Sekte Kekaisaran Abadi, yang telah berdiri selama ratusan juta tahun, dihancurkan oleh para Dewa Penguasa Galaksi karena dianggap melampaui batas yang diperbolehkan. Pemimpinnya, Taixuan Dijing, menantang langit dan memimpin perlawanan sengit, tetapi bahkan kekuatannya tak mampu menahan murka Sang Dewa Pencipta.
Dalam satu genggaman, sektenya lenyap. Dipenuhi amarah dan dendam, Taixuan Dijing bertarung hingga titik darah penghabisan sebelum akhirnya gugur. Namun, sebelum mati, ia bersumpah bahwa suatu hari nanti, bahkan langit itu sendiri akan dihancurkan.
Di luar cakupan para dewa, sesuatu pun mulai bangkit dari kehampaan…
SETIAP HARI UPDATE BAB:
- 07.00 WIB
-16. 00 WIB
-18. 00 WIB
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Axellio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 DIBURU SESEORANG
Di sudut arena, di dalam bayangan tribun yang gelap, beberapa sosok bertudung hitam berdiri tanpa menarik perhatian.
Salah satu dari mereka, seorang pria dengan luka panjang di wajahnya, menyipitkan mata saat melihat Kaisar Tianlong turun tangan. Tatapannya tajam seperti belati yang siap menembus kegelapan.
"Menarik... Jadi inilah bocah yang selama ini kita awasi."
Sosok di sebelahnya, seorang wanita bertudung dengan suara dingin, menyahut, "Dia lebih kuat dari perkiraan. Jika dibiarkan, akan menjadi ancaman bagi rencana kita."
"Heh, ini justru kesempatan emas." Pria berwajah luka itu tersenyum samar. "Setelah acara ini selesai, kirim perintah ke cabang utama. Target telah dikonfirmasi."
Seketika, udara di sekeliling mereka terasa semakin menekan. Aura pembunuhan samar merembes keluar.
Asosiasi Pembunuh Cabang Timur—kekuatan bayangan yang telah lama mengawasi para jenius di benua timur—akhirnya mulai bergerak.
---
Di platform Sekte Kekaisaran Abadi, Taixuan Dijiing berdiri dengan tatapan tenang, namun di dalam benaknya, sistemnya tiba-tiba bergetar.
[Ding! Ancaman baru telah terdeteksi!]
[Syarat: Lindungi muridmu sebelum organisasi pembunuh bergerak.]
[Hadiah: ????]
Tatapannya berubah dingin seketika. Asosiasi Pembunuh... Jadi mereka akhirnya muncul.
Dengan suara datar, ia berbicara kepada Qin Wushuang tanpa mengubah ekspresinya, "Pertarunganmu sudah cukup menarik perhatian. Mulai sekarang, berhati-hatilah."
Qin Wushuang sedikit mengernyit. "Apa yang terjadi?"
"Seseorang mengawasimu. Dan mereka bukan orang biasa."
Sementara itu, jauh di dalam ibu kota, di sebuah ruang rahasia tersembunyi di bawah tanah, seorang pria tua berambut putih duduk di atas singgasananya.
Di depannya, beberapa bayangan bersimpuh.
"Lapor, target sudah dikonfirmasi. Kami menunggu perintah."
Pria tua itu membuka matanya perlahan. Tatapan tajamnya seperti pisau yang bisa membelah langit.
"Kita tidak akan terburu-buru... Biarkan mereka merasakan keamanan sementara. Begitu acara ini selesai, eksekusi akan dimulai."
Suara rendahnya menggema di ruangan itu.
Sebuah badai di balik layar mulai terbentuk.
Matahari mulai condong ke barat, menyelimuti arena dengan cahaya jingga yang indah. Setelah pertarungan panjang dan penuh ketegangan, akhirnya acara hari ini pun ditutup.
Seorang tetua penyelenggara naik ke panggung utama dan mengumumkan dengan suara lantang, "Pertandingan hari ini resmi berakhir! Besok, kita akan langsung melanjutkan ke babak terakhir hingga puncak turnamen, di mana hanya satu orang yang akan berdiri sebagai yang terkuat!"
Sorak-sorai bergema di seluruh arena. Para peserta mulai meninggalkan tempat, beberapa dengan senyum kemenangan, sementara yang lain membawa kekecewaan mendalam.
Di sudut tribun, Qin Wushuang berdiri dengan mata tajam, melihat arena yang perlahan sepi. Bai Lingxue berdiri di sampingnya, suaranya tenang namun mengandung kekhawatiran. "Besok adalah hari terakhir... Akan ada banyak mata yang mengincar kita."
Qin Wushuang mengangguk. "Aku tahu. Namun, itu juga berarti kesempatan kita untuk menunjukkan kehebatan Sekte Kekaisaran Abadi."
Di sisi lain, Kaisar Tianlong masih duduk di kursinya, tatapannya tajam tertuju pada Qin Wushuang. Dalam hatinya, dia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa putranya kalah di hadapan banyak orang.
"Sekte Kekaisaran Abadi... Aku harus mencari tahu lebih dalam tentang mereka."
Sementara itu, di tempat yang lebih tersembunyi, para pembunuh dari Asosiasi Pembunuh Cabang Timur mulai menghilang satu per satu ke dalam kegelapan, bersiap melaksanakan perintah mereka.
Malam ini mungkin akan terasa tenang, tetapi esok hari akan menjadi hari yang paling berdarah.
_____________
Langit malam menaungi ibu kota Kekaisaran Tianlong dengan cahaya rembulan yang samar. Saat kebanyakan orang telah kembali ke penginapan atau tempat tinggal mereka, Taixuan Dijiing melangkah tenang dalam bayang-bayang. Sistem telah memberikan tugasnya—merekrut murid yang memiliki eksistensi Jalur Abadi.
—"Target berada di dalam kediaman tim Kerajaan Beiyang,"— suara sistem terdengar di benaknya.
Taixuan Dijiing menyipitkan mata. "Menarik. Jika dia memang memiliki eksistensi itu, mengapa dia tidak menunjukkan potensinya?"
Tanpa suara, dia menyelinap melalui lorong-lorong sempit kota, menghindari perhatian. Kediaman tim Kerajaan Beiyang terletak di bagian barat ibu kota, dikelilingi oleh penjaga yang cukup ketat. Namun, bagi seseorang seperti dia, tidak ada tempat yang benar-benar bisa menghentikannya.
Dalam sekejap, tubuhnya menghilang dalam kabut tipis, melewati pertahanan tanpa seorang pun menyadarinya.
Di dalam salah satu kamar, seorang pemuda duduk diam, matanya kosong menatap lantai. Jiang Xu.
Dia baru saja mengalami kekalahan yang memalukan. Para instruktur menghukumnya dengan kata-kata kasar sepanjang perjalanan kembali. Baginya, dunia terasa semakin sempit.
Namun, tiba-tiba ruangan terasa berbeda.
Angin dingin berembus. Sosok berjubah muncul dari kegelapan, berdiri di hadapannya tanpa suara. Mata emas bersinar samar dalam kegelapan.
"Jiang Xu."
Jiang Xu tersentak. Tangannya refleks meraih pedang di sampingnya, tetapi suara itu membuatnya terhenti.
"Kau memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain."
Mata Jiang Xu menyipit. "Siapa kau?"
Sosok itu tidak menjawab langsung. Sebagai gantinya, dia melangkah maju dan menatapnya dalam-dalam.
"Aku memberimu pilihan—tetap menjadi orang yang diabaikan dan gagal, atau ikut denganku dan melangkah ke jalan yang lebih tinggi."
" Sekte Kekaisaran abadi menunggu mu"
DERR
Kata kata itu menjadi sebuah gelombang yang mengejutkan, karena sekte yang Baru-baru ini dikenal ingin merekrut nya.
Jiang Xu terdiam. "Apa benarr?"
Taixuan Dijiing mengulurkan tangannya. "Aku tidak memintamu percaya sekarang. Tetapi kau akan melihatnya sendiri. Aku bisa memberimu kekuatan yang tak bisa diberikan oleh kerajaanmu."
Di dalam hati, Jiang Xu ragu. Namun, sesuatu di dalam dirinya berkata bahwa orang di depannya ini bukan sembarang orang.
"Aku… tidak tahu…"
Taixuan Dijiing tersenyum tipis. "Kau akan mengetahuinya. Keputusanmu akan menentukan jalan hidupmu."
Dengan itu, dia menghilang dalam kabut tipis, meninggalkan Jiang Xu yang masih termenung.
Malam ini, benih telah ditanam. Cepat atau lambat, Jiang Xu akan membuat keputusannya.
Malam berlalu tanpa gangguan. Jiang Xu masih termenung di dalam kamarnya, pikirannya kacau setelah pertemuan dengan pria misterius itu. Kata-kata yang diucapkan terus terngiang di kepalanya.
Sementara itu, di penginapan tempat Taixuan Dijiing dan murid-muridnya menginap, suasana tetap hening. Bai Lingxue dan Qin Wushuang sudah kembali ke kamar mereka, menghemat energi untuk pertarungan besok. Namun, Taixuan Dijiing berdiri di balkon lantai atas, menatap ke kejauhan dengan mata yang penuh pertimbangan.
"Sistem, apakah ada informasi lebih lanjut tentang eksistensi Jalur Abadi di dalam tubuh Jiang Xu?"
—"Eksistensi itu masih tersegel, namun potensinya tak terbantahkan. Jika ia diberi bimbingan yang tepat, ia akan menjadi eksistensi yang bisa menantang puncak dunia."—
Mata Taixuan Dijiing menyipit. "Tersegel? Menarik... Apakah dia sendiri sadar akan keberadaannya?"
—"Tidak. Ia hanya merasa dirinya berbeda, namun tidak mengerti mengapa."—
Taixuan Dijiing menyeringai tipis. "Kalau begitu, aku hanya perlu memberinya sedikit dorongan."
Di tempat lain, di kediaman tim Kerajaan Beiyang, Jiang Xu akhirnya berdiri dari duduknya. Ia menghela napas dalam-dalam, lalu mengepalkan tangannya.
"Aku tidak ingin tetap lemah. Tapi... apakah aku bisa mempercayainya?" gumamnya.
Langkah kaki terdengar mendekat.
"Jiang Xu, ikut aku!" suara dingin dari instruktur timnya, Han Zhi, menggema di luar kamar.
Jiang Xu membuka pintu dan menatap instruktur itu dengan penuh kehati-hatian. "Untuk apa?"
Han Zhi mendengus. "Kaisar Beiyang ingin melihatmu setelah kekalahanmu yang memalukan. Kita akan kembali ke kerajaan secepatnya setelah acara ini selesai."
Jiang Xu terkejut. "Kaisar sendiri? Tapi bukankah—"
"Tidak ada tapi! Setelah pertandingan besok, kita langsung kembali. Berhenti bermimpi tinggi, kau sudah gagal!" Han Zhi berbalik dan pergi.
Jiang Xu mengepalkan tangannya semakin kuat.
Dalam hatinya, ia merasa ada dua jalan di depan matanya. Tetap berada dalam jalur yang telah ditentukan oleh kerajaannya, atau mengambil jalan yang ditawarkan oleh pria misterius itu.
Dan untuk pertama kalinya, ia merasa ingin menentang takdirnya sendiri.
Di atas balkon penginapan, Taixuan Dijiing menyeringai.
"Pilihan itu akhirnya akan dibuat, cepat atau lambat."
Malam semakin larut, tetapi Taixuan Dijiing masih berdiri di atas balkon, menatap ke kejauhan dengan senyum samar.
"Sistem, bagaimana respons Jiang Xu setelah interaksi kita tadi?"
—"Masih ragu, tetapi benihnya telah ditanam. Ia mulai mempertanyakan jalannya sendiri."—
Taixuan Dijiing mengangguk. "Bagus. Kalau begitu, aku hanya perlu sedikit dorongan terakhir."
Di dalam kamarnya yang sederhana, Jiang Xu duduk bersila di atas lantai. Lampu minyak di sudut ruangan berkedip-kedip, menambah kesan muram. Ia menggenggam liontin tua yang selalu dibawanya sejak kecil, satu-satunya peninggalan orang tuanya yang telah tiada.
"Orang itu bilang aku tidak biasa... bahwa aku memiliki sesuatu yang bahkan aku sendiri tidak tahu." Jiang Xu menatap bayangannya di cermin tua di depannya. "Tapi... apakah aku cukup kuat untuk mengubah takdirku?"
Di luar jendela, angin berhembus pelan, membawa suara samar. "Itu tergantung pada keberanianmu untuk melangkah ke depan."
Jiang Xu tersentak, matanya melebar. Ia melompat ke belakang, meraih pedang yang tersandar di dinding. "Siapa?!"
Namun, begitu ia membuka jendela, hanya ada kegelapan. Tidak ada siapa-siapa.
Hatinya berdebar kencang. Ia tidak tahu mengapa, tetapi suara itu terdengar akrab. Seolah-olah datang dari bagian terdalam dirinya sendiri.
Ia mengepalkan tinjunya. "Aku harus mencari tahu lebih lanjut."
Di atas atap penginapan, Taixuan Dijiing menutup matanya dengan senyum kecil.
"Sudah waktunya."
_____
Jiang Xu berdiri di tengah halaman, napasnya dalam. Ia telah berpikir sepanjang malam, dan akhirnya mengambil keputusan.
Pagi-pagi buta, sebelum orang lain terbangun, ia meninggalkan penginapan. Langkahnya cepat dan pasti menuju tempat yang telah ditentukan.
Saat ia tiba, sosok berjubah hitam sudah menunggunya. Taixuan Dijiing menatapnya sekilas sebelum berkata, "Kau sudah memutuskan?"
Jiang Xu mengangguk tegas. "Aku ingin bergabung dengan Sekte Kekaisaran Abadi."
Senyum samar muncul di wajah Taixuan Dijiing. "Bagus. Mulai sekarang, kau adalah murid sekte. Tapi ingat, di luar sana, kau tetaplah Jiang Xu yang biasa. Jangan buat siapa pun curiga."
Jiang Xu menundukkan kepala. "Aku mengerti, Guru."
Angin bertiup pelan. Di bawah cahaya fajar, seorang murid baru Sekte Kekaisaran Abadi telah lahir.
__________
Pagi itu, langit cerah tanpa awan, menandakan hari yang penuh ketegangan. Arena utama telah dipenuhi penonton yang datang dari berbagai penjuru, menanti pertarungan puncak yang akan menentukan siapa yang paling unggul dalam Konferensi Jenius Benua Timur.
Di salah satu platform, Taixuan Dijiing duduk dengan tenang. Tidak ada yang tahu bahwa semalam, ia telah merekrut Jiang Xu ke dalam Sekte Kekaisaran Abadi. Bahkan Qin Wushuang dan Bai Lingxue tidak menyadari hal itu.
Seorang tetua penyelenggara naik ke tengah arena, suaranya menggema ke seluruh penjuru. "Hari ini, pertandingan akan langsung berlanjut hingga final! Para peserta yang telah mencapai babak ini adalah yang terkuat di generasi mereka! Tanpa menunggu lebih lama, mari kita mulai pertarungan pertama!"
Sorak-sorai penonton membahana.
Di bawah sana, para peserta sudah siap. Masing-masing dari mereka membawa tekad dan semangat membara untuk membuktikan diri.
Taixuan Dijiing menyipitkan mata, mengamati jalannya pertandingan. Dalam hatinya, ia sudah merencanakan langkah selanjutnya. Hari ini, semua mata tertuju pada Konferensi Jenius. Namun, hanya ia yang tahu bahwa perebutan sejati baru saja dimulai.