Ini bukan kisah istri yang terus-terusan disakiti, tetapi kisah tentang cinta terlambat seorang suami kepada istrinya.
Ini bukan kisah suami yang kejam dan pelakor penuh intrik di luar nalar kemanusiaan, tetapi kisah dilema tiga anak manusia.
Hangga telah memiliki Nata, kekasih pujaan hati yang sangat dicintainya. Namun, keadaan membuat Hangga harus menerima Harum sebagai istri pilihan ibundanya.
Hati, cinta dan dunia Hangga hanyalah untuk Nata, meskipun telah ada Harum di sisinya. Hingga kemudian, di usia 3 minggu pernikahannya, atas izin Harum, Hangga juga menikahi Nata.
Perlakuan tidak adil Hangga pada Harum membuat Harum berpikir untuk mundur sebagai istri pertama yang tidak dicintai. Saat itulah, Hangga baru menyadari bahwa ada benih-benih cinta yang mulai tumbuh kepada Harum.
Bagaimana jadinya jika Hangga justru mencintai Harum saat ia telah memutuskan untuk mendua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni Eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Nata mendengkus sebal saat mendapat pesan dari Hangga yang membatalkan rencana mereka pergi ke bioskop. Tahu begini, ia akan memilih untuk pulang ke Jakarta agar bisa berkumpul bersama keluarganya.
Menghabiskan waktu malam Minggu tanpa kekasih dengan kondisi menumpang di rumah orang lain sungguh membuatnya merana.
Semakin merana saat Nata merasakan perutnya lapar, namun tidak bisa keluar rumah untuk membeli makanan yang diinginkannya.
Ia malas untuk membeli makanan lewat aplikasi pesan antar karena pernah mendapat pengalaman kurang mengenakan. Saat itu makanan pesanannya hancur karena tidak sengaja terjatuh dalam perjalanan. Mau kasih bintang satu untuk sang driver, ia tidak tega. Akhirnya makanan yang bentuknya tidak karuan itu berakhir di tempat sampah.
Rasa lapar di malam Minggu kelabu menuntun Nata untuk menghubungi Melly. Siapa tahu sahabatnya itu mau pulang cepat sehingga Nata bisa menitip dibelikan makanan. Begitu pikirnya.
“Halo, Mel. Pulang jam berapa?” tanya Nata yang menghubungi Melly lewat panggilan telepon.
“Emm, belum tahu, sih. Ini lagi nyari parfum sama Jeremi. Lo di mana, Nat? Double date, yuk!”
“Gue di rumah, Mel.”
“Di rumah siapa, Nat?”
“Di rumah lu lah, Mel. Di rumah siapa dong?"
“Kirain di rumah Hangga. Memangnya lu enggak jadi jalan sama Hangga?”
“Enggak jadi."
"Kenapa? Berantem lu ya?"
"Bukan. Hangga batalin rencana nonton karena ibu dan ayahnya mau datang.”
"Oooooh."
“Mel, kalau pulangnya enggak kemalaman, gue nitip camilan ya."
“Ok, siap. Gue usahakan enggak malam-malam pulangnya.”
“Thanks, Mel. Happy dating,” pungkas Nata mengakhiri panggilan teleponnya.
*
Minggu pagi usai sarapan, Harum sudah berkutat di dapur. Sengaja memasak pagi untuk menyambut kedatangan mertuanya. Ia berencana untuk membuat beberapa macam menu masakan spesial. Salah satunya kentang mustofa kesukaan sang mertua.
Saking sibuknya memasak, Harum tidak menyadari Hangga yang masuk ke dapur dan membuat kopi.
Saat Hangga membawa cangkir berisi kopi yang masih mengepulkan asap panas, tidak sengaja Harum menabraknya. Dan kopi panas itu mengenai tangan Harum.
“Astagfirulloh!” pekik Harum karena merasakan tangannya panas seperti terbakar.
Hangga refleks meletakkan cangkir kopi ke atas meja. Tanpa berucap sepatah kata, ia menuntun Harum menuju wastafel.
Memutar keran, Hangga menggenggam tangan Harum dan mengarahkannya di bawah air keran yang mengalir.
Mereka berdiri berdampingan dengan posisi yang sangat dekat. Harum bisa merasakan pundak belakangnya menyentuh tubuh Hangga yang berdiri sedikit menjorok di belakang Harum. Cukup lama mereka berada dalam posisi tersebut.
Setelah beberapa saat terhanyut dalam romansa, merasakan debaran rasa yang selalu hadir setiap kali berdekatan dengan sang pria pujaan, Harum menoleh dan mendongakkan kepalanya menatap pria jangkung itu.
“Yang saya tahu, pertolongan pertama saat tersiram air panas adalah dengan menyiramnya di bawah air mengalir selama dua puluh menit,” ucap Hangga tanpa membalas tatapan Harum.
Ucapan Hangga membuat Harum memutus tatapan pada pria tampan itu dan memalingkan kembali wajahnya pada genggaman tangan Hangga di bawah pancuran air.
Harum merasa seperti ada sesuatu yang menyengat tubuh saat menatap genggaman tangan Hangga pada tangan mungilnya.
Lembut sentuhan itu menjalar hingga ke hati. Jantungnya berdetak tak karuan. Sanggupkah Harum menghadapi rasa itu sampai ke menit dua puluh?
“Maaf,” ucap Hangga usai memberikan pertolongan pertama pada Harum.
Harum tidak memahami maksud kata "maaf" dari Hangga.
Maaf untuk apa? Maaf karena telah menyentuh tangan saya? Maaf udah buat saya ser-seran? atau maaf untuk apa?. Perempuan yang pagi ini memakai jilbab merah muda itu membatin sendiri.
“Saya yang seharusnya minta maaf, karena seharusnya saya yang membuatkan kopi untuk Mas Hangga,” sahut Harum akhirnya.
Hangga bergeming sejenak menatap Harum. Kemudian tanpa mengucap sepatah kata, ia pergi meninggalkan gadis yang sudah tiga minggu menjadi istrinya itu.
Harum menghela napas berat, melihat tingkah suaminya yang angin-anginan. Terkadang terasa manisnya, namun sering kali terasa pahitnya. Ia berpikir suaminya itu pasti akan ‘kabur’ lagi pagi ini.
"Baru tadi bilang maaf, sekarang kabur lagi," gumam Harum.
Daripada memikirkan Hangga yang selalu membuatnya merana, ia memilih melanjutkan kegiatan memasaknya yang hampir rampung.
Wajan berisi daging sapi yang dimasak rendang, masih berada di atas kompor yang menyala. Ia mengambil seiris potongan rendang lalu mencicipinya. Setelah merasakan tekstur daging itu telah empuk serta bumbunya sudah pas, baru ia mematikan kompor.
Kini menu masakan sudah rampung semua. Harum melanjutkan dengan membuat srikaya pandan gula merah sebagai dessert-nya.
Setelah mencampur semua bahan yang diperlukan untuk membuat srikaya, Harum mengisi bahan srikaya ke dalam cup kecil tahan panas lalu mengukusnya. Saat sedang menunggu srikaya itu matang, tidak disangka Hangga kembali datang menemuinya di dapur.
“Ini.” Hangga menyodorkan sesuatu kepada Harum. “Salep untuk luka bakar ringan,” katanya lagi.
.
.
.
.
.
.
Biasa nulis komedi eh nulis cerita serius, poligami pula. Sepi euy.
crazy up nih
Btw terima kasih banyak kepada sahabat semua yang masih setia dukung aku. ❤️❤️❤️
sungguh nikmat kn mas Hangga poligami itu 😈
yg bener nggak sadar diri
perempuan yang merendahkan diri sendiri demi cinta yg akhirnya di telan waktu