Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Andin kembali ke kamar setelah lama mendengar cerita kehidupan Jasline yang begitu pilu.
Jadi karena itulah, Jasline dan Gevano sampai sekarang masih tak akrab karena memang sejak Gevano bayi Jasline tak pernah ada di sisi nya untuk melakukan pengobatan.
Pantas saja Gevano lebih menurut pada Grandma daripada Jasline, Mama kandung nya sendiri.
Grep
Andin dikejutkan dengan sebuah tangan yang melingkar di pinggang nya dari arah belakang.
"Lama juga kamu ngobrol sama Mama, bicarakan apa?" tanya Gevano membuat Andin bernafas lega dan membiarkan Gevano memeluk nya dari belakang.
"Biasalah perempuan, kamu nggak perlu tau" jawab Andin dengan iseng sembari mendongak.
"Main rahasia-rahasiaan nih cerita nya hm? Jail banget" Gevano langsung memberi serangan di perut Andin dengan jari-jari nya.
Andin tertawa merasakan gelitikan dari Gevano yang membuat nya lemas.
"Udah hahaha udah Gev.. Aku hahaha nggak kuat ih hahaha--" tawa Andin langsung lenyap saat mendapat serangan di bibir.
Cup
Ya, bibir Andin di bungkam oleh bibir Gevano. Dan ini sudah kedua kali nya bibir mereka bersentuhan.
"Jangan berisik, nanti Grandma kebangun" Gevano berbisik sembari melirik ke arah balkon samping nya.
Andin ikut melirik ke arah balkon dan sudah bisa menebak kalau itu kamar Grandma.
Gevano tersenyum tipis melihat tingkah Andin yang menjadi penurut setelah ia beri serangan mulai dari gelitikan hingga ciuman yang hanya sekedar menempel.
"Ayo tidur, kamu mau jadi patung diri di situ terus?" tanya Gevano mendapat gelengan kepala dari Andin.
"Aku sikat gigi dulu sebentar, kamu duluan aja" ucap Andin membuat Gevano ingat dan menyusul Andin ke kamar mandi.
"Kok ngikutin?" tanya Andin menoleh ke belakang saat hendak menutup pintu mendapati Gevano yang menahan pintu.
"Aku juga mau sikat gigi" jawab Gevano langsung mendorong pintu dan masuk menggiring Andin.
Andin tak bisa mengelak lagi dan memilih untuk menyikat gigi nya tanpa memperdulikan Gevano.
"Kenapa kamu suka pakai pasta gigi rasa strawberry?" tanya Gevano yang sejak tadi mencium aroma strawberry dari pasta gigi yang dipakai Andin.
"Aku suka" jawab Andin masih tetap menyikat gigi nya secara pelan dan penuh kelembutan agar tidak membuat gusi nya terluka.
"Cobain yang rasa mint, ini enak jadi segar" usul Gevano membuat kegiatan menyikat gigi Andin terhenti.
"Nggak mau ah pedas" tolak Andin melanjutkan lagi kegiatan nya.
Gevano terkekeh dan mengusap rambut Andin dan kedua nya menyudahi kegiatan sikat gigi nya.
"Beneran nggak mau cobain yang rasa mint?" tanya Gevano sekali lagi membuat Andin berpikir dengan keraguan.
"Tapi nanti pedas" balas Andin seakan sudah menebak rasa mint yang selalu di pakai Gevano.
"Nggak, mau coba nggak?" sahut Gevano memberikan pasta gigi nya sembari mendekatkan diri nya pada Andin.
Andin kembali berpikir. "Coba dikit aja ya" ujar Andin memberikan telapak telunjuk nya untuk di oles pasta gigi rasa mint.
Gevano tersenyum. "Bukan dari sini, tapi dari.."
Cup
Gevano tak hanya mengecup bibir Andin yang masih tertutup, tapi sedikit memberi luumatan dan gigitan kecil agar mulut Andin terbuka.
Deg
Andin hanya bisa diam menerima, ia masih belum bisa mencerna semua rencana Gevano kali ini.
Saat mulut Andin terbuka kecil, dengan gerakan cepat lidah Gevano masuk menerobos dan mengabsen tiap inci gigi putih dengan rasa strawberry itu.
Dapat Andin rasakan aroma dan rasa mint yang masih melekat bercampur dengan aroma strawberry.
Dengan sekali sentakan Gevano menggendong Andin membuat nya makin hanyut dalam luumatan itu.
Andin segera mengalungkan tangan nya di leher Gevano yang menjadi penopang nya untuk bertahan dalam gendongan Gevano.
Luumatan itu terus terjadi hingga sampai ke kasur, dengan perlahan Gevano merebahkan Andin tanpa melepas pagutan yang membuat nya candu.
Gevano menyudahi luumatan itu saat merasa pakaian nya dan pakaian Andin sudah terbuka, hanya tinggal di lepas saja.
"Kita sudahi ya. Kamu masih belum bisa ku gagahi hari ini, takut kebablasan" ucap Gevano kembali mengancing piyama milik Andin dengan tatapan penuh damba.
Andin hanya diam dengan nafas tersengal, dia tak bisa berkata-kata lagi untuk kali ini.
Cup
Gevano mengecup kening Andin dan berguling ke samping.
"Selamat tidur Sayang, mimpi indah ratu ku tersayang, maaf telah membuat mu membeku seperti ini" Gevano terkekeh di akhir perkataan nya sendiri.
Andin langsung mendekat dan masuk ke dalam dekapan Gevano.
"Aku yang seharusnya minta maaf karena membuat mu harus kembali menahan nya" sesal Andin, dia sudah siap lahir dan batin tapi tamu bulanan nya begitu bandel muncul sekarang.
Tapi tak apa, hanya tersisa 3 hari. Gevano pasti bisa menahan nya lagi, dan Andin juga harus memberikan hadiah pada Gevano sebagai apresiasi nya.
...----------------...
"Ke mall?" gumam Andin melihat bangunan tinggi yang ada di depan mata nya.
"Tunggu apalagi? Ayo masuk" ujar Jasline sembari memegang tangan Andin.
Kedua nya masuk ke dalam area mall yang di suguhi berbagai makanan minuman serta mainan, itu khusus lantai 1.
"Kita langsung ke tempat nya atau mau jalan-jalan dulu?" tanya Jasline menoleh menatap Andin yang sejak tadi memperhatikan sekitar dengan mukut sedikit terbuka.
Jasline terkekeh. "Jangan norak deh, kamu bakalan sering Mama ajak ke mall setelah ini" tegur Jasline membuat Andin menunduk.
"Kamu udah makan siang?" tanya Jasline di jawab gelengan oleh Andin.
"Kalau gitu kita makan siang dulu, baru ke tempat nya biar cepat. Setelah nya temani Mama berbelanja" jawab Jasline memutuskan kegiatan mereka.
Andin hanya menurut, dia sudah tak bisa berkata-kata apa-apa lagi, dia merasa linglung antara efek lapar atau karena sangat ramai pengunjung.
"Kamu harus terbiasa tinggal di kota. Kan kamu juga anak kota yang sementara tinggal di desa" Jasline sudah mengetahui seluk beluk tentang Andin saat kedua nya mengobrol.
Andin mengangguk dan mencoba mengimbangi Jasline yang membuat mertua nya itu tersenyum bangga.
Akhirnya aku punya teman shopping.