Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.
Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.
"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Talak Di Malam Pertama
Gumpalan rasa bersalah itu semakin terasa nyata ketika mendapati kartu ATM miliknya sudah patah menjadi dua bagian. Menandai bahwa Aby telah melalaikan tanggung jawab sebagai seorang suami. Dengan tidak memberikan nafkah lahir batin yang telah menjadi hak istrinya.
Aby mendes@h panjang. Dalam kesunyian malam, ia merenung seorang diri. Memikirkan masih layakkah dirinya memohon maaf dan meminta Embun kembali? Dengan segenap luka tak berdarah yang telah ia goreskan.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan pria itu. Pintu terbuka dan memunculkan sosok bunda.
"Kamu sudah bicara sama Embun?" tanya sang bunda, yang kini duduk di tepi ranjang.
Aby mengangguk. Suram di wajahnya terlihat jelas meskipun hanya lampu tidur yang menyala.
"Terus bagaimana? Kenapa Embun nggak ikut pulang sama kamu? Apa Embun marah?"
Deretan pertanyaan itu tak segera dijawab oleh Aby. Kepingan rasa bersalah membuatnya merasa tidak layak.
"Untuk sementara Embun mau tinggal di rumah mama, Bunda."
Meskipun tampak sangat sedih, namun bunda tidak terlalu banyak berkomentar. Ia paham Embun sangat terluka dengan keadaan rumah tangganya.
.
.
.
Pagi-pagi Aby sudah tidak terlihat di rumah. Ia juga melewatkan waktu sarapan. Pagi ini, ia pergi ke rumah sang mertua. Semalam, ia tak dapat memejamkan mata, pikirannya terus mengarah kepada sang istri.
Menemui Embun pagi ini mungkin akan sedikit mengurangi rasa bersalahnya. Kedatangannya pun disambut sang mertua.
"Embun mana ya, Mah?" Aby memutar bola matanya kesana-kemari. Namun, tak menemukan sosok istri yang membuatnya tidak dapat terpejam semalaman.
"Embun di atas, di balkon. Kamu ke atas aja temui Embun dan bicara lah berdua dengan kepala dingin."
Aby memulas senyum tipis. Setidaknya, Mama Rima memaafkan dan menerimanya dengan tangan terbuka. Selain itu, sang mertua juga mendukung niatnya untuk berbaikan dengan Embun.
"Makasih, Mah. Aku mau temui Embun dulu."
Mama Rima kembali mengangguk diiringi senyum tipis. "Kamu harus banyak sabar. Embun itu sedikit keras kepala."
Aku yang sudah membuat Embun menjadi seperti ini, Mah.
Tak ingin mengulur waktu, pria itu segera beranjak menuju tangga. Embun terlihat sedang duduk seorang diri dengan posisi membelakanginya.
Aby tampak ragu untuk mendekat.
"Gimana kalau diusir?" Pertanyaan itulah yang terlintas pertama kali dalam benak Aby.
Namun, ia mencoba memberanikan diri. Dirinya lah yang telah memicu permasalahan, maka ia juga lah yang harus mengakhiri. Aby lalu memilih duduk di sebuah kursi dengan meja sebagai pembatas antara dirinya dengan sang istri.
Embun pun tampak terkejut dengan kedatangan suaminya. Namun, ia diam saja tanpa menyapa.
"Bagaimana keadaan kamu? Badannya masih ada yang sakit?" Aby membuka suara. Seraya menatap tubuh Embun yang pagi itu mengenakan piyama dress berbahan satin.
Embun hanya menjawab dengan gelengan kepala. Nyaris tanpa ekspresi. Dan hal itu mendorong Aby untuk memposisikan diri di hadapan sang istri. Ia berjongkok di hadapan Embun.
"Aku ke sini untuk membicarakan semuanya dengan kamu." Ia menatap wajah pucat istrinya itu dalam-dalam. Tangannya terulur merapikan rambut panjang sang istri dan menyelip ke belakang telinga.
Embun menatap tangannya yang kini digenggam Aby. Ia dapat melihat di jari manis tangan kanan suaminya, kini ada cincin pernikahan mereka.
Namun, Embun seakan tak begitu peduli.
"Apa lagi yang harus kita bicarakan?"
Hati Aby mencelos menyadari dinginnya sikap Embun.
"Embun ... aku tahu kamu tidak akan mudah memaafkan aku. Tapi aku ingin kamu tahu, bahwa aku mau memperbaiki rumah tangga kita. Memulai semuanya dari awal lagi." Ia mencium punggung tangan istrinya. "Aku mohon beri aku kesempatan sekali lagi."
Namun, Embun masih diam di tempat. Tak pula membalas tatapan Suaminya. Hanya dalam hitungan detik, bola matanya telah berkaca-kaca.
"Kesempatan apa lagi yang kamu minta, Mas? Kamu ingat, di malam pertama kita menikah kamu sendiri yang membangun jarak di antara kita."
Aby seperti kehilangan kata-kata. Setiap kalimat yang diucapkan Embun seperti sayatan baginya.
"Kamu begitu mudah berjanji kepada wanita lain untuk menceraikan istri sah kamu sendiri. Dan sadar atau tidak, kamu sudah menjatuhkan talak kepadaku."
Aby membeku. Kedua bola matanya mendadak digenangi cairan bening. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa ucapannya malam itu telah berakibat fatal bagi pernikahan mereka.
............
benar knp hrs nunggu 6 bln klo hrs cerai lebih baik skrng sama saja mlh buang2 wkt dan energi, bersyukur Embun ga oon🤭