Rachel seorang mualaf mantan kupu-kupu malam dan dinikahi oleh seorang anak ustad, berharap pernikahannya akan membawanya ke surga yang indah.
Namun, ternyata semua tidak seindah yang dia bayangkan. Farhan menikahi Rachel hanyalah untuk menolongnya keluar dari dunia hitam.
Mampukah Rachel bertahan dalam rumah tangga yang tanpa cinta?
Jangan lupa subcribe sebelum melanjutkan membaca.
info tentang novel mama bisa di dapat di
ig reni_nofita79
fb reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Maafkan aku, Rachel
Langit tampak terang dengan semburat sinar yang berpendar mengelilingi desa. Angin siang rupanya berdesir lebih tenang. Namun mampu menerbangkan dedaunan.
Di bawah pohon nan rindang, Rachel duduk seorang diri. Ayah dan Ibu Farhan pergi pengajian. Matanya wanita itu menerawang entah kemana.
Farhan yang melihat istrinya termenung, keluar dari rumah. Berjalan menghampiri Rachel. Pria itu memeluk dan mengecup dahinya.
Rachel yang sedang termenung kaget saat bibir basah itu mendarat diwajahnya. Dia hanya membalas dengan senyuman. Melihat reaksi istrinya begitu, Farhan memeluknya, berharap Rachel membalas. Namun, Rachel seperti sedikit menghindar.
"Maafkan aku ...," ucap Farhan.
Rachel mengubris ucapan suaminya. Pandangannya tertuju pada anak-anak yang bersepeda sepulang sekolah.
Farhan lalu memilih duduk di samping Rachel. Menggenggam tangan wanita itu. Terasa dingin.
"Aku tahu ucapanku kemarin sangat menyakitkan, aku mohon maaf. Sekarang tidak ada lagi yang harus aku sembunyikan. Aku akan menjawab pertanyaan yang sering kamu ajukan denganku. Kenapa aku menikahimu ...."
Farhan menarik napas dalam. Memandangi wajah istrinya yang datar. Pria itu ingin tahu apa yang sedang istrinya pikirkan.
"Aku menikahimu hanya untuk menghindari perjodohan dari ayah dan ibu. Aku mencintai Andin, tapi kedua orang tuaku tidak merestui hubungan kami hingga Andin memilih pria lain. Cobalah sedikit mengerti dengan posisiku saat ini, Rachel!" ucap Farhan penuh penekanan.
"Mas, tidak ada yang perlu dimaafkan. Seperti katamu, seharusnya aku mengerti posisimu dan juga posisiku. Aku saja yang tidak sadar diri, terlalu terlena dengan anganku. Mana ada seorang pria baik-baik yang mau menikahi wanita sepertiku jika tidak ada maksud tertentu," ucap Rachel lirih, tapi masih dapat di dengar Farhan.
"Bukan maksudku ingin mengecewakan dan menyakiti kamu."
"Tenang saja, Mas. Aku telah terbiasa dikecewakan dan ditampar kenyataan hidup. Hatiku ini buatan Tuhan, bukan manusia, jadi tidak akan mudah terluka," ujar Rachel berusaha tersenyum.
"Sekali lagi maafkan aku, Rachel!"
"Jangan sering minta maaf, Mas. Aku takut stok maafmu nanti habis, sehingga saat nanti melakukan kesalahan yang lebih besar, kamu tidak ada kata maaf lagi," ucap Rachel.
"Kita jalan keliling desa, ya?" tanya Farhan. Dia berusaha mengalihkan pembicaraan. Kata-kata Rachel sebenarnya sangat menusuk ulu hatinya.
Rachel hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Mungkin dengan melihat pemandangan desa bisa membuat dia melupakan semuanya.
Farhan mengambil sepeda motor di garasi rumahnya. Dengan menggunakan kendaraan roda dua itu dia membawa Rachel keliling desa. Banyak wanita muda tersenyum dan memandangi mereka tanpa kedip.
Di sebuah warung yang berada di dekat kolam ikan, Farhan berhenti. Mengajak istrinya untuk duduk beristirahat sambil menikmati ikan yang banyak di kolam.
"Bi Sum, bisa tolong buatkan dua gelas teh hangat," ucap Farhan dengan ramahnya.
"Nak Farhan. Bibi kira siapa. Datangnya berduaan, jadi pangling. Ini siapanya Nak Farhan?" tanya Bibi itu sambil menunjuk ke arah Rachel.
Dengan tersenyum semringah, Rachel membalas ucapan wanita itu. Bibi juga memabalasnya.
"Ini istri Farhan, Bi," ucap Farhan.
"Cantik banget. Pantas menolak saat dijodohkan dengan Annisa," ujar Bibi.
Farhan hanya tersenyum membalas ucapan wanita itu. Satu jam mereka habiskan dengan mengobrol sambil memandangi ikan di kolam. Setelah itu Farhan pamit dengan wanita paruh baya itu.
Saat sampai di rumah, kedua orang tua Farhan telah menunggu. Mereka duduk di ruang televisi seperti biasanya.
"Duduklah! Ada yang ayah dan ibu ingin katakan," ucap Ayah.
Farhan dan Rachel memilih duduk di kursi yang ada di sebelah kanan mereka. Penasaran dengan apa yang ingin orang tua itu katakan.
"Ayah dan ibu ingin memberikan hadiah bulan madu untuk kalian berdua. Kalian bisa pilih, mau kemana bulan madunya," ucap Ibu.
"Karena masa cutiku hanya tinggal 3 hari aku pilih ke kota Bandung aja. Lebih dekat dari sini. Apa kamu setuju, Rachel?" tanya Farhan.
"Aku terserah dengan Mas saja," ucap Rachel lembut.
"Jika memang kalian ingin ke sana, baiklah. Nanti ayah pesankan tiket dan penginapannya," ucap Ayah.
Walau Farhan memiliki banyak uang, tapi hadiah dari orang tuanya itu tetap diterima. Karena dia tahu, jika nanti ditolak, kedua orang tuanya menjadi sedih. Beranggapan pemberian dari mereka tidak dihargai karena telah banyak uang.
...****************...