NovelToon NovelToon
Cinta Ugal Ugalan Mas Kades

Cinta Ugal Ugalan Mas Kades

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dokter Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Arunika Nrityabhumi adalah gadis cantik berusia dua puluh tujuh tahun. Ia berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit besar yang ada di kotanya.
Gadis cantik itu sedang di paksa menikah oleh papanya melalu perjodohan yang di buat oleh sang papa. Akhirnya, ia pun memilih untuk melakukan tugas pengabdian di sebuah desa terpencil untuk menghindari perjodohan itu.
Abimanyu Rakasiwi adalah seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun yang digadang - gadang menjadi penerus kepala desa yang masih menganut sistem trah atau keturunan. Ia sendiri adalah pria yang cerdas, santun dan ramah. Abi, sempat bekerja di kota sebelum diminta pulang oleh keluarganya guna meneruskan jabatan bapaknya sebagai Kepala Desa.
Bagaimana interaksi antara Abi dan Runi?
Akankah keduanya menjalin hubungan spesial?
Bisakah Runi menghindari perjodohan dan mampukah Abi mengemban tugas turun temurun yang di wariskan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Keponakan Banyak

"Mama....." Seru Almira saat melihat ibu dan juga neneknya sedang duduk bersantai di teras rumah.

Ica langsung menurunkan Mira dari gendongannya, sementara Runi memarkirkan motor ke garasi rumah pak Karto.

"Hayooo!!! Mau kemana kamu!" Seru Agil yang mulai usil. Ia menghalangi Mira yang hendak berlari ke arah mamanya.

"Mamaaaaaa. Om Agil nakal......" Seru Almira yang mengundang gelak tawa.

Sementara dua orang itu asyik bermain, Ica dan Runi menyalami bu Lastri dan juga Wulan.

"Baru pulang, nduk? Mira ganggu gak?" Tanya bu Lastri pada Runi.

"Iya, bu. Enggak kok, Mira anteng selama di balai kesehatan tadi." jawab Runi.

"Yang penting sajennya banyak, bude." timpal Ica.

"Sajen opo? Jajan?" kekeh bu Lastri.

"Iya, Bude. Jiaaan anak e mbak Wulan ra mandek leh ngunyah. (Anaknya mbak Wulan gak berhenti ngunyah/makan.)" kata Ica.

"Iya itu, dia ngerengek aja minta ketemu bulik Runi. Makanya mbak suruh Abi jemput biar ketemu kamu, eee lha kok gak mau pulang." Tutur Wulan.

"Gak apa - apa mbak, hehehe. Mbak Wulan sehat? Sudah HPL ya?" tanya Runi.

Wulan dan Runi sendiri sudah saling mengenal melalui panggilan vidio. Biasanya mereka saling mengobrol saat bu Lastri atau Abi melakukan panggilan vidio dengan Wulan.

"Iya ini, wes wayahe. (Sudah waktunya)" Jawab Wulan sembari mengusap perut buncitnya.

"Mau lahiran sama aku kan, mbak?" tanya Ica sembari menaik turunkan alisnya.

"Iya wes, aku padamu pokoknya, Ca." jawab Wulan sambil tertawa.

"Yasudah, Runi tinggal bersih - bersih dulu ya mbak, bu." Pamit Runi.

"Iya, Ica juga pulang ya bude, mbak." Pamit Ica.

"Ho'oh wis sana pada istirahat dulu." Kata bu Lastri.

"Gak boleh pegang, ini mbakku, sana kamu sana." Usir Agil yang memeluk Wulan.

"Uti, tolong Mila. Itu mamanya Mila." kata Mira sambil menangis.

"Gil! Opo sih kowe! Njaraki ponakan e wae!. (Gil! Apa sih kamu! gangguin ponakannya saja!)" Omel bu Lastri sembari menenangkan Mira yang menangis.

"Biar rame loh bu! Seru to? Makanya Mas Abi di suruh cepet nikah, biar rumah rame kalo Mira pulang." Cicit Agil.

"Mbak Runi, kapan Mas Abi mau nikahin mbak Runi? Aku mau punya ponakan sepuluh!. Ini baru mau dua, berati kurang delapan." Seru Agil saat melihat Runi masih di terasnya.

"Gak tau, Gil. Tanya Mas Abi aja!" Jawab Runi yang cuma bisa geleng - geleng kepala menghadapi kerandoman anak bungsu pak Kades.

"Hiih lambene Agil.! (Hiih mulutnya Agil.!)" Kata Wulan sembari menyapit mulut adik bungsunya itu.

"Aduh! Kenapa sih, mbak?" Protes Agil.

"Gemes sama mulutmu yang asal njeplak! Mit amit jabang bayik.!" Kata Wulan sembari mengusap - usap perutnya.

...****************...

"Bapak, ibu. Kulo ajeng ngendiko kalih bapak lan ibu. (Bapak, ibu. Saya mau bicara dengan bapak dan ibu.)" Ujar Abi malam itu di ruang keluarga. Kebetulan mereka semua sedang berkumpul di ruang keluarga kecuali suami Wulan yang memang belum bisa ikut pulang ke desa dan Almira yang sedang bersama Runi.

"Ono opo, nang? (Ada apa, nak?)" tanya pak Karto.

"Kulo ajeng nyuwun dek Runi ning papa mama e. (Saya mau melamar dek Runi.)" jawab Abi.

Uhuukkk....

Uhuukkkk.....

Wulan yang sedang minum susu, sampai tersedak mendengar kata - kata Abi.

"Alon - alon to mbak. Aku gak njaluk lho! (Pelan - pelan to, mbak. Aku gak minta lho!)" Kata Agil sambil menepuk - nepuk tengkuk Wulan.

"Agi mau Agil takon karo Runi, kapan kowe arep ngerabi dene! Lha kok iki.... (Baru tadi Agil tanya ke Runi, kapan kamu mau menikahi dia! Lha kok ini...)" Kata Wulan.

"Opo mbak Runi ngomong karo Mas Abi? (Apa mbak Runi bilang sama Mas Abi?)" Tanya Agil.

"Enggak, nih. Mas emang mau bilang dari kemarinnya, tapi belum sempat." jawab Abi.

"Tenan wes siap lan mantep? Siap artine ora mung siap ngerabi, nanging kudu siap nafkahi, ngemong, nanggung lan nerimo sak kabehane opo sing ono ning genduk e. Apik elek e, ojo ngasi tok getuni mergo kuwi pilihanmu. (Benar sudah siap dan yakin? Siap artinya bukan hanya siap nikahin, tapi harus siap menafkahi, membimbing, menanggung dan menerima semua apa yang ada pada genduk. Baik buruknya, jangan sampai kamu sesali karena itu pilihanmu.)" Nasihat pak Karto.

"Njih, pak. Kulo mpun mantep tur siap. (Iya, pak. Saya sudah yakin juga siap.)" jawab Abi tanpa keraguan.

"Ono opo to, nang? Kok ndadak? Wingi ketok e isih santai? (Ada apa to, nak? Kok tiba - tiba? Kemarin kelihatannya masih santai.)" Tanya bu Lastri. Ia yakin, pasti ada sesuatu di balik niat baik putranya itu

Abi terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan ibunya.

"Mbak Runi gak hamil, to? Mas gak ngapa - ngapain kan sama mbak Runi?" Celetuk Agil

"Lambemu, Gil. Tak suamplok nggo selop sisan lha! (Mulutmu, Gil. Tak pukul pake sendal sekalian lha!). Apa kamu kira Masmu ini laki - laki bajingan? Apa kamu pikir Runi itu perempuan gampangan?" Kesal Abi.

"Habisnya kok tiba - tiba banget." Kata Agil yang ketar ketir melihat kemarahan Abi.

"Sudah, sudah. Kamu itu, Gil, kalau ngomong di saring dulu to!" Tegur pak Karto.

"Tau ini, Agil. Jebol sudahan saringannya." Timpal Wulan.

"Iya, pak. Maaf ya, Mas." Ujar Agil.

"Pak, Bu, aku gak mau melepaskan Runi. Runi akan di jodohkan nanti waktu dia pulang di acara pernikahan abangnya." Abi menjelaskan.

"Genduknya mau atau tidak di jodohkan? Kalau dia mau, lebih baik kamu yang mundur, nang." kata bu Lastri.

"Piyambak e mboten purun, bu. Mulane piyambak e tindak pengabdian king meriki. (Orangnya -Runi- tidak mau, bu. Makanya dia pergi pengabdian ke sini.)" Jelas Abi.

"Yakin, kowe arep merjuangne? Ora gampang entok restu wong tuwo sing wis nduwe calon kanggo anak e, nang. (Yakin, kamu mau memperjuangkan? Tidak gampang dapat restu orang tua yang sudak punya calon untuk anaknya, nak.)" Pak Karto memperingatkan.

"Njih, pak. Asal piyambak e mboten nyuwun kulo nyawaken. (Iya, Pak. Asal dia tidak minta aku melepaskannya.)" Jawab Abi tanpa keraguan.

Pak Karto dan bu Lastri tampak saling tersenyum melihat keyakinan Abi untuk meminta restu orang tua Runi.

"Yasudah. In syaa Allah bapak dan ibu merestui kalian. Bapak izinkan kamu memperjuangkan calon istrimu dengan cara yang benar." kata pak Karto.

"Alhamdulillah." Lirih Abi.

"Alhamdulillah, Masku OTW Sold Out!! Mas nanti buatin aku keponakan delapan ya! Nanti tak angonnya di halaman depan kalo Mas dan Mbak kerja." Girang Agil yang lompat ke pelukan Abi.

"Anggitmu putuku cempe, tok angon! Dasar cah gemblung! (Sangkamu cucuku anak kambing, kamu gembala! Dasar anak setres!)." Pisuh pak Karto sambil menoyor kepala putra bungsunya.

"Bapak sih, ngasih nama AGIL. Ya itu jadinya, Anak GILa!" Sahut Wulan.

"Nggawe o dewe nak arep anak wolu, Gil! Mas tak usum loro opo telu wae. (Buatlah sendri kalau mau anak delapan, Gil! Mas menyumbang dua atau tiga saja.)" Jawab Abi.

"Gampang kalo aku punya anak delapan, Mas. Asal istrinya empat, hahahaha!" Gelak Agil tanpa dosa.

Bugh!

Bantal sofa mendarat mulus di wajah Agil setelah di lempar oleh bu Lastri.

"Lambemu, Gil! Njaluk di sumpel cawet bosok, ra di kumbah sesasi!. (Mulutmu, Gil! Minta di sumpal sempak busuk, gak di cuci sebulan!)" Bu Lastri ikut misuh - misuh yang membuat semua orang tertawa.

1
Syakira
saya suka dengan cerita nya
Kiran Kiran
Gemesin!
Giselle Bustamante
Siapin tisu buat nangis 😭
Gadislpg: Gak bikin banyak air mata kok, kak ✌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!