Naya menjadi wisudawan terbaik di hari itu. Tapi siapa sangka, ternyata Papanya sudah menikahkan Dia dengan anak temannya sendiri secara diam-diam tanpa sepengetahuan Naya.
Lantas apakah Naya akan terpaksa melanjutkan rumah tangga barunya atau lari dari kenyataan?
Simak terus updatenya di TERJEBAK PERNIKAHAN RAHASIA DI HARI WISUDA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 Pecel Lele
Naya
Cepetan... Udah mau mati nih rasanya...
Tak lama kemudian. Naya meneleponnya.
“Hey... Kemana aja, lama banget. Kalau Kamu pulang diatas jam 00.00 Tidak akan bisa masuk rumah. ”
“Diem... Nona Naya yang cantik jelita tidak ada bandingannya. Sekarang, semua toko udah pada tutup. Mau cari kemana lagi. Hah...? ”
“Pokoknya harus dapat. Waktu tinggal enam menit. Sekarang sudah jam 23.54. Siap-siap tidur dihalaman rumah. Sama kelinci dan empus yang comel-comel. Oke... ”. Ancaman Naya membuat Alfath semakin geram. Dia masih berkeliling.
“Pukul 23.55. Sepertinya Aku memang harus tidur sama kelinci deh... Mending Aku pulang aja daripada capek-capek tapi nggak dapat. ”
Jalanan agak macet. Meskipun sudah hampir tengah malam. Alfath sudah berkali-kali menguap. Ingin rasanya segera tidur lelap tanpa ada gangguan makhluk apapun.
Pukul 23.57. Alfath menyetir sambil matanya menutup sebelah. Alias setengah sadar.
Chit...
Tiba-tiba Dia mendadak memancat rem. Seorang laki-laki paruh baya menyebrang tepat di depan mobil Alfath. Untung mobilnya masih bisa di rem. Jaraknya hanya tinggal tiga langkah saja. Alfath segera keluar dari mobil.
“Bapak... Bapak tidak apa-apa? ”
“Maafkan Saya den, saya yang ceroboh. Sembarangan kalau mau nyebrang... ”
“Nggak apa-apa Pak, tadi Saya juga nyetir sambil ngantuk. Mungkin saya yang lebih bersalah... ”
“Nggak den, Orang tua ini tidak apa-apa... ”
“Yakin Bapak tidak terluka...? ”
“Iya den, Bapak baik-baik saja. ”
“Ya udah Pak kalau gitu. Lain kali Bapak hati-hati ya kalau mah nyebrang... ”
“Mampir dulu den ke warung Bapak... ”
Alfath melirik jam tangan. Pukul 00.00. Telat. Sudah di atas perjanjian Nona Naya. Batinnya.
“Bapak punya warung...? ”
“Itu warung Bapak... Sebagai permintaan maaf Bapak mau kasih sesuatu deh... ”
“Udah Pak... Bapak nggak usah repot-repot. ”
“Ayok sebentar saja... ”. Laki-laki paruh baya itu sudah menarik tangan Alfath menuju ke warung seberang sana. Alfath tidak bisa menolak. Dia hanya bisa menuruti perintah si Bapak.
“Duduk disini sebentar ya den... ”
“PECEL LELE”
Itulah tulisan yang terpampang di depan warung milik Si Bapak.
“Sepertinya Aden tergesa-gesa. Jadi saya hanya bisa membuatkan Dua porsi pecel lele untuk Aden. ”
“Pak... ini terlalu berlebihan Pak. Seharusnya Bapak nggak usah repot-repot. ”
“Nggak repot sama sekali. Lain kali Aden kalau lewat boleh mampir kesini kok. ”
“Makasih ya Pak, Oh iya ini ada sedikit rejeki buat Bapak... ” Alfath menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribuan.
“Nggak usah Den, Bapak mah mau ngasih Aden. Bapak tau kok kalau Aden orang kaya. Tapi tolong, untuk kali ini Bapak mau sedekah... ”
“Semoga berkah ya Pak... Ya udah Pak, terimakasih banyak ya... Saya mau langsung balik. ” Alfath menyalami tangan Si Bapak
“Aamiin... Sama-sama Den... ”
Dengan langkah gontai. Alfath membawa Dua porsi pecel lele itu dengan senang hati. Satu, karena perutnya benar-benar lapar. Dua, karena pecel lele adalah makanan favorit Dia.
“Den... Den... tunggu sebentar Den... ”. Ketika Alfath hampir saja menyeberang Si Bapak itu tiba-tiba memanggilnya.
“Oh iya Pak... ”
“Sini Den... ” Si Bapak menarik tangan Alfath kembali kedalam warungnya.
“Bapak punya rokok. Barangkali Kamu suka merokok Den... ini Bapak kasih gratis. ”
“Oh Terima kasih Pak, tapi saya tidak merokok... ” Alfath menolak dengan baik-baik agar Si Bapak tidak kecewa.
“Oh ya udah deh kalau gitu. Malah bagus kalau laki-laki nggak doyan rokok. ”
“Sekali lagi terimakasih banyak ya Pak. ”
“Sama-sama Den... ”
Tapi, setelah itu mata Alfath yang awalnya redup langsung melebar___