"Setelah anak itu lahir, mari kita berpisah. Tanda tangan semua surat-surat ini," ucap pria dingin tersebut pada wanita yang telah mengandung benihnya.
Sebuah kesalahan telah mereka lakukan di Italy, membuat keduanya harus menikah untuk menutupi aib keluarga. Bagaimana kisah Dito si suami dingin dengan Tiwi, istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Tanpa Hati
Pria Dingin Itu Suamiku Bagian 17
Oleh Sept
"Dia pikir dia siapa? Gak sudi aku lama-lama tinggal bersama pria sepertinya!" omel Tiwi sambil jalan. Wanita itu gusar karena sikap Dito yang menurutnya sangat tidak manusiawi.
Saat masuk lift, dia sadar. Tiwi saat ini tidak membawa apa-apa. Ponsel, tas, dompet, semuanya ada di dalam sana. Dengan kesal, ia pun mengumpat kesal.
"Gara-gara laki-laki sialann itu. Astaga ... kenapa juga aku harus terikat dengan pria itu? Jangankan nunggu anak ini lahir, cerai sekarang pun aku siap!"
Tiwi yang sedang emosi, terus saja merutuk kesal atas sikap Dito yang selama ini dirasa tidak membuatnya nyaman.
***
Tidak punya tempat tujuan, dan karena hari juga gelap. Tiwi lantas duduk-duduk di lobby apartment. Melihat TV yang menyala di sana.
Tidak lama kemudian, datang seseorang yang membuatnya panik. Dari jauh terlihat mertuanya datang berkunjung. Sang mertua membawa banyak barang, diikuti oleh assisten.
Tiwi mau menghindar, menghilang dari pandangan sang mertua, eh malah ketahuan saat sang mertua tidak sengaja melihat.
"Honey!" panggil wanita paruh baya tersebut.
JLEB
Terpaksa Tiwi tersenyum, jelas sekali ia tersenyum dengan wajah kaku.
"Ma ..." sapa Tiwi dengan kikuk. Tiwi kembali mencoba tersenyum, meskipun hatinya kala itu sedang gondok pada Dito.
"Kok di luar? Ayo masuk ... ini Mama bawa makanan sehat buat cucu Mama," kata wanita tersebut.
Memang sikap mertua Tiwi ini cenderung baik, lain sekali dengan suaminya yang menyebalkan itu.
"Mia, bawa ini," kata sang mertua kemudian menggandeng Tiwi masuk ke apartment milik Dito.
"Dito sudah pulang?" tanya sang mertua.
"Sudah."
"Terus ngapain kamu di luar?"
"Emm ... itu, tadi pengen cari udara segar. Di kamar gerah," kelit Tiwi.
"AC rusak?"
"Nggak, Tiwi cuma mau lihat pemandangan di luar ruangan saja, Ma."
"Oh."
Keduanya kemudian masuk lift sama-sama, tidak lama kemudian, pintu lift terbuka. Dan mereka berpapasan ketika Dito baru keluar.
"Ma," pekik Dito kaget.
Tanpa curiga, mamanya langsung masuk. Kemudian meminta assistennya meletakkan semua makanan yang ia bawa di kulkas.
Bau durian tiba-tiba menyeruak lagi. Ternyata sang mama bawa pudding durian.
Huek ...
Dito mencari wastafel. Sang mama heran, apa ngidam Dito separah itu?
"Apa dia tidak minum obatnya, Honey?" tanya sang mertua yang membuat Tiwi langsung menoleh.
"Diminum, Ma. Memang mualnya parah," jawab Tiwi. Tapi dalam hati bilang sukurin. Siapa tahu jadi laki-laki kasar banget.
"Oh, tapi itu biasanya gak lama sih. Kasian anak Mama kalau begitu terus," ucap sang mertua.
Beberapa saat kemudian. Dito sudah normal kembali, dia duduk di ruang tamu sambil memegangi perutnya.
"Mama gak pulang?" tanya Dito.
"Nggak, Mama lagi marah sama papa. Mama mau tidur di sini."
Wanita itu kemudian melihat Tiwi, seolah minta izin.
"Mama tidur sini malam ini gak apa-apa, kan?"
Tiwi yang panik, masalahnya kamar tamu ia yang menempati. Barang-barang Tiwi ada di dalam sana.
"Malam ini?" tanya Dito.
"Iya," jawab mamanya.
"Kamarnya Kotor, Ma. Mama pulang saja," kata Dito mengusir secara halus.
"Biar Mia yang bersihkan!"
Dito dan Tiwi saling melirik, kemudian Tiwi mengajak Mia, assisten sang mertua untuk ke kamar tamu. Sebelum mama mertuanya tahu. Tiwi langsung menghapus jejak.
Ia masukkan segaka make up di atas meja ke dalam koper. Kemudian mengambil gantungan baju serta tas dan sweater. Menjadikan kamar tersebut bersih tanpa jejak.
KLEK
Begitu sang mertua masuk kamar untuk melihat, karena Tiwi sangat lama. Wanita itu melihat Tiwi sedang merapikan bad cover yang baru saja diganti.
"Jangan repot-repot, Honey. Kamu gak boleh capek."
Mertua Tiwi ini kelihatan sayang dan tulus, meskipun dia belum lama kenal dengan Tiwi. Terlihat dari caranya yang hangat pada Tiwi. Mungkin karena Tiwi sekarang mengandung cucunya.
Sementara itu, Tiwi terus saja merapikan apa saja. Ia mau menghilangkan jejak.
"Gak apa-apa, Ma."
Karena kamarnya dipakai sang mertua, alhasil Tiwi sekarang yang gelisah. Mana mau dia masuk kamar Dito. Mereka kan berantem, lagi perang dingin.
Gara-gara tamu dadakan, akhirnya Tiwi terpaksa masuk kamar Dito.
"Aku gak suka ya kita satu kamar, ini semua karena mama kamu!" cetus Tiwi sebelum Dito mengoceh.
"Terserah!" kata Dito kemudian melempar bantal dan selimut di atas sofa.
'What?' Tiwi mendesis kesal. Dito benar-benar pria tidak punya hati.
Bersambung
Jangan lupa like dan komen ya. Klik juga profile Sept. Ada dua puluh empat judul yang tersedia. Semoga ada yang kalian suka. Makasih bestiii.
Fb Sept September
IG Sept_September2020
lamar yg bener dong
maaf kenapa bosannya aku sendiri tdk dpt menjelaskan dengan baik....tapi novel ini sebagai penggantinya cukup asyik dibaca ....lanjuuut
maaf kenapa bosannya aku sendiri tdk dpt menjelaskan dengan baik....tapi novel ini sebagai penggantinya cukup asyik dibaca ....lanjuuut
moodian
sungguh mantap sekali
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘