.”

Suara Abimanyu menyadarkan Infiera dari lamunannya. Dia menyadari kalau mereka sudah berada di halaman rumahnya. “Ah, ternyata sudah sampai, ya?”

Fiera segera melepaskan sabuk pengaman di tubuhnya dan buru-buru membuka pintu, turun dari mobil. Namun, tiba-tiba saja Abimanyu mencekal tangannya, menghentikan Fiera untuk turun.

“Ada apa?” tanyanya heran, melirik ke arah tangannya.

“Jangan pergi dengan Gerald ke acara pernikahan Bu Gina.”

Fiera menautkan kedua alisnya. “Kenapa?”

“Itu karena ... karena kau adalah istriku. Bagaimana mungkin kau pergi dengan pria lain?” seru Abimanyu, ekspresi wajahnya tegas.

Fiera tertegun dengan ucapan suaminya, lalu dia tersadar. Fiera menyentak tangan yang mencekalnya hingga terlepas.

Dia turun dari mobil dan berdiri menghadap Abimanyu yang masih berada di balik kemudi. “Istrimu? Bukankah aku hanya temanmu?” tanya Fiera dengan nada sarkas. Dia mendengkus. “Aku rasa tidak perlu ada yang kita bahas mengenai hal itu.”

Abimanyu terdiam dengan ucapan Fiera yang sama sekali tidak dapat dibantahnya. Dia ingin membuka mulutnya, tapi tak ada satu kata pun yang keluar.

“Kalian sudah pulang? Kenapa masih di sana?” Suara ibu terdengar dari teras rumah.

Fiera yang memasang wajah sinis langsung tersenyum dan berbalik menghadap mertuanya. “Ini, Bu, sabuk pengamannya sepertinya rusak. Jadi, harus diperbaiki.”

“Kenapa bisa rusak?” Ibu mengernyit.

“Entahlah, Bu. Mungkin sudah terlalu lama atau juga yang menggunakannya sembarangan.”

Suara Fiera cukup keras untuk bisa didengar Abimanyu yang masih berada di dalam mobil. Pria itu menatap istrinya dengan tatapan rumit. Jelas sekali, dari setiap kata yang diucapkan wanita itu adalah sindiran yang menusuk.

Abimanyu keluar dari mobil dengan membawa barang belanjaannya.

Ibu yang masih berdiri di teras melihat ke arahnya.

“Kalian baru pulang berbelanja, ya?” tanya ibu.

“Engga—“

Ucapan Infiera terhenti saat Abimanyu menyahut. “Iya, Bu, aku baru membelikan beberapa baju untuk Fiera. Kami punya undangan dua hari lagi.”

Fiera terkejut dengan ucapan Abimanyu. Dia menoleh ke arah suaminya. Membelikan baju untuk dirinya? Yang benar saja? Bukankah Abimanyu tadi membelikan baju untuk Almira, kekasihnya?

Fiera menatap Abimanyu yang menyunggingkan senyumnya.

“Ah, kalian mau ke kondangan rupanya. Ih, kamu, Bi, kenapa engga ajak ibu? Ibu juga mau belanja.” Ibu berkata dengan suara merajuk pada putranya.

Ayah mertua yang berdiri di dekat pintu masuk berkata, “Ibu ini. Padahal, kemarin habis makan siang bersama Fiera, kita, kan, belanja. Itu, belanjaannya banyak di mobil.”

“Ayah, ibu, kan, juga mau belanja sama Fiera.”

Ayah terkekeh dengan ucapan istrinya. Saat mereka akan berangkat ke Jakarta, ibu memang sudah mengatakan ingin sekali jalan-jalan dengan menantunya, karena adik perempuan Abimanyu  sibuk dengan pendidikannya, jadi tidak memiliki waktu untuk menemani ibunya.

“Kita punya waktu sehari lagi di sini. Ibu bisa gunain waktu untuk berbelanja.”

“Ayah benar, Bu.”

“Bagaimana, Fier? Kita berbelanja besok?”

Fiera tersenyum dan mengangguk. “Tentu saja. Ayo, kita belanja besok.”

Ibu terlihat senang mendengar jawaban menantunya. “Ya sudah, kalian masuk sana. Ibu mau menemani ayah di sini.”

Fiera mengangguk dan bergegas masuk ke dalam rumah, meninggalkan mertua dan juga suaminya yang membawa barang belanjaan di tangannya.

Hanya berselang sebentar. Abimanyu juga menyusul. Pria itu masuk ke dalam kamar, lalu menghampiri Fiera yang baru saja meletakkan tasnya di atas sofa.

“Kenapa kamu tidak menggunakan kartu yang kuberikan untuk membeli pakaian untukmu?” tanya Abimanyu berdiri di hadapan Infiera, memblokir langkah wanita itu yang akan berjalan menuju ke kamar mandi.

“Ah, itu, aku masih belum butuh. Jadi, tidak perlu memboroskan uangnya, kan?”

Abimanyu menelengkan matanya, menatap Infiera. “Tidak mau menghamburkan uang atau tidak mau menggunakan uangku?” tebak Abimanyu.

Infiera yang sebelumnya hendak melanjutkan niatnya untuk ke kamar mandi, akhirnya menatap Abimanyu dengan berani.

“Kenapa? Kenapa sekarang mas mempermasalahkan banyak hal yang aku lakukan? Sebelumnya, melarang aku pergi dengan Pak Gerald, lalu sekarang mas menanyakan kenapa aku tidak menggunakan kartunya. Bukankah, selama ini kita hidup masing-masing? Dan tidak pernah ada masalah. Kenapa kita tidak lakukan itu lagi?”

Abimanyu membisu dengan perkataan Infiera. Wanita itu hendak melewatinya untuk menuju ke kamar mandi, tapi tiba-tiba Abimanyu meraih tangannya dan menariknya, membuat Fiera tersentak.

“Mas... .”

Abimanyu tidak memberikan waktu wanita itu untuk melakukan protes. Bibir mereka sudah saling menempel. Belanjaan yang dibawa Abimanyu terjatuh begitu saja di lantai.

Infiera membulatkan matanya dengan apa yang dilakukan Abimanyu. Dia mendorong pelan dada suaminya, tapi menggunakan tangan kirinya Abimanyu menahan pinggang Infiera dan tangan kanannya menahan belakang kepala wanita itu, hingga Fiera tidak bisa melewatkan kehangatan di bibirnya saat itu.

Fiera akhirnya memutuskan untuk diam, membiarkan apa yang Abimanyu lakukan. Dia terlalu terkejut dengan situasinya.

Setelah beberapa saat, tautan bibir mereka terlepas. Wajah Infiera sudah sangat merah. Abimanyu berdehem. “Maaf.”

Infiera salah tingkah. Dia tidak tahu bagaimana harus bereaksi sekarang.

Abimanyu berjongkok dan mengambil belanjaannya. “Ini untukmu. Mulai sekarang, gunakan kartu yang kuberikan padamu. Beli apa pun yang kau butuhkan dan kau inginkan. Setiap bulan, aku akan mengirimkannya langsung ke sana.”

Tanpa menunggu jawaban istrinya, Abimanyu melangkah menuju ke tempat tidur seraya melepaskan jasnya dan melemparnya sembarang ke atas tempat tidur. Setelahnya, dia kembali melangkah keluar meninggalkan kamar.

Fiera masih mematung di tempatnya. Dia memegang dadanya yang bergemuruh sangat keras. “Apa yang terjadi barusan?”

Fiera merasakan pipinya yang panas. Pasti sangat merah. “Aaaaaa... kenapa mendadak dia menciumku?”

Fiera meraup wajah dengan kedua telapak tangannya, lalu menggelengkan cepat kepalanya untuk memastikan kalau apa yang baru saja terjadi bukanlah mimpi.

Di luar kamar. Debaran jantung Abimanyu tak kalah berisiknya, merasakan jantungnya yang berpacu dengan sangat cepat.

“Apa yang gue barusan lakukan? Ah, sial, dia pasti terkejut.”

Abimanyu tidak mengerti. Dia tiba-tiba memiliki dorongan untuk mencium Infiera. Dia seperti ingin menunjukkan kalau wanita itu adalah miliknya. Tapi, kenapa? Pertanyaan itu tidak mendapatkan jawaban. Dia mengusap kasar wajahnya dan melangkah turun ke lantai satu, lalu menuju ke dapur. Dia membuka kulkas, mengambil air dingin untuk meredakan panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Bi, besok bisa temani ibu belanja? Ayah masih harus bertemu Dokter Ricard besok.” Suara ibu mengejutkan Abimanyu yang sedang minum, dia menoleh pada ibunya yang sudah duduk di kursi meja makan.

“Bisa, Bu. Besok Abi engga ada kelas. Fiera juga kayanya besok libur.”

“Baguslah, kalian bisa antar ibu.” Ibu memperhatikan wajah putranya. Dia sedikit mengernyit. “Bi, kenapa wajahmu merah banget? Apa kamu sakit?”

Abimanyu sedikit panik, dia memalingkan wajah. “Ti-tidak, Bu. Mungkin karena kelelahan. Panas banget hari ini.”

“Ah...” Ibu hanya mengangguk. Bukan rahasia lagi jika Jakarta memang panas. Tidak ada bedanya dengan Palembang, membuat ibu sama sekali tidak masalah dengan cuaca seperti itu.

***

Abimanyu berbicara dengan ayahnya hingga larut malam. Banyak hal yang mereka bicarakan. Gunawan juga memberikan banyak nasehat untuk Abimanyu sebagai suami. Apa lagi, situasi Fiera yang masih kuliah. Menantunya itu pasti membutuhkan banyak waktu untuk dirinya sendiri. Jadi, Abimanyu harus banyak mengalah dan mengerti.

Hampir pukul sebelas malam. Ayah sudah terlihat mengantuk dan berpamitan masuk ke dalam kamar terlebih dahulu. Sedangkan Abimanyu masih duduk di ruang tengah.

Abimanyu bingung, haruskah dirinya naik ke kamar? Pasti keadaannya akan sangat canggung. Apa lagi, setelah tragedi itu, Abimanyu pergi begitu saja.

“Ah, lama-lama gue bisa gila.”

Tidak bisa dipungkiri. Fiera memiliki wajah yang cantik dengan lesung di pipinya. Kulit kuning langsatnya terlihat menawan. Fiera juga memiliki proporsi tubuh yang bagus menurutnya, tidak gemuk, tapi juga tidak terlalu kurus.

Abimanyu menggelengkan kepalanya, untuk mengenyahkan pikiran yang tidak-tidak di kepalanya. Kenapa dia tiba-tiba memikirkan Fiera yang berbaring di tempat tidurnya? Padahal, hal itu sudah dilakukan selama beberapa hari terakhir saat orang tuanya berada di rumah mereka.

Abimanyu akhirnya bangun dari duduknya dan naik ke lantai dua. Dia membuka pintu perlahan. Abimanyu tidak melihat keberadaan Infiera, sepertinya gadis itu sudah tidur.

Benar saja, Fiera sudah berbaring di atas kasurnya dengan menutup seluruh tubuhnya hingga kepala. Abimanyu menghela napas lega, karena dia tidak perlu merasa canggung di hadapan wanita itu malam ini.

Abimanyu memilih masuk ke kamar mandi, membersihkan diri dan keluar sudah mengenakan pakaian tidurnya. Abimanyu merebahkan tubuhnya di atas sofa dan mulai memejamkan matanya.

Abimanyu tidak tahu kalau Fiera sama sekali belum tidur. Wanita itu sedang menyembunyikan kegugupannya. Dia mengutuk Abimayu terus-menerus setelah pria itu meninggalkannya sendiri. Fiera bahkan sempat berpikir gila, apakah akan ada kelanjutannya lagi malam ini?

Namun, sepertinya dugaan dia salah karena tidak ada pergerakan dari Abimanyu. Fiera mengintip lamat-lamat dari balik selimut. Seperti biasa Abimanyu sudah membaringkan tubuhnya di sofa.

 

1
Pendak Wah
Hhhhh aku suka Karyamu Thorr
Pendak Wah
ah aku bagi Markah 10 untuk Pak Ge
Pendak Wah
aku yg sedang baca pun kesal dng Abimanyu 🤣🤣
Diah Linggan
😁
Ririn Mutiarini
Emang pak Ge rayap ngabisin sofa dasar mas Abimanyu 🤣🤣🤦🏻‍♀️
Ririn Mutiarini
Abimanyu ngusilin calon pengantin yg lg pedekate 😆🤣
Pendak Wah
hahaha makelar tanah perkuburan
Pendak Wah
kayaknya perjalanan kisah Cinta pak Ge seru nih 😁😁
Sehat sll ya Thorr semoga Sukses kedepannya Aamiin
Diah Linggan: 𝙗𝙖𝙜𝙪𝙨
total 1 replies
Pendak Wah
,,,,🤣🤣🤣🤣🤣
Pendak Wah
Alhamdulillah, Akhirnya si bodoh itu menerima tamparan yg keras dr Ayahnya Sendiri
. Hhhhh Astaghfirullah ikut Emosi aku
Nur Lia
sangat bagus sangat menguras energi pokoknya terbaik
Pendak Wah
seharusnya dlm hubungan rumah tangga jng ada yg ditutup-tutupi
Ririn Mutiarini
Pak Ge satset kl dijodohin ga ky pak Abi 🤭🤭🤣🤣
Pendak Wah
Hhhhh kasihan deh lo Almira
Pendak Wah
Hhhhh aku pun tertawa lepas 🤣🤣
Pendak Wah
Hhhhh panaskan 😁😁
Pendak Wah
benih" Cinta sudah mulai bertaburan 🤩🤩
Pendak Wah
jd senyum" sendiri baca ini Novel

semangat ya Thorr Karyamu bagus 💪💪
Pendak Wah
Manusia sedingin Kulkas sudah mulai meleleh 😁😁
Ririn Mutiarini
Rianti ga usa kaku camer dan calon suami emang gt kelakuannya 😆😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!