Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghadirkan Sebuah Tanya Untukku
Azzrafiq melihat mata Magika yang sudah terpejam, dia tak berani menyentuhnya, meskipun dalam pengaruh alkohol dan hasrat yang sudah sangat menggebu-gebu.
Akhirnya dia melakukannya sendiri sambil melihat tubuh Magika yang terbuka, sambil membayangkan dirinya menakluki wanita itu, hingga akhirnya tuntas sudah apa yang sedari tadi mengganjal pada dirinya.
Azzrafiq membersihkan apa yang telah di keluarkannya, lalu dia menutup pakaian Magika yang terbuka dengan perlahan, dan menutupi tubuh wanita itu dengan selimut, dia tidur di samping Magika sambil memeluk tubuhnya.
Pagi telah tiba, Azzrafiq terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa sangat pusing, dia mendapati ada seorang wanita tidur memunggunginya.
"Apa yang udah gue lakuin?" Gumam Azzrafiq seraya melihat tubuhnya, dan merasa lega ketika pakaiannya masih utuh. Dia mencoba mengingat apa yang sudah terjadi malam tadi?
"Gue gak inget, damn!"
Azzrafiq beranjak dari tempat tidur ukuran king itu, tanpa melihat wajah Magika yang masih tertidur di sampingnya, dia melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, mungkin setelah mandi, pusing yang dirasakannya akan hilang, dan dapat mengingat apa yang terjadi malam tadi.
Niatnya setelah membersihkan diri, Azzrafiq akan mengantar wanita yang tengah tidur bersamanya itu pulang, untuk memberikan kesan positif pada Bella, bahwa dia bukan lelaki yang memperlakukan wanita semena-mena.
Percikkan air membasahi rambutnya, sensasi dingin menyelimuti kulit kepalanya, bulir-bulir air dari shower terjun bebas ke sekujur tubuhnya, pikiran Azzrafiq mulai jernih kembali, dia mengingat apa yang dilakukannya semalam, meskipun dia tak ingat wajah wanita itu, tapi ingat namanya Bella, namun dia yakin itu pasti hanya nama samaran saja, setelah mandi Azzrafiq akan memperkenalkan diri secara resmi.
Azzrafiq tersenyum saat memikirkannya."Gue harus tahu nama asli dia."
Lelaki itu segera membilas tubuhnya yang tengah diselimuti sabun.
Magika merasakan sakit di kepalanya yang kian terasa selagi matanya terpejam, dia meraba-raba sprei yang terasa dingin, perlahan matanya terbuka seketika dirinya tersentak ketika menyadari terbagun di kamar yang tampak asing, dia tak ingat apa yang terjadi semalam.
Magika meraba tubuhnya, dan merasa lega ketika mengetahui dirinya masih berpakaian dengan lengkap dan tertutup, lalu dia melihat seisi kamar, hanya dirinya saja yang berada di sini. Dia segera turun dari tempat tidur dan berjalan menuju meja untuk mengambil air putih yang tersedia di kamar ini, tenggorokannya terasa sangat kering.
Ketika meminum air botol mineral, Magika melihat ada tas belanjaan dari minimarket, dia memeriksa isinya dan mendapati kondom diantara makanan dan minuman ringan.
"Shit ada kondom, udah gila apa aku? Tapi ini masih utuh dan belum kebuka, apa semalam aku masih aman?" Gumam Magika.
Mendengar ada suara percikan air di dalam kamar mandi, Magika dapat memastikan masih ada orang yang bersamanya di kamar ini, dia segera bergegas keluar ruangan.
Azzrafiq mematikan shower dan mengeringkan tubuhnya dengan bathrube yang telah tersedia di kamar mandi, lalu dia keluar dari kamar mandi, ketika melangkah menuju tempat tidur, dia tak mendapati wanita itu lagi, Magika telah meninggalkannya begitu saja.
"Tuh cewek udah ilang aja, orang mau diantar balik baik-baik malah kabur, mana gue lupa mukanya kayak gimana." Gerutu Azzrafiq.
Azzrafiq kembali merebahkan diri di atas tempat tidur untuk menonton TV sambil menunggu jam check out, lalu dia merasakan ada benda yang tertindih olehnya, dia meraba-raba benda itu dan berhasil diraihnya.
...(Charm Bracelet Magika)...
"Gelang? Pasti punya Bella." Ucap Azzrafiq, dia menilik gelang itu. "Unik juga ya bentuknya." Lalu dia menyimpan gelang itu di nakas samping tempat tidur.
Ponselnya berbunyi, ada panggilan dari Yudhistira, Azzrafiq segera mengangkatnya.
"Eh kampret lo dimana?" Tanya Yudhistira.
"Gue lagi di Hotel, nunggu check out bentar lagi." Jawab Azzrafiq ringan.
"Gila lo! Berakhir di sebuah Hotel, image Azzrafiq yang baik, ternyata sudah lenyap." Seru Yudhistira sambil tertawa.
"Kalo gue cerita yang sebenarnya juga, lo pasti gak bakalan percaya nyet."
"Lo berdua belum puas indehoy? Ampe mau tengah hari begini."
Azzrafiq berdecak."Tuh cewek udah gak ada, pas gue tinggal mandi, lo perhatiin ciri-ciri tuh cewek gak?"
"Mana gue tahu, pas gue balik ke meja lo sama dia asyik ciuman, cuma rambut tuh cewek aja yang gue lihat, parah lo kalo mabok hahaha, ampe gak peduliin sekitar, lo ninggalin meja aja gak lepas dari bibir tuh cewek." Terang Yudhistira.
Azzrafiq coba mengingat kejadian itu, apa benar dirinya semaniak itu sampai lupa keadaan sekitarnya? Jika benar dirinya seperti itu, malunya baru terasa saat ini, pipinya mulai memerah.
"Masa sih gue kayak gitu?" Tanya Azzrafiq tak percaya.
Yudhistira tertawa."Asal lo tahu aja, tadi malem lo berlagak dunia berasa milik berdua aja, ciuman seenaknya disekeliling orang-orang, mana tuh cewek dance nya erotis banget, dan lo terlihat sangat kegirangan seperti tante-tante."
"Shit, gue gak inget kalo yang itu." Tukas Azzrafiq seraya menggaruk-garuk alisnya.
"Gimana rasanya nyet bercinta sama orang asing?" Tanya Yudhistira mengejek Azzrafiq.
Seketika Azzrafiq teringat lagi tubuh Magika yang indah, dia tersenyum membayangkan pemandangan yang tak pernah terlupakan itu, menurutnya Magika memiliki tubuh yang sangat sempurna, bagian yang erotis saja Azzrafiq ingat, giliran bagian wajah dia malah lupa.
"Hmm.. gak tahu, orang kita ketiduran." Jawab Azzrafiq seraya beranjak dari tempat tidur.
Azzrafiq membuka bathrube yang dipakainya dan kembali menggunakan kemejanya, saat berkaca, dia kembali terkejut melihat beberapa kiss mark di bagian leher dan dadanya, dia mengusap-ngusapnya bagaimana cara menghilangkannya? Teman-temannya pasti akan menertawakan dirinya bila kiss mark ini masih ada.
"Gak usah bohong lo sama gue, lo pikir gue masih bocah." Gerutu Yudhistira.
"Udah gue bilang, lo gak bakalan percaya, mau gue jelasin sampe mampus juga."
"Berapa ronde?" Tanya Yudhistira usil.
Azzrafiq berdecak."Terserah lo dah, udah dulu ya gue mau siap-siap."
"Tunggu! Jemput dimana nanti kita?"
Azzrafiq melihat sekeliling kamar untuk mencari tahu dia berada di Hotel apa. "Preanger Dhis, gue tunggu."
"Ok, lo tunggu kita dan jangan kemana-mana." Tukas Yudhistira sambil mengakhiri panggilannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kepala Magika masih terasa sangat pusing ketika berjalan di lorong Hotel, dia melihat staff Hotel dan membaca tulisan nama Hotel yang disinggahinya di seragam staff tersebut.
Magika berjalan menuju lift, namun dia tak bisa membukanya karena tak memiliki kartu aksesnya, lalu dia mencari staff hotel yang baru saja berpapasan dengannya, dan meminta bantuan untuk dibukakan pintu lift.
Setelah sampai di Lobby Hotel, Magika masuk ke toilet untuk memeriksa lagi keadaan tubuhnya, karena menurut orang yang pernah mencoba berhubungan badan, saat pertama kali mencoba akan terasa sakit, dia coba memastikannya dengan meraba alat vitalnya, tak terasa apapun, masih kering dan tampak bersih.
Magika kembali merasa lega, dia duduk di closet yang telah ditutup, ponselnya terasa bergetar, dia segera mengambilnya dari saku celananya, ada panggilan dari Leonard, dia langsung mengangkatnya.
"Haloooooo... Gee kamu dimana sekarang?" Tanya Leonard menyemprot Magika dari jauh sana.
Reflek, Magika menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Ish ya ampun gak usah teriak kali Le, bikin budeg aja."
"Kamu tuh kita cariin semaleman, ditelponin sampe puluhan kali gak diangkat, gimana aku gak teriak-teriak?"
"Iya maaf, kalian udah pada pulang ya?" Tanya Magika.
"Ya menurut lo? Baru aja mereka pada balik, tinggal aku masih di sekitaran Braga." Jawab Leonard kesal.
"Syukur deh kamu masih di sekitaran sini, Aku di Hotel Preanger Le, jemput ya."
"Ya gak mungkin kan aku ninggalin kamu, si Mami bakalan ngegantung aku kalo pulang tanpa anaknya, tunggu ya aku jemput ke.." Ucap Leonard yang omongannya terpotong karena ponsel Magika kehabisan daya.
"Hallo, Le? Hallo?" Tukas Magika, lalu melihat ponselnya telah mati.
Magika berdecak kesal, lalu dia keluar dari bilik toilet dan mencuci tangannya di wastafel, dia juga mencuci wajahnya dan merapikan rambutnya, pengar yang dia rasakan sedikit menghilang setelah membersihkan wajahnya.
"Gila berantakan juga penampilan aku, pantesan aja staff hotel tadi ngeliatin aku gitu banget." Gumam Magika seraya merapikan penampilannya.
Magika keluar dari toilet, dan tak sadar ponselnya tertinggal di dekat wastafel, dia berjalan menuju Lobby utama, tak lama Leonard datang menjemputnya, lalu mereka pergi dari Hotel ini.
Di perjalanan Magika menceritakan apa yang dia ingat semalam pada Leonard, dia ingat bersama seorang lelaki yang bernama Edward, dia juga ingat rasanya berciuman dengan lelaki asing itu, bahkan masih bisa merasakannya sampai saat ini, namun sayangnya dia tak mengingat wajah Edward, semalam terasa bagaikan mimpi baginya.
"Edward? Bella? Yakali kalian berdua maen twilight-twilight an, alay banget hahaha." Ejek Leonard.
"Ya biarin kan lucu, kayak mimpi aja sih semalem tuh gak jelas arahnya kemana, tahu-tahu pas bangun udah ada di Hotel." Jelas Magika.
"Kalo kata tulisan di truk-truk ingat rasa tak ingat rupa hahaha, lagian kenapa kamu gak nungguin dia keluar kamar mandi sih?"
"Malu kali, orang aku duluan yang nyosor, gak punya muka buat ketemu lagi, tapi sumpah deh beneran ngeblur aja gitu muka tuh cowok yang ada di ingatan aku."
"Tapi kamu yakin dia gak ngapa-ngapain kamu?" Tanya Leonard memastikan.
"Yakin soalnya aku udah cek semuanya, dan bersih." Ucap Magika tanpa ragu.
Leonard menatap Magika."Yakin tuh cowok normal? Mana ada laki normal yang begitu, kalo aku lihat cewek udah gak sadarkan diri hajar aja sih, mumpung gak kenal dan ada kesempatan."
"Untung bukan kamu ya Le." Ucap Magika kesal namun sedikit bersyukur lelaki itu tidak seperti Leonard.
"Aneh sih kalo kata aku, masa iya ada cowok yang bisa nahan hasratnya di banyak kesempatan?" Ujar Leonard sanksi, lalu dia melirik Magika dengan tatapan yang usil.
"Mau dicoba lagi gak sama aku buat bukti yang lebih kongkrit? Rela deh gak harus pake imbalan." Celetuk Leonard.
"Akunya yang gak rela." Gerutu Magika.
"Sama orang asing rela, masa sama temen sendiri enggak. Dada kamu merah gitu bekas cupangan tuh cowok, yakin tuh kamu masih perawan?"
Magika langsung menutupi dadanya yang terbuka dengan tangan."Jelalatan amat mata kamu."
"Ya orang terbuka lebar kancing kemeja kamu sampe belahan kelihatan." Gerutu Leonard.
Magika berdecak kesal lalu mengancingi lagi kemeja hitamnya, dan menyandarkan kepalanya di jok, dia coba tertidur dari pada harus adu argumen dengan Leonard.