Menyesal?
Itulah yang dirasakan oleh Denis Arkana pria berumur 27 tahun yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nomor 1 di Asia.
Tapi itu semua hanya tinggal nama saja karena baru saja dikhianati oleh sahabat dan kekasihnya sendiri. Apa lagi ia dituduh sebagai tersangka pembunuh ibu kandungnya sendiri dan dijatuhi hukuman mati.
Denis sangat menyesal saat akan menjalani hukuman mati mengingat kelakuannya selama ini karena sudah durhaka kepads ibunya. Jika saja ia diberi kesempatan kedua maka ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatam itu.
Apakah ia akan diberi kesempatan kedua untuk mengubah takdirnya?? Ikuti kisah penuh konfliknya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HeavenGirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAD | BAB 17
"Ada apa bos?" tanya Sandro sambil meraba keningnya yang bengkak karena membentur setir mobil.
"Berengsek" maki Denis dengan suara tinggi.
Brak...........
Sandro yang tadi kaget mendengar suara tinggi Denis kembali kaget lagi saat Denis membanting pintu mobil dengan kuat saat keluar.
Dengan cepat Sandro memarkirkan mobil ke pinggir jalan agar tidak menghalangi pengendara lain yang melintasi jalan itu.
Saat turun dari mobil Sandro dibuat kaget melihat Denis yang entah kapan sudah berkelahi dengan 4 preman diseberang jalan.
Mau tak mau ia harus turun tangan membantu Denis melawan orang-orang itu, meski ia tahu Denis bisa mengatasi mereka dengan mudah tanpa dibantu.
"Nak Sandro tolong bantuin denis. Tante takut dia kenapa-napa nak Sandro" pinta tante Amira dengan panik melihat Denis yang sedang berkelahi dengan 4 preman.
"Tante tenang ya. Bos tidak akan kenapa-napa malahan mereka yang bakal kenapa-napa" ucap Sandro menenangkan tante Amira yang sedang panik.
"Tapi nak Sandro" ucap Amira yang langsung dipotong Sandro.
"Tante lihat itu" potong Sandro menunjuk ke arah Denis dan 4 preman tadi.
Eeehhh............
Amira tercengang melihat ke arah Denis dan kaget bukan main saat melihat keempat preman tadi sudah terkapar tak berdaya di tanah.
Sedangkan Denis ia berdiri dengan tatapan seperti singa lapar, menatap mereka dengan tajam seperti ingin menelan mereka hidup-hidup.
Arrgghhhh.................
Teriak salah satu preman yang sedari tadi menjadi incaran Denis sejak masih berada didalam mobil.
Dengan santai Denis mematahkan jari-jari tangan preman itu membuat semuanya yang berada disana merinding ketakutan melihat aksi Denis, apa lagi saat melihat wajahnya yang seperti monster berdarah dingin.
Denis anakku, batin Amira dengan syok melihat kekejaman sang anak.
"Bos cukup jangan sampai mereka mati karena bisa runyam urusannya" ucap Sandro menahan Denis yang ingin kembali menghajar mereka.
"Bangsat" maki Denis dengan suara tinggi.
"Aku peringatkan kalian! Jika kalian berani menganggu wanita itu maka saat itu juga aku akan mengirim kalian ke neraka" ancam Denis dengan tatapan membunuh.
"Maaf....kan kami. Jangan bunuh kami" pinta keempatnya dengan cepat.
"Pergi kalian sebelum aku membunuh kalian!!" hardik Denis dengan menggelegar.
Keempatnya lari terbirit-birit takut dengan ancaman denis barusan, Amira dan Sandro hanya diam saja tak berbicara satu kata pun saat melihat Denis yang masih sangat emosi.
"Mama ikut aku pulang sekarang" ucap Denis dengan suara tegas.
"Iya nak" ucap Amira dengan patuh tak membantah.
Suasana didalam mobil terasa sangat mencekam membuat Sandro yang menyetir didepannya menelan saliva dengan susah.
Apa lagi Amira yang duduk bersebelahan dengan Denis yang sejak tadi diam dengan mengeluarkan aura mengintimidasi didalam mobil.
Sial aku rasanya belum puas memukul mereka, batin denis dengan kesal karena belum puas menghajar preman tadi yang sudah berani menganggu mamanya dan mendorongnya hingga jatuh ke tanah.
~ Rumah Arkana ~
Brak..........
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
Sandro dan tante Amira kaget bukan main saat Denis membanting pintu mobil dengan kuat setelah mereka sampai di rumah Denis.
Keduanya saling melirik seakan berkata lewat tatapan mata, jika tidak boleh menganggu Denis atau membantah ucapannya saat ini.
"Mama" panggil Denis dengan suara dingin saat mereka sudah duduk di ruang tengah tempat biasa Denis bersantai dihari libur.
"Iya nak" jawab Amira sambil menunduk.
"Apa wajah aku dilantai ma?" tanya Denis dengan suara dingin.
"Maaf"
"Mulai besok mama berhenti bekerja disana" titah Denis dengan suara tegas.
Mata Amira seakan ingin keluar dari tempatnya mendengar ucapan Denis barusan,
Ia ingin sekali membantah tapi tak ada keberanian saat melihat wajah anaknya yang masih emosi, apa lagi tatapan matanya seakan berkata untuk tidak membantah ucapannya.
"Sandro besok kamu urus tempat untuk warung makan di depan rumah biar mama jualan saja" ucap Denis memberi perintah.
"Bos apa butuh pegawai paruh waktu?" tanya sandro dengan cepat.
Denis mengangkat alisnya sebelah menatap Sandro dengan kening berkerut. Melihat arti tatapan bosnya dengan cepat Sandro segera mengutarakan maksud ucapannya barusan.
"Jika tante Amira butuh tenaga tambahan aku mau masukin adikku untuk bekerja paruh waktu disini bos" ucap Sandro memberitahu maksudnya.
"Baiklah suruh dia bantu mama aku setelah warungnya jadi"
"Terima kasih bos" ucap Sandro dengan senang.
"Cari 1 pegawai lagi yang bisa bekerja dari jam buka hingga tutup" titah Denis dengan suara dingin.
"Oke bos serahin ke aku semuanya"
"Heeemmm"
Sedangkan Amira sedari tadi diam dan mendengar pembicaraan keduanya yang membicarakan tentang bisnis untuknya.
Ia tak menyangka jika Denis akan membuka bisnis yang selama ini ia dambakan, tapi tidak pernah terwujud karena kendala biaya.
"Tidak usah berterima kasih ma karena ini sudah aku pikirkan sejak lama" ucap Denis sambil menatap mamanya dengan tatapan lembut.
Amira mengangguk kepalanya menjawab ucapan Denis, meski matanya sudah berkaca-kaca tak bisa menahan rasa haru dan bahagia yang ia rasakan saat ini.
Melihat hal itu dengan cepat Denis memeluk mamanya membuat Amira seketika menangis histeris dalam pelukan keduanya.
"Denis harap mulai sekarang mama fokus saja ke usaha mama dan jangan mikirin hal lain ya ma" lirih denis dengan suara lembut.
"Iya nak"
Sesuai ucapan Denis kemarin, hari ini Sandro mulai memerintah beberapa tukang untuk merenovasi rumah Denis di bagian depan dan membuat warung makan untuk usaha tante Amira.
Ia juga sudah memberitahu adiknya agar sepulang sekolah nanti bisa bekerja paruh waktu di warung tante Amira.
3 Hari kemudian
Dalam waktu 3 hari saja Sandro sudah menyelesaikan pekerjaannya memantau pembangunan warung makan di depan rumah Denis, dengan memakai halaman rumah mereka yang cukup luas.
Apa lagi lokasi rumah Denis yang cukup strategis berada tepat di depan jalan dekat dengan beberapa kantor yang tak jauh dari sana.
"Bagaimana bos?" tanya Sandro dengan cepat.
"Kerja bagus" ucap Denis dengan suara dingin.
"Terima kasih bos"
"Heemmm"
"Jadi kapan mulai buka warungnya bos?" tanya Sandro dengan cepat.
"Kapan orang yang mau bekerja dengan mamaku datang?" tanya balik Denis.
"1 jam lagi dia datang bos" ucap Sandro sambil melihat jam di pergelangan tangannya melihat sudah jam berapa.
"Jika dia datang terlambat dari waktu yang dijanjikan kamu tahu apa yang harus kamu lakukan" ucap Denis dengan tatapan tajam.
"Ya aku tahu bos" balas Sandro dengan suara tegas sudah tahu maksud bosnya yang tidak suka mentolerir keterlambatan.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
Denis segera masuk ke dalam rumah setelah melihat hasil kerja Sandro selama 3 hari. Saat keduanya masuk ke dalam, mereka melihat Arsen yang sedang membantu mamanya membereskan peralatan warung yang kemarin di beli Amira.
"Bos" ucap Arsen yang melihat kedatangan Denis.
"Heemmm" deham Denis sambil berlalu menuju lantai dua ke kamarnya.
Sesuai ucapan Sandro mengenai pekerja yang akan membantu tante Amira di warung nanti, ternyata ia datang lebih awal yaitu 10 menit dari waktu janjian mereka kemarin.
Sandro, Arsen, dan tante Amira sedang berbicara dengannya menunggu Denis yang akan melihatnya sebelum diterima bekerja disana.
Tak.........tak...........tak............
Bunyi langkah kaki terdengar dari arah tangga membuat semua mata langsung tertuju ke asal suara. Wajah datar dan dingin Denis membuat suasana yang tadinya hangat berubah menjadi sangat mencekam didalam sana.
"Bos ini dia orang yang aku bilang tadi" ucap Sandro.
"On time" (tepat waktu) ucap Denis dengan suara dingin dan tatapan tajam menatap orang didepannya.
"10 minutes earlier than the appointment time" (10 menit lebih awal dari waktu janjian) balas Sandro dengan cepat.
"Heemmm"
Denis duduk di sofa tunggal sambil berpangku kaki dengan tatapan tajam ke arah perempuan yang berumur sekitar 20 tahun, membuat perempuan itu selalu menunduk takut dengan tatapan Denis.
"Umur"
"Saya tua.....n?" tanya perempuan itu dengan gugup.
"Jawab pertanyaan bos jangan sampai membuat bos marah" ucap Sandro memperingatinya.
"Saya berumur 23 tahun tuan" jawab perempuan itu sambil menatap Denis singkat dan kembali menunduk.
"Kenapa kamu mau bekerja di sini?" tanya Denis dengan suara dingin.
"Saya butuh pekerjaan untuk membiayai hidup saya dan kedua orang tua saya tuan" jawab perempuan tadi dengan cepat.
"Baiklah kamu diterima" ucap Denis dengan suara dingin dan datar.
"Terima kasih tuan" ucap perempuan tadi dengan senang.
Denis melirik Arsen untuk mengikutinya ke atas sedangkan Sandro ia memberitahu perempuan itu apa yang harus ia lakukan barulah ke atas.
Sepeninggalnya Denis dan Arsen dari sana, Sandro segera menjelaskan apa yang harus perempuan tadi lakukan dan apa saja yang tidak boleh dilakukan selama bekerja disana.
Tok...........tok.............tok..............
Sandro mengetok pintu ruang kerja Denis yang bersebelahan dengan kamar tidurnya sebelum masuk ke dalam. Arsen lalu membukakan pintu untuknya setelah Denis menyuruhnya membuka pintu.
"Cari tahu identitasnya Arsen" titah Denis dengan cepat.
"Baik bos" ucap Arsen segera berkutat dengan laptop didepannya.
"Bos kapan warung tante Amira akan dibuka?" tanya Sandro.
"Setelah ujian sidang aku selesai" jawab Denis dengan suara dingin.
"Oh oke bos"
Ketiganya lalu berkutat dengan pekerjaan mereka masing-masing disana tanpa ada suara sedikit pun. Tak berselang lama Denis membaca email yang baru saja dikirim oleh Arsen mengenai data pegawai yang akan membantu mamanya.
"Keysa Fitri" ucap Denis dengan suara dingin.
"Itu bukannya nama pegawai tante Amira ya" bisik Sandro di telinga Arsen.
"Iya memang itu dia" balas Arsen sambil menunjukkan laptopnya berisi data pribadi Keysa.
Sandro mengangguk kepalanya tanda mengerti apa yang Denis lakukan sekarang.
Dan ia yakin kalau bosnya itu tidak ingin ada musuh yang berkeliaran di sekitar tante Amira, apa lagi saat ini Kenzo sudah menargetkan Denis sebagai musuhnya.
"Bos Risky ketua geng kalajengking mengajak bertemu malam ini" ucap Sandro saat melihat pesan di hpnya.
Tatapan mata Denis berkilat tajam mendengar nama itu yang sudah lama tak pernah ia dengar lagi, setelah ia diberi kehidupan sekali lagi untuk mengubah takdirnya di masa lalu.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
To be continue.............
sekali dikeluarkan dr maxssimo family, maka selamanya bgtu