NovelToon NovelToon
Kehidupan Ke Dua

Kehidupan Ke Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Akademi Sihir / Dunia Lain
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: NAYTHAN

— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.

Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?

Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 22 :

Setelah menghabiskan waktunya berjalan-jalan sebentar bersama guru Han, Lanna langsung membersihkan diri dan membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Sebuah pilihan, kau boleh membuat sebuah pilihan. Pilihan pertama, Kau boleh berhenti menjadi penyihir muda dan menjalankan kehidupanmu sebagai manusia biasa. Pilihan kedua, kau tetap bertahan dan menjalankan kehidupanmu sebagai penyihir muda,"

"Ck," Lanna memutar tubuhnya ke arah lain nampak gelisah.

Kemudian gadis itu bangun, duduk menatap lurus ke depan.

"Aku benar-benar bingung. Apa yang harus ku putuskan?" Katanya lagi lalu menggigit bibir bawahnya.

Ya, memang sangat sulit. Selama ini dirinya benar-benar kesulitan menjalani kehidupan seperti ini. Snomster, sihir dan yang lainnya. Perasaan menyerah itu ada tetapi di satu sisi dirinya juga sudah sejauh ini melangkah.

Haruskah aku menyerah? Batinnya.

Dan menjalani kehidupan sebagai manusia biasa saja.

Lanna menggelengkan kepalanya cepat. Pusing dengan pikirannya sendiri yang begitu berkecamuk. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi tidur, tubuhnya juga sudah sangat lelah.

...----------------...

"Dasar si Serena Lyra itu. Dia kenapa menyebalkan banget, sih? Dia lebih baik mati saja! Sungguh menjengkelkan! Sok keren!"

Lilly, gadis itu di sepanjang koridor gedung asrama miliknya terus-terusan berceloteh merasa tidak terima harga dirinya sudah di injak-injak. Walaupun tidak ada seorangpun yang melihatnya tetapi tetap saja bagi Lilly perasaan malu itu ada terlebih ketika dirinya tidak bisa membalas perkataan Serena Lyra.

"Sejak dulu aku sangat tidak suka padanya. Aku membencinya. Awas saja kau ya, Serena Lyra!"

...----------------...

Beberapa hari pun berlalu, Lanna menjalani harinya seperti biasa. Namun ada satu lagi yang berbeda, mengenai hubungannya dengan Xavier yang nampak renggang. Gadis itu bersikap dingin pada Xavier—tidak, semuanya. Lanna belakangan lebih banyak diam dan pelit bicara. Belakangan Lanna juga latihan lebih keras daripada sebelumnya termasuk latihan fisik bersama guru Han dan terkadang di alihkan kepada asisten Rosie. Lanna, di balik diamnya selama ini, dari dalam lubuk hati yang paling dalam sebenarnya gadis itu juga perasaannya penuh dendam terhadap segalanya. Di bicarakan oleh banyak murid karena kepayahannya, inti sihirnya menghilang, penyeimbang sihir yang tidak kunjung juga sempurna, misi yang gagal bahkan saat latihan fisik pun beberapa kali dia tumbang di tambah lagi pikirannya memikirkan sebuah pilihan ingin menyerah atau melanjutkan jalannya sebagai penyihir. Xavier yang memperhatikan itu merasa tidak tega melihatnya tetapi lelaki itu juga sedang tidak bisa mendekati Lanna seperti biasanya. Bahkan pesan balasannya pun tidak Lanna respon sampai hari ini, sesuai perkiraannya.

"Latihan fisiknya sudah cukup sampai di sini," ucap asisten Rosie memakai sanggulnya kembali.

"Baiklah," sahut Lanna menyeka keringatnya yang membanjiri area dahi.

Mereka pun melakukan salam perpisahan. Lanna melewati Xavier begitu saja tanpa menyapa lelaki itu sama sekali, baru kali ini Xavier juga merasa di campakkan oleh seseorang. Tetapi lagi-lagi itu, dia tidak bisa mendekati Lanna sekaligus tidak ingin menganggu waktunya juga. Mungkin untuk belakangan ini, Xavier hanya akan memperhatikan Lanna saja. Padahal mereka selalu berdekatan tetapi terasa sangat jauh bagi Xavier.

Dan satu lagi yang membuat Lanna benar-benar merasa dendam, gadis berambut keriting yang tidak lain ialah Lilly Swan. Wajah gadis itu terpatri begitu membekas di dalam pikiran Lanna itu sendiri.

Perutnya sudah sangat keroncongan, Lanna akan pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah berdemo meminta di isi makanan. Pertama-tama Lanna mengantri terlebih dahulu bersama murid-murid lainnya setelah selesai mengantri dia mencari tempat duduk dan mendapatkannya satu, meja kantin yang masih kosong. Melihat itu Lanna melangkahkan kakinya menuju ke arah meja kantin tersebut sembari di tangannya membawa nampan miliknya.

Prang!

Seisi ruangan pun di kejutkan dengan suara nampan yang terpental ke lantai dengan keras. Lanna, gadis itu terjatuh di hadapan makanannya yang sudah berserakan. Di keheningan yang terjadi Lilly sebagai si pelaku yang sudah menyandung kaki Lanna, datang tidak lupa dengan senyuman liciknya yang terlihat begitu puas.

"Ya ampun, apa ini? Seorang Serena Lyra terjatuh? Huhu, kasihan sekali. Mau aku bantu, hm?" Ucap Lilly, wajahnya pura-pura memelas, tangannya terulur ke hadapan Lanna.

Tetapi Lanna tidak mengindahkannya. Dia masih menundukkan kepalanya, menahan kekesalannya.

"Oh! Begitu? Kau tidak menerimanya? Tidak masalah, hahaha! Lagipula aku tidak sudi membantumu. Bangun saja sendiri sana!" Kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan Lanna dan setengah berbisik. "Makanya, kalau jalan itu lihat-lihat. Punya mata, kan?" Lilly berjalan pergi meninggalkan Lanna. Perasaannya bener-bener merasa puas.

Lilly swan itu tidak jauh berbeda seperti Malia Blair. Adik tirinya sendiri. Mereka berdua sama-sama kurang ajar.

"Kau yakin ingin diam saja? Kalau begitu kau memang benar payah. Aku sih, tidak,"

"Hah, siapa? Siapa yang berbicara?" Kata Lanna pelan masih menundukkan kepalanya.

Suara perempuan yang terdengar asing bagi Lanna itu asalnya dari mana dirinya pun juga tidak tahu tetapi itu terasa sangat dekat di telinganya.

"Aku tidak payah," ucap Lanna lagi, dia juga akhirnya merasa geram sendiri.

"Kalau begitu bangkit. Kau mau membuat namaku sebagai Serena Lyra jadi jelek, hah? Aku tidak terima, lho! Si Lilly Swan itu, baru tahu kalau dia sangat menjengkelkan!"

"Kau siapa?" Tanya Lanna.

"Ya ampun, padahal baru saja aku sebutkan. Kau ini bodoh sekali sih, jadi orang? Pantas saja Lilly Swan suka merundungmu?"

"Hei, justru sebenarnya yang dia rundung itu kau bukan aku," balas Lanna tidak terima.

"Alah, berisik sekali. Aku ini Serena Lyra, tahu! Kalau dia merundungku, kau juga sama dia rundung. Kau hidup di dalam tubuhku Lanna Xevellyn, bodoh!"

Kemudian seluruh anak-anak di sana saling berbisik membicarakan Lanna yang sejak tadi bicara sendiri termasuk Lilly Swan. Gadis itu membalikkan tubuhnya menatap Lanna aneh kemudian memutar bola matanya malas.

"Ya ampun, ternyata selain payah kau juga gila, ya. Aku mengerti, sih. Kau pasti frustasi karena inti sihirmu menghilang. Sudah ku bilang untuk keluar saja dari sini. Dasar tidak berguna!" Lilly kembali memutar tubuhnya, bersedekap dada berjalan pergi hendak meninggalkan area kantin.

"Brengsek juga Lilly Swan itu! Aku marah padanya!" Marah Serena.

Lanna menegakkan kepalanya menatap punggung Lilly tajam. "Dan aku pun,"

BRAK. PRANG!

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" Teriak Lilly.

Wajah serta tubuh gadis itu di penuhi oleh makanan dan nampak sangat kotor membuat anak-anak lain yang berada di sekitarnya merasa jijik.

"KAU SUDAH GILA!" Teriak Lilly lagi.

"Bagus Lanna," ucap Serena.

"Itu cocok kok, denganmu," ucap Lanna datar. Dia lalu melempar nampan stainless steel itu ke sembarang arah. "Ternyata tingkahmu menjijikkan juga, ya. Oh, bahkan mulutmu juga. Sama seperti bentukanmu sekarang. Sangat kotor,"

"BERANINYA KAU!"

Lilly mendorong tubuh Lanna sehingga membuatnya terlempar, terhempas ke arah beberapa meja kantin. Kemudian berjalan mendekati reruntuhan meja dan mengeluarkan semburan api dari telapak tangannya ke arah Lanna.

"MATI KAU! MATI! AKU SUKA JIKA KAU MATI!"

Sementara murid-murid lainnya akhirnya menyingkir menghindari pertikaian. Mereka tidak ingin ikut-ikutan.

Lilly, gadis itu tertawa puas ketika api miliknya mulai membakar reruntuhan meja-meja kantin yang bentukannya sudah rusak dan patah itu. Xavier baru saja sampai setelah mendapatkan informasi dari murid kelas lain bahwa Lanna dan Lilly terlibat pertikaian. Dia melihat bagaimana Lilly yang sedang tertawa puas di hadapan kobaran api yang mulai membesar yang Xavier yakini itu adalah Lanna.

"LANNA!"

Xavier hendak menghampiri Lanna tetapi langkahnya terhenti. Memejamkan matanya, dia lupa kalau murid-murid di sekitar tidak tahu mengenai penculikan jiwa itu. Sontak saja semuanya jadi saling berbisik menatap Xavier keheranan. Mereka saling bertanya-tanya siapa Lanna yang di maksud Xavier itu.

"Maksudku Serena," ucap Xavier membenarkan. "Hei, kalian yang memiliki inti sihir air, cepat padamkan api itu!" Titahnya kepada murid di sekitar, dia juga membuka seragam blazernya untuk melindungi Lanna untuk membantu gadis itu keluar dari kobaran api.

Tetapi mereka memilih untuk mundur seraya menggelengkan kepalanya. Merasa jengkel. Dia lalu berjalan cepat menghampiri kobaran api yang di dalamnya terdapat Lanna. Perasaan khawatir tergambar jelas di wajah Xavier sekaligus merasa geram terhadap Lilly Swan. Ingin dia membalas perbuatan gadis itu tetapi dia berusaha untuk menahan diri agar tidak menyakiti perempuan. Jadinya Xavier hanya menendang salah satu meja kantin penuh emosi, mengarahkan tendangan mejanya pada Lilly dan gadis itu sontak saja menghindari meja yang langsung hancur dalam satu tendangan saja.

"Kau jangan ikut-ikutan Xavier! Aku tidak berurusan denganmu!" Teriak Lilly pada Xavier. "Kau bisa terluka, lho!" Teriaknya lagi.

Faktanya Lilly Swan itu juga sebenarnya sudah memendam perasaannya sejak lama pada anak lelaki bernama Xavier itu.

Xavier tidak mengindahkan teriakan Lilly. Dia lalu menarik lengan salah satu murid di sana, yakni Anton dari kelas lain. Murid berkacamata bulat, pendiam serta lugu yang memiliki inti sihir air kebetulan memang ada di dekatnya. Sudah begitu, para pengajar sama sekali belum ada yang datang dan kobaran api itu semakin membesar.

"Xavier aku takut! Bagaimana kalau nanti aku—" Ucap Anton.

"Tidak ada waktu untuk takut! Kau tidak lihat temanmu dari kelas lain terbakar? Bahkan semuanya sama saja. Padahal kalian semua di didik oleh para pengajar untuk menolong orang lain! Bahkan menjadi seorang penyihir sudah pasti akan bertemu dengan kematian yang datangnya tidak terduga!"

Jika sampai Lanna mati, aku akan merasa bersalah seumur hidupku, batin Xavier.

Mendengar segelintir kalimat yang di lontarkan oleh Xavier, semua murid-murid di sana yang memiliki inti sihir air akhirnya tersadar. Mereka mulai berjalan mendekat untuk membantu memadamkan kobaran api tersebut.

Di ruangan kantin yang ukurannya sangat luas itu bahkan lebih luas dari kelas mereka, Lilly berteriak kencang.

"HEI, KALIAN! JANGAN IKUT-IKUTAN, YA!"

"Dia memang Serena Lyra yang selalu bersikap sombong dan kasar tetapi walaupun begitu, dia tidak pernah mencelakai orang," ucap salah satu murid di sana.

"Seperti yang kau lakukan sekarang," timpal murid lainnya.

Murid-murid lainnya mulai mengelilingi Lilly. Sedangkan murid-murid pemilik inti sihir air itu tidak mengindahkannya. Mereka tetap berjalan mendekati kobaran api dan mengelilinginya meskipun tetap menjaga jarak dengan kobaran api tersebut.

...****************...

1
Retno Isma
jgn Hiatus ya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!