Naya, hidup dalam bayang-bayang luka. Pernikahan pertamanya kandas, meninggalkannya dengan seorang anak di usia muda dan segudang cibiran. Ketika berusaha bangkit, nasib mempermainkannya lagi. Malam kelam bersama Brian, dokter militer bedah trauma, memaksanya menikah demi menjaga kehormatan keluarga pria itu.
Pernikahan mereka dingin. Brian memandang Naya rendah, menganggapya tak pantas. Di atas kertas, hidup Naya tampak sempurna, mahasiswi berprestasi, supervisor muda, istri pria mapan. Namun di baliknya, ia mati-matian membuktikan diri kepada Brian, keluarganya, dan dunia yang meremehkannya.
Tak ada yang tahu badai dalam dirinya. Mereka anggap keluh dan lemah tidak cocok menjadi identitasnya. Sampai Naya lelah memenuhi ekspektasi semua.
Brian perlahan melihat Naya berbeda, seorang pejuang tangguh yang meski terluka. Kini pertanyaannya, apakah Naya akan melanjutkan perannya sebagai wanita sempurna di atas kertas, atau merobek naskah itu dan mencari kehidupan dan jati diri baru ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naya dan Pendidikannya
Naya sampai di rumah, membersihkan diri sejenak karena sekujur tubuhnya basah.
" Sebentar ya mba .. " Pinta Naya pada pengasuh Sean.
" Gak papa bu, santai aja "
" Maaf mba jadi pulang telat terus ya. Nanti saya tambahin gajinya ya mba "
" Gak usah Bu, saya betah ko sama Sean disini. Kalo aja saya gak ada anak yang sekolah, mungkin saya mau nginep disini pun gak jadi masalah Bu. "
" Mba makasih banyak ya .. "
Asih mengangguk, lalu memegang tangan Naya. Asih paham sekali bahwa Naya tak pernah benar-benar dalam keadaan baik. Kadang Naya pulang dalam keadaan basah kadang juga pulang dalam keadaan kotor dan terluka karena jatuh di motor. Banyak hal yang Asih ketahui tentang apa yang telah Naya lewati.
Tersisa lah Naya dan Sean berdua setelah Asih pulang, Naya menemani Sean menonton dan bermain sebelum akhirnya tidur. Sean mungkin bisa tertidur paling lambat pukul 21.00 namun Naya ? Naya menatap kesunyian hingga dini hari seorang diri.
Saat Sean sudah terlelap, seringkali Naya membuka album foto atau video yang ada di laptopnya. Saat dirinya masih bersama Alvin, saat Sean masih ada dalam perutnya. Semua terasa indah, tak pernah terpikirkan dirinya hanya akan berdua saja menghadapi dunia ini bersama Sean. Bagaimanapun buruknya Alvin, hanya Alvin lah lelaki yang bisa memberikan segalanya untuk Naya. Membuat Naya dicintai dengan amat sangat. Menatap Sean memberikan luka dalam untuk Naya, Sean memang sangat mirip dengan Ayahnya. Perpisahan mereka sudah hampir 1 tahun berlalu, namun lukanya bukan sembuh malah makin terasa menganga.
Dalam nelangsanya Naya melihat rekaman-rekaman lama saat dirinya di sekolah menengah.
" Kenalin nih temen gue, calon dokter namanya Nayara Hutama. Hey Naya lihat sini Nay, gue lagi bikin vlog " Ucap Lisa dalam video itu.
Naya menutup mulutnya dengan tanga agar isaknya tak terdengar Sean yang tengah nyenyak.
" Halo guys ! Kita lagi di kantin, bareng Lisa Ajeng sama Naya. Cewek-cewek populer nya sekolah kita. "
Sakit sekali hati Naya, teringat masa itu belum ada drama hidup seberat ini. Naya juga merindukan kehidupannya yang tenang, teman-temannya. Jika di ingat mereka kini sudah memasuki tingkat akhir sedang Naya masih tertinggal di belakang. Jangankan ketenangan hidup, tidur saja masih sering terganggu Sean.
Saat teman-temannya ngumpul di kedai kopi, Naya hanya bisa melihat postingan mereka sambil tersenyum nelangsa. Di usianya kini memang harusnya sedang menikmati masa muda, mencari banyak pengalaman berlari kesana kemari. Namun Naya, Naya terperangkap disini bersama Sean.
Naya sangat mencintai Sean, namun adakalanya Sean juga yang membuat Naya gelap mata ingin mengakhiri hidup. Bagi Naya Sean penyemangatnya, namun adakalanya juga Sean yang membuat Naya terpuruk.
Tidak Sean, kamu tidak salah. Ekspektasi aku pada kehidupan ini yang terlalu berlebihan. Aku masih belum bisa merelakan mimpiku, masa mudaku dan egoku. Maaf Sean, maaf karena kamu terlahir dari Ibu seperti aku.
Batin Naya sambil mengusap lembut kepala Sean.
Naya memeluk Sean. Menghilangkan segala jejak buruk yang ada dalam kepalanya.
Naya kamu boleh pulang, tapi tunggu saatnya mendapat jemputan. Kamu tidak boleh pulang tanpa seizin pemilikmu apalagi pulang dengan membawa kehidupan lain.
Gumam Naya sambil memejamkan mata. Tak terasa Naya terlelap dalam pergulatan batinnya sendiri.
Waktu baru menunjukkan pukul 4 pagi namun Sean sudah terbangun, seperti biasa ini adalah jadwalnya Sean menyusu. Naya bangkit lalu mencuci muka dan tangannya sejenak. Rutinitas ini sudah Naya lakukan selama 9 bulan seorang diri.
Hari ini weekend, Asih tidak akan datang untuk kerja. Setiap sabtu adalah jadwalnya Alvin untuk mengasuh Sean. Naya memang libur bekerja, namun jadwal perkuliahannya dan kegiatan lain di kampus di padatkan di hari sabtu mulai dari pagi sampai dengan malam.
Waktu menunjukkan pukul 07.30, terdengar suara gerbang dibuka lalu sebuah mobil masuk. Mobil yang dikenalnya sebagai mobil Alvin.
" Nay .. " Panggil Alvin.
Berselang beberapa menit Naya datang membukakan pintu.
" Ke kampus ? "
" Hmm "
" Mau dianter ? "
" Gak, makasih "
" Kamu habis nangis ? Mata kamu bengkak. "
" Bukan urusan kamu. "
Naya menyerahkan Sean kepangkuan Alvin lalu bergegas pergi menuju halaman rumah untuk mengeluarkan sepeda motor nya. Naya masih merasa belum nyaman jika harus bertemu dengan Alvin lebih lama.
" Nay, pake mobil aja. Aku gak bakal kemana-mana. " Seru Alvin ketika Naya nampak celingukan karena ban belakangnya terlihat bocor.
Naya tak menjawab, ia membuka ponsel hendak memesan ojek online. Namun Alvin segera menghampiri lalu memberikan kunci mobilnya.
" Nay please .. Jangan mempersulit diri kamu sendiri. "
" Makasih " Naya menerima dengan terpaksa lalu meninggalkan rumah nya.
Mobil yang Naya pakai saat ini sebenarnya sudah beberapa kali Naya gunakan, sehingga banyak orang dikampus mengira bahwa mobil ini miliknya. Mereka berpikir hidup Naya serba berada. Meski sudah menjadi seorang single parent namun Naya memiliki pekerjaan dan pendapatan yang stabil, dukungan mantan suami serta mertuanya.
" Press .. " Ucap fina salah seorang anggota BEM.
" Prus Pras Pres, panggil aja Nay. "
" Eh itukan udah tradisi. Presiden mahasiswa itu harus dipanggil kaya gitu. "
" Hmm kenapa ? "
" Ini ada undangan seminar nasional dari Dharma University. Sekelas Dharma ngasih undangan ke kita keren banget rasanya. "
" Namanya juga seminar nasional. Ya semua kampus diundang. "
" Ah engga pres, ini pertama kalinya kita diundang. "
" Oya ? Mungkin karena kemaren kita udah undang mereka, jadi sebagai feedbacknya kita juga dapet undangan dari mereka. "
" Hmm iya sih bisa jadi. Terus siapa yang mau di delegasiin kesana Pres ? "
" Gue aja Fin. "
" Lah si baby gimana kalo ditinggal ? "
" Mau gue titip sama bapaknya sama omanya. "
" Ihh iri banget deh sama kalian, sekalipun pisah tapi tetep saling support. Mas Alvin kayanya masih ada rasa ya sama Lo Pres ? "
" Haha sekalipun ada cukup buat gue jadi partner membesarkan Sean dibanding jadi suami lagi. "
" Kenapa ? "
" Gak papa, gue sama dia masih sama sama muda. Masih pada mentingin ego masing-masing. Gak baik juga buat perkembangan Sean kalo misal gue bareng sama dia tapi cekcok tiap hari. " Jelas Naya.
" Iya sih bener, gue sebagai brokenhome tau rasanya. Enakan lihat orangtua pisah tapi saling ngasih pengasuhan dibanding ada bareng-bareng tapi cekcok tiap hari. "
" Udaaah malah melow Lo nanti Fin. " Naya menepuk bahu Fina.
" Pres lihat tuhhh 3 orang didepan udah pada senyum senyum lihat Lo. Pasti mau pada minta tanda tangan buat proposal. "
Benar saja yang diucapkan Fina, sepuluh langkah dari arah depan mereka beberapa rekan dari unit kegiatan mahasiswa datang menghampiri untuk meminta tanda tangan proposal kegiatan pada Naya.
Naya menyunggingkan senyum menerima kedatangan mereka. Tanpa mempersulit setelah membaca proposal terlebih dulu dan menganalisa apakah ada yang kurang tepat atau sudah cukup, Naya pun menandatangani nya sebagai tanda proposalnya sudah cukup dan bisa di ajukan ke bagian kemahasiswaan.
Naya terpilih menjadi Presma melalui banyak drama sebenarnya. Bermula dari riuhnya kabar bahwa ada mahasiswa baru yang tengah hamil besar mendaftar di kampus mereka. Naya dengan semangat nya tetap mengikuti ospek meski dalam keadaan yang sangat drop menghadapi perpisahan dengan Alvin, tapi mau bagaimana lagi Naya tak ingin menunda pendidikannya lebih lama.
Meski dalam keadaan hamil besar, Naya tetap mengikuti masa orientasi di kampusnya tentu dengan beragam privilege yang diberikan kampus meringankan beban Naya dibanding mahasiswi lainnya. Semenjak saat itu, Naya di kenal sebagai aktivis yang senang menyuarakan hak-hak perempuan.
Mungkin lahir dari kegundahan atau ingin menyampaikan rasa yang berkecamuk dalam batinnya sendiri. Bahwa wanita itu harus setara agar tidak diremehkan, wanita harus dihargai agar tidak dikhianati dan banyak hal lain yang Naya utarakan itu berdasarkan pengalaman hidup pribadinya.
Naya baru setahun tanpa pengalaman organisasi lain, ia memberanikan diri mendaftar menjadi kandidat presiden mahasiswa. Saat itu Naya dikecam habis-habisan oleh seniornya. Mereka meragukan kemampuan berorganisasi Naya.
Namun Naya tak bergeming, Naya bersikukuh ingin mengikuti pemilihan dan menempuh prosedur semestinya karena dirinya pun memenuhi syarat salah satunya mahasiswa dengan IPK di atas 3 dan minimal semester 3. Namun tentu menimbulkan rasa iri bagi mahasiswa semester 5 yang belum berkesempatan menduduki kursi jabatan Presma apalagi mereka yang punya latar belakang organisasi.
Penolakan demi penolakan Naya hiraukan. Teringat dengan menjadi Presma biaya UKT nya selama satu periode akan mendapatkan subsidi sebesar 50%, juga teringat janjinya kepada orangtuanya bahwa dia akan tetap fokus pada pendidikan meski sambil membesarkan Sean. Naya akan sama berprestasi seperti kakaknya, bahkan lebih.