"mengapa kamu selalu menghindari saya?" Tanya seorang pria tampan dengan tatapan tajam. Seorang gadis cantik terus saja memundurkan langkahnya ketika pria tersebut terus berjalan kearahnya
"Kamu takut kepada saya? Ayara Pricilla Zoya?" Ucap pria tersebut dengan senyum smirknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweet Raa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
"Coba Ara bilang sekali lagi" titah Mika untuk memastikan bahwa pendengaran nya tidak bermasalah
"Mika dengerin Ara gak sih?"
"No, bukan yang itu, yang sebelumnya"
"Ara mau putus sama Liam"
Plakk
Mika menepuk bahu Ara begitu saja, dan mengajak Ara duduk di kursi teras
"Nah itu, itu yang Mika mau denger dari dulu, kenapa baru bilang sekarang?"
"Sakit Mika" Ara mengusap lengannya yang baru saja dipukul Mika
"Sorry sorry, Mika kesenengan jadi refleks mukul Ara"
"Ekhem"
Ara dan Mika terkejut ketika tiba tiba saja ada seseorang dibalik jendela
"Ish Mamah ngagetin aja" kesal Mika
"Liat jam berapa sekarang, kok masih diluar, cepet masuk"
"Kirain hantu" cibir Mika
"Enak aja cantik gini dibilang hantu"
"Ya abisnya ngapain tengah malem gini pake masker segala, mana tu baju putih, jadi kayak mba kun tau gak"
"Suka suka Mamah dong" Rina memilih mengabaikan ocehan Mika dan berjalan menghampiri Ara "Kamu udah lama banget gak kesini, sering sering dong nginep nya"
"Hehe iyaa Tan, Ara kadang harus ikut eskul dulu disekolah jadi pulang suka langsung istirahat gak ada waktu main"
"Yaudah gapapa, nanti lagi harus sering kesini ya sayang. Oh iya, bagaimana kabar Mamah Papah kamu?"
"Kabar baik Tante, Mamah sama Papah sehat"
"Syukurlah kalau seperti itu. Tante mau buat janji sama Mamah kamu tapi kadang waktunya kurang pas terus, udah lama banget kayaknya Tante gak ketemu sama Mamah kamu"
"Bulan kemaren Mamah lagi sibuk sibuknya sama bisnis butiknya itu, dan Mamah juga bilang Tante Rina juga sibuk jadi kalian tidak bisa bertemu. Tapi sepertinya Tante bisa ketemu Mamah minggu ini, pasti Mamah seneng banget"
"Oh ya? Bagus kalau seperti itu, Tante mau atur jadwal buat ketemu sama Mamah kamu"
"Mah udah dong, kita mau ke kamar nih" Mika menarik tangan Ara agar menjauh dari Rina
"Kamu ini suka banget ngeganggu orang, gak bisa apa liat ibunya seneng? yaudah sana sana kalian cepat kekamar dan bersihkan diri" Kesal Rina
Mika dan Ara segera berjalan menuju kamar, meletakkan tas mereka diatas meja belajar milik Mika
Brukk
Mika menjatuhkan dirinya diatas kasur dengan mata yang langsung terpejam. Sedangkan Ara berjalan kearah lemari dan mengambil satu set baju tidur. "Ara pinjem yang ini ya Mik" ucap Ara dengan segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri
15 menit berlalu, Ara keluar dari kamar mandi dan melihat Mika masih dalam posisi yang sama
"Ck pasti tidur" gumam Ara
"Mik, Mika" Ara menggoyangkan pelan lengan Mika berusaha untuk membangunkannya
"Hmmm?" Mika hanya berdehem dan mengubah posisi tidurnya
"Ganti baju dulu, baru tidur. Tapi perasaan tadi ada yang heboh banget pas Ara bilang mau putus"
Mendengar kalimat terakhir yang Ara ucapkan, Mika langsung terkesiap dan segera bangkit dari tidurnya. "Benar, harus bahas itu, tunggu 15 menit ya, Mika bersih bersih dulu" tanpa menunggu jawaban Ara, Mika segera berjalan kearah pintu
"Kok keluar sih Mik?" Tanya Ara
"Mau ke kamar Mamah bentar"
Ara hanya mengangguk dan memilih untuk fokus membaca buku novel milik Mika. Tak berselang lama Mika datang dengan membawa 1 nampan cemilan dan minuman
"Busettt banyak banget" ucap Ara
"Harus dibicarakan dengan matang. Tumben gak sedih?" Celetuk Mika
"Sebenernya sih sedih, tapi yaudah mau gimana lagi, Ara cape banget sama sikap Liam, apapun yang Liam katakan Ara harus nurut dan tidak boleh membantah, sedangkan dia sendiri seperti itu, dia selalu melakukan apa yang Ara tidak suka"
"Nah itu, itu" Mika menuangkan susu hangat dan memberikannya kepada Ara. "Minum dulu biar legowo"
"Dan kamu tau gak Mik?"
"Apa?"
"Kemarin pas pulang sekolah, si Zio ngajakin pulang bareng, tapi keburu ada si Liam, berantem deh mereka. Malu banget nih Ara, jadi tontonan satu sekolah, untuk udah lumayan sepi, tapi pasti ada aja gosipnya coba"
"Gila banget tu cowo, udah lah emang bener Ara harus putus dari dia. Jadi kapan Ara mau mutusin?"
"Belum tau, mungkin besok atau lusa nunggu waktu yang pas aja"
Mika menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Ara. "Jangan ragu ragu gitu Ara, lebih cepat lebih baik, kalo dah putus kabarin, Mika kasih kamu sesuatu dan ajak kamu ke pantai"
"Serius?" Mata Ara bersinar ketika Mika mengucapkan kata terakhir. Pasalnya sudah sangat lama Ara tidak pergi ke pantai, mengajak Mika juga tidak pernah mau karena alasannya panas, tetapi jika tidak pergi dengan Mika, orang tua Ara tidak pernah mengizinkan
"Duarius" Mika mengangkat 2 jarinya membentuk huruf V
"Oke Ara gak bakal ragu lagi, besok Ara ajak Liam buat ketemu dan putusin dia deh"
"Bagus Ara, bagus sekali" Mika dengan bangganya memeluk tubuh Ara
"Bukan Mika mau merusak hubungan kalian, tapi Ara sendiri yang merasakan, dan sepengetahuan Mika, Ara tertekan sama Liam, lihatlah dulu sebelum pacaran sama Liam. Ara gembul, pipinya chubby lucu, tidak punya mata panda, dan coba liat sekarang" Mika mengambil kaca kecil diatas meja riasnya dan mengarahkannya ke muka Ara. "Ara kurusan, mata Ara gak cantik lagi karena setiap malam Ara nangis, rambut Ara juga rontok kan?"
Ara terdiam dan melihat pantulan dirinya, memang benar apa yang dikatakan Mika. Semenjak menjalin hubungan dengan Liam, dirinya tidak pernah lagi merasakan yang namanya tidur nyenyak dan nyaman, bahkan Ara sangat jarang makan dan mudah sakit
"Kalo dipikir pikir Ara bodoh ya Mik"
"Emang" jawab Mika tanpa pikir panjang
Ara membalikkan tubuhnya dan menatap Mika tajam. "Jadi Ara emang bodoh?" Tanya Ara penuh penekanan
"Lah emang kan, bodoh karena cinta" jawab Mika terus terang
"Ya iya sih, abisnya Ara gak pernah pacaran sih, jadi Ara sedikit dibutakan cinta" Ara kembali membalikkan tubuhnya dan meminum susu hangat miliknya
"Sedikit apanya? Kamu tu bener bener buta! Makanya buka mata lebar lebar!" Kesal Mika dengan menggoyangkan tubuh Ara
"Uhhh santai mas bro" Ara menurunkan tangan Mika yang memegangi bahunya
"Mending sekarang kita nonton film deh, Ara udah nemu judul film yang waktu itu"
"Oh ya? Ayo nonton" dengan semangat Mika mengambil laptopnya
Jam terus berlalu hingga tak terasa kini jam menunjukkan pukul 6 pagi
"Huwaaaa ngantuk sekali, kita lanjut nanti aja deh Ra" Mika menguap dan memilih menutup laptopnya. "Lah udah tidur aja, sejak kapan?" Mika melihat Ara yang sudah tertidur begitu pulasnya dan ikut membaringkan tubuhnya disamping Ara
****
"Sialan kemana sih" dilain sisi ada seorang pria yang sejak malam sibuk dengan ponselnya dan terus saja mengumpat, siapa lagi kalau bukan Liam
"Masih gak bisa dihubungi?"
"Belum Dan, gak tau kemana" jawab Liam dengan frustasi
"Udah coba tanyain keluarganya?"
"Udah coba hubungi, tapi sama aja gak ada yang respon"
"Lu kayaknya terlalu posesif deh sama si Ara, dia juga punya kehidupan sendiri, gak semuanya harus tentang Lo"
"Firdan jangan mulai deh Lo" bisik Angga
"Lah emang faktanya gitu kan?"
Liam menyimpan ponselnya dan menatap kearah Firdan. "Ini hubungan gue, Lo gak usah ikut campur, lagian Ara juga gak keberatan gue mau gimana pun, dia gak bakal mau putus sama gue"
"Itu karena dia belum cape sama lo, liat aja nanti, bakal ada masanya dia juga ngerasa cape dan muak sama sikap lo yang kayak gini. Lo tu seenaknya sama Ara. Dia gak boleh kemanapun, gak boleh main sama temennya, bahkan sesama cewe, bukan main, hanya sekedar kerja kelompok aja lo marahin dia. Sedangkan lo sendiri gimana? Masih suka nganterin Resti pulang padahal kalian gak satu arah, Lo juga di kantor deket sama Jessi kan? Lo pernah mikirin perasaan dia gak sih?"
"Lah apa hubungannya sama lo? Gue sama Jessi kan cuman temenan, dan lo tau sendiri kan Resti sahabat gue dari Smp, lagian Ara juga gak keberatan kalo gue suka nganterin Resti pulang, bahkan dia ngebolehin gue kalo mau main sama Resti"
"Lain di mulut lain di hati. Lo harusnya tau itu! Ara tau gak lo deket sama si Jessi, enggak kan?coba ngertiin dia jangan maunya dingertiin mulu. "
"Lo kenapa jadi sewot sama gue? Lo suka sama Ara hah?" Liam mulai tersulut emosi begitupun dengan Firdan
"Lah anjir kocak lo, bisa bisanya mikir gitu"
"Lo dari awal hubungan gue sama dia juga paling excited kalo gue cerita tentang dia, dan saat pertama gue kenalin dia ke kalian, Lo yang paling akrab sama dia, bahkan kalian sekontak kan? Dan beberapa kali chatingan?"
"Lo gak usah nyari nyari kesalahan gue. Lo sendiri kan yang ngasih nomer gue ke dia. Dan gue chatingan sama dia juga seputar lo, gak pernah lebih. Lagian kita juga kenal cuman virtual, itu juga Lo ngenalin pas kita main game bareng kan?"
"Eh udah udah, jangan mulai deh kalian, jangan berantem soal cewe" Angga menarik lengan Liam agar menjauh dari Firdan
"Dia mulai duluan"
"Lo yang mulai, dari malem marah marah, berisik tau gak ganggu yang lain!"
"Lah suka suka gue dong, Lo juga kalo lagi berantem sama orang suka ngoceh ngoceh kan?"
"Ck udah yaa! Lo cepet berangkat bukannya harus futsal pagi ini?" Angga mendorong tubuh Firdan agar segera meninggalkan kamar
"Udah sana pergi, muak banget liat muka lo" celetuk Liam
"Gue juga ogah lama lama deket sama lo!"
"Udah Liam, jangan mulai lagi!" Tegur Angga
"Sialan emang ni cewe, kemana sih, apa marah sama gue? Ah bodoamat, liat aja ntar kalo ada" batin Liam
****
Jam menunjukkan pukul 12 siang. Ara mengerjapkan matanya beberapa kali dan melihat sekeliling kamar Mika yang sudah sangat terang oleh sinar matahari yang menerobos masuk melalui celah korden
"Mik"
"Hmmm?"
"Mika mana ponsel Ara?"
"Tuh di tas diatas meja belajar"
Ara mulai bangkit dan mengambil tas Mika, mencari ponsel miliknya. "Baterai nya abis ternyata" gumam Ara dan kembali menyimpan ponselnya
"Astaga!" Ara terkejut ketika membalikkan tubuhnya sudah ada Mika yang berdiri tepat dihadapannya dengan rambut yang berantakan dan mata yang masih terpejam
"Makan yu Ra laper, jam berapa sih?" Tanya Mika
"Cuci muka dulu, baru makan, udah jam 12 harusnya sambil mandi juga"
"Males ah, cuci muka aja deh" Mika berjalan kearah kamar mandi dengan gontai
Cklek
"Selamat siang nona nona"
Ara yang lebih dulu keluar dari kamar terdiam ketika melihat orang yang sangat dikenalinya
"Ish kok diem sih, kan jadi nabrak" Mika mengusap kepalanya yang baru saja berbenturan dengan kepala Ara
"Mamah kok bisa disini?" Tanya Ara dengan senang dan berjalan menghampiri Salma
"Kamu gak ngabarin Mamah mau nginep di rumah Tante Rina, semaleman Mamah nelpon kalian, tapi gak ada yang bisa dihubungi, kemana ponsel kalian?"
"Ponsel Mika mati Tante, lowbet, gak tau kalo punya Ara"
"Punya Ara juga mati Mah"
"Loh masa bisa barengan gitu, makanya kalo mau kemana mana bawa powerbank"
"Gak tau nih anak muda kebiasaan banget, kalo belum mati gak bakal di cas tuh ponsel" Rina datang dari arah dapur dengan satu nampan teh
"Abisnya mager, kalo dicas ntar kita ngapain? Pasti gabut, iyakan Ra?" Mika menyenggol lengan Ara untuk meminta dukungan
"Bener tuh. Makanya beliin ponsel baru dong Mah, yang baterai nya awet, sama penyimpanannya banyak"
"Ck bisa aja ya kalian ngelesnya. Kalian kan udah punya iPad, bisa tuh main game di iPad" jawab Salma
"iPad kan berat mah, susah dibawa bawanya, gak muat di tas juga"
"Eh udah udah, malah jadi berantem nantinya. Makan dulu gih, Mamah udah masak, lauknya ada di lemari biasa ya Ka" titah Rina
"Mamah udah makan?" Tanya Mika
"Mamah sama Tante Rina udah makan tadi"
"Yaudah kita makan dulu ya Mah" Mika dan Ara berjalan kearah dapur dan menyiapkan makanan mereka sendiri