Shanum adalah seorang gadis desa yang di besarkan di keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai seorang OB di sebuah perusahaan terbesar di kota Metropolitan. Karena kecerdasan yang di miliki Shanum ia selalu mendapatkan beasiswa hingga ke Perguruan Tinggi. Namun sayang semua yang ia dapat tidaklah cuma-cuma. Di balik Beasiswa yang di dapat Shanum ternyata ada niat terselubung dari sang Donatur. Yaitu ingin menjodohkan sang Putra dengan Shanum padahal Putranya sudah memiliki Istri. Apakah Shanum bersiap menerima perjodohan itu! Dan Apakah Shanum akan bahagia jika dia di poligami??? Ikuti terus ceritanya.... Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Shanum meletakkan piring yang berisi makanan, di atas meja yang ada di dalam kamarnya. Kemudian dengan perlahan ia membangunkan Bisma yang masih setia dengan mimpinya.
Shanum tidak menyangka jika Bisma bisa tidur senyenyak itu di kamar tanpa AC dan hanya bertemankan dengan angin sepoi-sepoi yang masuk melalui ventilasi dan jendela.
"Mas, bangun. Sudah sore." Shanum menggoyangkan lengan Bisma dengan lembut.
Dengan perlahan, mata Bisma pun terbuka. Ia mengucek matanya, dan mengamati sekeliling kamar yang ia tempati.
"Ayo makan dulu, nanti kalo Mas kelaparan, terus masuk angin. Aku lagi yang di salahin. " gerutu Shanum.
"Hmmm, " jawab Singkat Bisma. Ia pun langsung turun dari ranjang, terus berjalan keluar.
"Lho, Mas. Mau kemana itu! " teriak Shanum.
"Mau cuci muka, ke kamar mandi. Ya kali mata masih belekan gini disuruh langsung makan. Jawabnya ketus.
"Kirain mau kabur!!! ya udah sana. Tapi jangan lama-lama. " ujar Shanum lagi.
Tak lama kemudian Bisma pun masuk kembali kekamar. Dengan wajah yang sudah terlihat segar. Tidak ada lagi muka bantal yang menempel disana.
Dengan ragu, Bisma menyentuh makanan yang di suguhkan oleh Shanum. Shanum yang langsung tanggap pun, berkata. "Kamu tenang aja, di dalam makanan itu gak ada racun sama peletnya. Itu murni, dan yang pasti itu masakan ibu bukan Aku."
"Semoga aja makanan itu cocok di lidah kamu atau tidak, soalnya aku gak tau makanan kesukaan kamu apa! Ucapnya lagi.
Bisma pun mulai menyendok makanan, itu sedikit demi sedikit, Lama-lama ia sangat menikmati menu sederhana itu, hingga tandas semua yang ada di piring tanpa sisa.
Kemudian Shanum pun mengemasi piring bekas Bisma makan. Dan kembali ke dapur. Setibanya di dapur, Shanum merebus air untuk mandi suaminya. Karena cuaca sore itu sangat dingin. Suaminya yang tidak terbiasa mandi menggunakan air dingin ia takut akan masuk angin.
Setelah airnya panas, Shanum pun kembali ke kamar memanggil Bisma agar segera mandi. " Mas, mandi dulu. Gih!!! Itu udah aku siapin air hangat." ucap Shanum lembut.
"Iya," jawab Bisma kemudian mendorong kursi rodanya ke kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi dan benar saja, di sana sudah di siakan air hangat di dalam ember. Tak perlu berlama-lama lagi, Bisma pun langsung mandi.
"Ternyata dia benar-benar berbeda dengan Stefani. Selama Stefani menjadi istri ku tak pernah sekali pun ia melayaniku seperti ini." gumam Bisma lirih. "Semoga saja ini tidak pura-pura hanya karena ingin mendapatkan simpati dari ku." ucapnya lagi.
Shanum di kamar sedang menyiapkan perlengkapan sholat untuk suaminya, sekaligus mengambilkan baju ganti. Bisma yang sudah mandi pun kembali masuk ke kamar. Suasana di rumah cukup sepi, entah kemana semua penghuni rumah ini!!!
"Mas, sudah selesai. Itu sudah aku siapin baju. Mas ganti lah dulu. Dan jangan lupa Sholat." ucap Shanum.
"Iya, baiklah." jawabnya.
Shanum pun keluar untuk memberi ruang pada Bisma berganti pakaian. Shamun pergi ke halaman depan, karena kebiasaan jika di sore hari ia akan bersantai di bangku di bawah pohon mangga. Jika semua pekerjaannya sudah selesai.
Shanum yang sedang merenungi, tentang sikap Bisma padanya. Sikap datar dan ketus yang selalu ia tunjukkan ke Shanum. Sangat berbeda sekali jika ia sedang berkumpul dengan adik dan kedua orang tuanya. Ia begitu humble dan hangat.
Shanum bisa mengambil kesimpulan, bahwa pernikahan mereka sangat tidak mudah di jalani nantinya. Belum lagi jika ia harus berhadapan dengan istri tua dari Bisma. Shanum harus mencari jalan, bagaimana caranya agar ia bisa melembutkan hati suaminya. Walaupun pernikahan ini terjadi dengan cara di jodohkan, ia tidak mau gagal. Karena bagi Shanum, pernikahan ini cukup satu kali terjadi dalam hidupnya.
Usai Sholat, Bisma pun mendorong kursi rodanya menuju keluar untuk mencari udara segar.
Shanum melihat Bisma yang keluar dengan mendorong kursi rodanya, ia merasa terenyuh. Melihat keterbatasan sang suami, yang selalu menolak ketika ia ingin membantunya. Bisma seolah begitu ingin membangun tembok pembatas di antara mereka.
Bisma yang duduk di kursi rodanya menikmati udara segar di halaman depan rumah. Kini Senyum tipis terukir di wajah Shanum, melihat suaminya begitu tenang meski dalam kondisi yang sulit.
Dalam hati, Shanum merenung tentang bagaimana caranya untuk lebih memahami Bisma, untuk bisa membuka hatinya yang terkadang terasa begitu tertutup. Ia ingin menciptakan hubungan yang harmonis dan penuh pengertian dalam pernikahan mereka, meskipun tantangan besar yang harus dihadapi.
Di tengah keheningan, Shanum mulai merencanakan kegiatan yang bisa dilakukan bersama Bisma untuk mempererat ikatan di antara mereka. Mungkin sebuah perjalanan ke tempat yang indah, atau sekadar waktu bersantai di taman setiap akhir pekan.
Saat Bisma akan masuk kembali ke dalam rumah setelah menikmati udara segar, Shanum menyambutnya dengan senyum hangat. Mereka berdua saling bertatapan, tanpa kata-kata yang terucap, namun makna yang tersirat begitu dalam.
Perlahan tapi pasti, Shanum yakin bahwa dengan kesabaran dan keikhlasan, hubungan mereka akan semakin kokoh dan penuh kebahagiaan. Setiap langkah kecil yang dilakukan dengan penuh kebaikan dan kasih sayang akan menjadi pondasi yang kuat bagi rumah tangga mereka.
"Mas, habis dari mana?" Sapa Zaki yang baru pulang mengajar les anak-anak di kampung itu.
"Oh, Mas. Dari depan habis menikmati suasana sore." ucap Bisma tersenyum. "Kamu habis dari mana?" tanya balik Bisma.
"Ini baru pulang dari ngajar anak-anak les Matematika Mas." jawab Zaki.
"Wah hebat kamu, masih sekolah sudah bisa mandiri. Kalo di kota kebanyakan anak seusia kamu mereka lebih memilih nongkrong. Dari pada ngikutin kegiatan positif seperti ini." ujar Bisma, menatap bangga pada adik iparnya.
"Ah biasa aja Mas, aku cuma pengen bagi ilmu aja sama anak-anak di sini. " ucap Zaki
"Dek, kamu cepetan mandi sana. Sebentar lagi masuk waktu magrib." Shanum mengingatkan adiknya.
"Oh, iya Mbak." jawab Zaki, kemudian ia pamit pada Bisma untuk mandi.
Setelah kepergian Zaki Shanum pun menghampiri Bisma. Dan berkata. "Ayo Mas aku bantu. Shanum mulai mendorong kursi roda Bisma. Dan lagi-lagi Bisma menolaknya.
" Mas, biarkan aku membantu mu, aku ini istri mu, sudah jadi kewajibanku untuk mengurus kamu. Jangan lagi pernah menolak niat baikku. Aku ikhlas, Mas." ucap Shanum lembut kemudian ia duduk di hadapan Bisma.
"Kamu tidak perlu berpura-pura baik padaku." ucapnya ketus.
"Mas, aku tidak pernah berpura-pura baik padamu. Aku benar-benar tulus!!! " ucap Shanum bersungguh.
Bisma menatap mata Shanum dengan tajam. Saat ke dua mata itu saling beradu, Bisma mencoba untuk mencari kebohongan di sana, namun sayang ia tidak menemukannya. Ia berusaha menyangkal tapi.... Semua percuma.
Akhirnya Bisma mengalah dan menerima bantuan dari Shanum. Shanum kembali mendorong kursi roda Bisma menuju ke ruang keluarga. Yang ternyata di sana sudah ada ke dua orang tua Shanum sedang berbincang sambil menunggu waktu magrib.