Menikah adalah cita-cita setiap wanita. Apalagi, ketika menikah dengan laki-laki yang begitu didamba dan dicintai.
Namun apa jadinya, ketika dihari pernikahan itu di gelar, justru mendapat kabar dari pihak mempelai laki-laki. Tentang pembatalan pernikahan?
Hal itulah yang tengah dialami oleh Tsamara Asyifa. Gadis yang berusia 25 tahun, dan sudah ingin sekali menikah.
Apakah alasan yang membuat pihak laki-laki memutuskan pernikahan tersebut?
Lalu, apakah yang Syifa lakukan ketika mendengar kabar buruk itu?
Akankah ia mengemis cinta pada laki-laki yang sangat ia cintai itu? Atau justru menerima takdirnya dengan lapang dada.
Hari pernikahan adalah hari yang begitu istimewa.
Tapi apa jadinya, jika di hari itu justru pihak laki-laki membatalkan pernikahan? Tanpa diketahui apa sebabnya.
Hal itulah yang di alami oleh Tsamara Asyifa.
Akankah ia akan mengemis cinta pada laki-laki yang sangat ia cintai itu, untuk tidak membatalkan pernikahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Foto bahan promosi
Mereka pun segera bangkit berdiri dan berjalan menuju dapur. Sambil membawa bungkusan sayur segar, yang tadi diletakkan dekat sofa.
Tsamara meracik bumbu untuk memasak. Soffin menyusun, daging, susu, sayur dan buah itu ke dalam kulkas. Sedangkan Farah merebus air. Papa membersihkan kamar mandi.
Mereka kerja sama dan saling membantu apa yang menjadi kesusahan bagi saudaranya. Hingga tiga puluh menit kemudian, makan siang sudah siap terhidang di atas meja.
Setelah membersihkan diri, mereka mulai melahap makanan yang telah tersaji itu. Nasi merah, sayur bayam, tahu, tempe dan telur bacem.
Semenjak Tsamara mulai diet, dengan mengonsumsi sayur lebih banyak, keluarganya juga mengikutinya. Mereka pun makan dengan lahap.
Setelah selesai makan, mereka membereskan sisa makanan, lalu menonton tv bersama. Tsamara juga ikut bergabung dengan anggota keluarganya itu. Tapi fokusnya pada benda pipih yang ia pegang.
Gadis itu, diam-diam kembali menyalurkan hobinya yang sempat padam, karena kesibukannya mengurus Soffin sejak ia berumur 3 tahun. Yakni menulis novel.
Rasa sakit hatinya akibat gagal menikah, dengan alasan dia gendut, menjadi tema yang dipilihnya.
Ia bisa menulis dengan cepat, karena itu adalah pengalamannya sendiri. Tak perlu dibumbui banyak hal, karena nyatanya ceritanya memang sudah tragis.
**
Dua bulan kemudian.
Seperti biasa Tsamara mengantarkan adiknya berangkat les, dengan mengayuh sepeda. Ia lebih memilih menunggu adiknya sampai selesai les, sambil duduk di bawah pohon kersen.
Tentu saja ia akan memanfaatkan waktunya, untuk kembali menumpahkan perasaannya dalam sebuah tulisan.
Ia tidak menyangka jika selama sebulan menulis, banyak sekali yang membaca tulisannya. Mereka sangat terharu dan tersentuh dengan tulisannya. Karena bahasa yang digunakan juga sangat halus, dan minim kesalahan.
Para readers itu memberi banyak dukungan dan doa untuk Tsamara. Yang membuatnya menjadi bersemangat dalam menulis. Bahkan ia sampai rela tidur selama empat jam sehari demi terus menulis.
Tsamara benar-benar menikmati waktunya yang sekarang. Dunianya seakan terbuka lebar. Warna cerah selalu menghiasi harinya.
Meskipun harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, di tambah dengan pekerjaan nya menulis. Tidak membuat badannya capek.
Justru itu menjadi menjadi diet alami untuknya. Terbukti selama dua bulan ini berat badannya turun hampir 15 kg. Suatu hal yang membuatnya sangat senang.
"Hai, kenapa senyum-senyum sendiri." sebuah suara mengejutkan Tsamara, ketika sedang asyik menulis. Hingga handphonenya jatuh dan tepat berada di ujung kakinya.
"Maafkan aku, sudah membuatmu terkejut hingga handphone mu jatuh." laki-laki itu memungut handphone itu, yang bersamaan dengan Tsamara yang juga hendak memungutnya. Hingga membuat kepala keduanya saling terantuk.
Mereka saling mengusap kepalanya sambil meringis kesakitan.
"Maafkan aku ya, kak Thoriq." ucap Tsamara.
"Tidak apa-apa."
Thoriq kembali mengambil handphone Tsamara dan menyerahkannya. Tanpa sengaja ia membaca judul tulisan itu.
"Kamu seorang penulis?" tebaknya. Tsamara menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
"Aku hanya menyalurkan hobi ku."
Thoriq pun manggut-manggut.
"Oh iya, boleh aku duduk disini?" tanya Thoriq lagi, sambil menunjuk kursi kosong disebelah Tsamara.
"Tentu saja boleh. Bahkan kamu mau tidur disini juga boleh. Ini kan punyamu semua." cicit Tsamara yang membuat Thoriq tersenyum lebar. Dan memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih.
'Dia, tampan sekali.' batin gadis itu.
"Aku perhatikan badanmu sudah mulai menyusut."
"Jangan membuatku besar kepala. Nanti aku jadi malas mau diet lagi."
"Aku mengatakan yang sebenarnya. Apa kamu tidak mencoba menimbang berat badanmu?"
"Hihihi. Ya sudah sih." keduanya kembali terkekeh geli.
"Oh ya. Sudah turun berapa kg?"
"Hampir lima belas kilo gram."
"Maa syaa Allah. Itu sudah cukup banyak, Tsa."
"Iya. Aku juga senang sekali. Ini semua juga berkat bantuan dan suplemen dari mu. Sekarang sudah habis, dan aku mau order sama kamu."
"Boleh. Mau berapa?"
"Sebotol saja dulu. Nanti kalau habis aku bisa beli lagi kan?"
"Okay, tunggu disini sebentar."
Thoriq segera berlari menuju kediamannya untuk mengambilkan apa yang di minta Tsamara. Tak lama kemudian, ia sudah kembali sambil membawa pesanan gadis itu.
"Boleh aku minta fotomu?" celetuk Thoriq, yang membuat Tsamara menatapnya.
Jantung gadis itu senantiasa berdegup kencang. Ada sensasi rasa sher-sher di hatinya yang membuatnya lamat-lamat menyunggingkan senyum tipis.
'Apakah dia menyukaiku? Kenapa minta foto diriku? Apa masih ada cinta untuk gadis gendut seperti diriku ini?' batinnya penuh tanda tanya.
"Tsa. Kenapa kamu justru diam? Aku ingin meminta foto dirimu yang sekarang. Untuk dibandingkan dengan dirimu yang dulu. Untuk bahan promosi produk suplemen diet ku ini." ucap Thoriq yang menyadarkan Tsamara dari lamunan.
"Apa? Foto untuk promosi?" gumam Tsamara. Senyum yang tadi terukir diwajahnya seketika sirna.
'Aku pikir dia suka sama aku. Tau nya...! Dasar, semua laki-laki sama saja.' batin Tsamara geram.
yg jelas dong halunya jgn malu maluin gini
dasar Anwar tdk beretika
tapi bebanmu masih ada Thor eh Thoriq maksutku
yaitu mengajari Tsa ilmu agama
coba bayangin kalo seprenya berubah jadi angsa... telanjang dong kasurnya😀😀