NovelToon NovelToon
CHASING YOU IN THE RAIN

CHASING YOU IN THE RAIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Zoe.vyhxx

Haii…
Jadi gini ya, gue tuh gay. Dari lahir. Udah bawaan orok, gitu lho. Tapi tenang, ini bukan drama sinetron yang harus disembuhin segala macem.
Soalnya menurut Mama gue—yang jujur aja lebih shining daripada lampu LED 12 watt—gue ini normal. Yup, normal kaya orang lainnya. Katanya, jadi gay itu bukan penyakit, bukan kutukan, bukan pula karma gara-gara lupa buang sampah pada tempatnya.
Mama bilang, gue itu istimewa. Bukan aneh. Bukan error sistem. Tapi emang beda aja. Beda yang bukan buat dihakimi, tapi buat dirayain.
So… yaudah. Inilah gue. Yang suka cowok. Yang suka ketawa ngakak pas nonton stand-up. Yang kadang galau, tapi juga bisa sayang sepenuh hati. Gue emang beda, tapi bukan salah.
Karena beda itu bukan dosa. Beda itu warna. Dan gue? Gue pelangi di langit hidup gue sendiri.
Kalau lo ngerasa kayak gue juga, peluk jauh dari gue. Lo gak sendirian. Dan yang pasti, lo gak salah.

Lo cuma... istimewa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoe.vyhxx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

masa lalu

Beberapa tahun yang lalu....

.....Flashback on .....

.

Malam itu hujan turun pelan. Di luar jendela, rintiknya mampu mengalahkan suara TV yang masih menyala. Anvita berdiri di dapur, mencuci piring dengan pikiran melayang ke mana-mana.

siang ituu dia baru saja melihat bekas luka di lengan Kian. bekas pukulan dari seseorang yang pernah dia panggil suami.

“Jadi ini ya, sisa trauma yang belum kelar-kelar…” gumamnya pelan.

Kian, anak yang manis, polos, dan terlalu peka buat seusianya. Tapi luka dari ayahnya dulu... Sudah mampu membuat bocah itu tumbuh lebih cepat. Dan Anvita tahu, luka itu belum sembuh.

Ayahnya, dulu sosok yang ia panggil "Pahlawan" telah berubah menjadi monster.

Tapi lebih mengerikan dari itu, adalah saat monster itu dianggap biasa oleh dunia. Oleh para tetangga yang memilih tutup mata. Oleh keluarga yang menyuruh "sabar saja, demi anak". Oleh hukum yang lambat dan terlalu sering menyalahkan korban.

Rumah mereka masih penuh teriakan. Pintu dibanting. Barang pecah. Kata-kata yang lebih tajam dari silet menghujam telinga. anvita lari ke kamar Kian, membawa koper besar. Tangannya gemetar saat menarik laci. mengambil baju Kian secukupnya, memasukkan dengan cepat sambil menahan tangis.

Suaminya mengamuk di ruang tengah, berteriak-teriak karena hal sepele seperti, makan malam yang terlambat, piring yang tidak mengkilap, atau wajah Anvita yang dianggap terlalu lesu.

Padahal semua sudah retak. Sudah lama sekali.

.

“Kita pergi, Ki. Sekarang juga!”

Waktu itu Kian hanya bisa menangis sambil memeluk boneka kucing yang sekarang sudah lusuh di pojokan ranjang. Kian menangis. Tapi bukan karena marah atau sedih namun karena bingung. Karena takut. Karena tak tahu apakah ini mimpi atau kenyataan.

Mereka melangkah keluar rumah dalam senyap. Tak ada perpisahan. Tak ada penjelasan. Hanya koper, tangan saling menggenggam, dan tekad untuk hidup yang lebih baik.

.

.

...... Flashback off......

.

.

Anvita duduk di pinggir ranjang Kian, mengelus rambut anaknya yang baru saja tidur. Dahi Kian masih kerutan sedikit, mungkin mimpi gak enak. Atau masih kepikiran om gantengnya yang gak bales chat. ia tersenyum tipis. “Duh Nak, mama aja belum bisa ngertiin perasaan sendiri, apalagi kamu...”

Apalagi pas mendengar Jeevan mulai deket sama anaknya, dia sempet ragu. Bukan karena gak percaya Jeevan, tapi karena takut. Takut Kian terlalu berharap. Takut Kian patah hati terlalu dini. Anak itu sudah kebanyakan luka untuk anak seusianya.

Besok paginya, Anvita memasak sarapan sambil humming pelan. Kian muncul dari balik pintu dapur, rambut acak-acakan, mata masih ngantuk.

“Ma, mimpi buruk...”

Anvita langsung membuka tangan. “Sini, peluk dulu.”

Kian jalan pelan, masuk ke pelukan hangat ibunya. “Ma... emang cinta tuh harus bikin orang sedih ya?” Pertanyaannya sederhana, tapi mamanya tidak mampu menjelaskan

Anvita tersenyum tipis. “Enggak selalu, Nak. Tapi kadang, kita harus ngerasain sedih dulu... baru bisa ngerti mana cinta yang bener.”

Kian terdiam. Matanya menerawang. “Mama dulu pernah disakitin cinta ya?”

sang mama mengangguk pelan. “Pernah. Tapi mama gak nyesel. Karena dari cinta itu, mama punya kamu.”

Kian senyum, matanya masih sendu tapi hangat. “Berarti aku hadiah ya, Ma?”

“Bukan cuma hadiah. Kamu... alasan mama masih bisa kuat sampai sekarang.”

.

......................

Hari ini kian memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah. Khusus hari ini anvita mengizinkan anaknya untuk bolos. Mungkin hanya ingin menjaga mental health kian agak tidak terlalu down.

"Nanti kalo adip mampir kasihin ini ya" kata anvita sambil menyodorkan bekal makanan.

Kian melengos. " Tuh. " Dagunya menunjuk pada orang yang tengah berusaha masuk bukan lewat pagar, melainkan lompat.

"Dasar anak kijang" gumam kian.

Adip yang menatap kian melototi tingkahnya segera menurunkan kaki dan membuka pagar dengan baik dan cara yang manusiawi. "Santai, gausah begitu. Kayak gak pernah liat orang ganteng aja"

...Inilah sosok orang yang terkadang kian muak disampingnya. PeDenya itu lho. Gak ketulungan!. ...

Kian berjalan menuju meja makan . " Jangan diabisin kentang gorengnya. " Sambil merebut piring adip.

"Pelit amat" adip mencomot tempe dan menjilati jarinya. " Bagi dikit".

"Susah emang kalo makan sama Lo. "

" Tantee., aku gaboleh makan nih sama kian. Masa aku cuma boleh ambil tempe doang" adunya.

Kian memutar bola matanya malas" tukang adu"

Adip menjulurkan lidahnya mengejek.

"Ga sekolah kenapa?" Adip ingin tahu kondisi kian disekolah. Sebenarnya ia tahu alasan kian bolos itu bukan karena dibully seperti dulu.

Kian fokus menyingkirkan tulang ayam keplastik "makan aja, cuci, terus sekolah " katanya pelan.

"Gue ga berangkat deh. Ngikut adek gue bolos. " Ungkapnya.

Entah apa yang adip pikirkan, kian malas menanggapi celotehan orang yang ada di sampingnya.

"Lo tau kan Spongebob sama Patrik itu sahabat kayak sodara kandung ?" Celetuk adip.

"Tau.. yang satu bodo yang satu cengeng. " Ejek kian.

Adip melirik muka menyebalkan kian. " Bukan itu pointnya. " Sambil mengunyah kerupuk, adip melanjutkan,, " apapun masalah mereka. Setiap dari satu diantara mereka ada masalah. Pasti yang satunya peka. Dan buah dari kepekaan itulah yang membuat mereka kayak keluarga. "

"Terus?"

"Nah. Maksud gue, kalo Lo ada masalah, Lo masih bisa cerita sama gue, masih bisa diobrolin sama gue. Apapun itu . Ngerti cil?"

Kian menghela nafas . "Iyaa. "

"Nah. Terus . Sekarang jawab gue. Kenapa Lo?"

"Kepo. Wllekk!!" singkat kian dengan melebarkan matanya sambil tersenyum mengejek ke arah adip.

"Kampret emang!!"

.

.

......................

.

.

"Bosennn.." guman kian terluntang Lantung di sofa depan tv. Nada suaranya kali ini sudah seperti kaset kusut. Tubuhnya terlentang di sofa, tangan menjulur lemas ke lantai,

Sembari mengecek kondisi chatnya yang mulai menjamur karena menunggu jawaban dari Jeevan.

Kian mendecak pelan sambil melirik layar ponsel dari balik bantal. “Aku nungguin loh... kayak daun kering diterbangkan angin... hampa, getir, tidak ada tujuan hidup.hahhh"

"Dikorea sana jam berapa ya sekarang?"

"Ganggu gak ya?" Guman kian merana

"Pengen vc om ganteng"

sambil bergulir kekanan kekiri " astaga gue harus gimana ? "

...Bugh bugh bughh bughh... ...

Kian tantrum seperti kesambet setan.

...Tuk. Tuk. Tuk. Tuk.....

jemarinya ia ketukkan ke meja sambil berpikir langkah selanjutnya.

Anvita yang barusaja pulang dari sesi ghibah berjamaah diteras Bu intan melihat aneh tingkah anaknya,

Tubuhnya di sofa dalam posisi terbalik. Kepalanya dibiarkan menggantung dibawah. Sedangkan kakinya dibuat terbuka menjulang keatas. Toples kacang dan piring bekas makannya masih tergeletak berserakan di meja. Bahkan remahan kerupuk yang habis rebutan dengan adip tadi pagi pun masih tertinggal disitu.

Bantal sofa sudah tidak pada tempatnya, dan tv siaran berita tentang cuaca internasional dibiarkan menyala seperti tengah mengomentari polah kian.

Kapal pecah is real dilakukan oleh anak semata wayangnya.

Jeevan mengikuti langkah anvita untuk masuk kedalam ikut syok melihat tingkah kian. " Astaga ya ampun anak mama tingkahhnyaaaaa!!!" Teriak anvita.

"Om Jeevan gak bales dari tadi! Kian udah kirim stiker nangis, udah kirim foto galau, udah kirim gif... masa iya gak kesentuh hatinya?!” omel kian menatap layar chat.

Kian yang masih belum sadar bodoamat dengan ocehan mamanya. "Mama bohong kan sama Kian. Katanya mau nyuruh Om Ganteng ke sini. Tapi mana? Nggak dateng-dateng!" sungutnya sambil ngunyah, "Udah tua jangan suka bohong. Nanti susah berak, lho."

Sambil melempar bantal sofa ketubuh kian, anvita melirik Jeevan yang masih terdiam di dekat pintu. " Maaf ya nak Jeevan. Kian emang suka gitu anaknya. Kalau galau, lebaynya ngelebihin mamanya pas jaman ABG. Semoga terbiasa ya. " Kata sang mama sedikit malu.

Kian mulai kesal dengan kebohongan mamanya yang bisa dibilang sangat template dari tahun ketahun. "Udah hafal ya aku".

Jeevan berjalan mendekat dibelakang kursi tepat dihadapan kian . Diposisi itu, Jeevan menatap intens perut kian yang sedikit terbuka. " Hafal sama saya kalau mau datang tiba tiba atau udah hafal sama tingkah kamu yang aktifnya bukan main?"

...Glek!! ...

Kian langsung menarik kaosnya menutupi perut, mukanya sedikit merah.

Anvita terkekeh geli, mendekat dan menyikut bahu Kian pelan. “Apa Mama bilang? Hahahaha... tuh kan, langsung meleleh kena liat tatapan Om Ganteng.”

“Mamaaa!” Kian menjerit kecil, sambil menyandarkan kepala ke bantal dengan wajah ditutup bantal kecil

Jeevan tersenyum tipis. Namun dari matanya, ada kelembutan yang berbeda. Cara dia menatap Kian bukan cuma seperti orang dewasa melihat anak kecil. Ada rasa peduli.

Ada... rasa ingin jadi bagian yang lebih.

Anvita memperhatikannya diam-diam. Dan untuk sesaat, ia membayangkan… bagaimana jadinya kalau Jeevan benar-benar bertahan di hidup mereka. Jadi teman bicara Kian. Jadi orang spesial bagi kian, Jadi seseorang yang tidak datang lalu pergi, jadi segalanya untuk sang anak.

Mungkin... hidup tak seburuk itu kan?

.

.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!