TAHAP REVISI PERBAIKAN MUNGKIN AKAN ADA BANYAK KATA YANG DI UBAH BIJAK LAH DALAM MEMBACA 🙏
Menceritakan kisah seorang gadis bernama Adinda Amaliya yang rela menggantikan kakaknya menikah karena kabur di hari pernikahan nya, karena belum mengenal calon suaminya bahkan bertemu saja tidak .
Farel Maherza Argadinata, itulah nama nya, pria yang terkenal Dingin dan Arogan, pria yang bahkan sangat membenci pernikahan, karena luka di masa lalu nya, dan karena desakan Papanya pun pria itu mau menikah, dengan gadis yang sangat mirip dengan masa lalu nya.
Apa kah Dinda sanggup menghadapi kemarahan pria itu, jika pria itu tahu kalau wanita yang akan menikah dengan nya kabur atau justru Dinda bisa merubah pria itu?
Dan bagaimana setelah kakaknya tahu jika pria yang di tinggalkannya adalah pria kaya dan sangat tampan? .
Di bumbui dengan kisah persahabatan dan konflik .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisa Kalista putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Tegas Juan
JAM ISTIRAHAT TELAH TIBA.
Seluruh siswa-siswi keluar dari kelas, Dinda mengajak kedua sahabatnya untuk ke kantin, karena merasa lapar, tadi pagi tidak jadi makan karena keributan itu. sampailah di kantin .
"Din pesen apa nih? nasi apa mi ayam apa baso?" tanya Daniel pada Dinda.
"Aku nasi aja," jawab Dinda dengan cepat.
"Tumben makan nasi? biasanya ngga?" tanya Daniel dengan heran, biasanya sahabatnya itu jarang pesan nasi .
"Aku lapar, tadi pagi belum sarapan, ngga boleh yah? Aku pesan nasi?" ucap Dinda sambil menunjukkan wajah memelasnya .
Hal itu Daniel terkekeh melihat wajah memelas Dinda yang menurutnya sangat begitu lucu di matanya.
"Boleh-boleh, nanti tubuh kurus mu malah tambah kurus lagi," Jawab Daniel masih menahan tawanya .
"Ish, kau ini mengatai Dinda kurus," ketus Citra tak terima Dinda dikatai kurus .
"Aku kan hanya becanda dih, kau mau pesan apa?" jelas Daniel sambil bertanya.
"Baso, jangan lupa sama jus jeruk nya," jawab Citra dengan wajah berbinar, sambil memperingati .
"Oke!" jawab Daniel sambil mengangkat jempol nya lalu segera masuk ke dalam .
"Sebenarnya kaki mu kenapa?" tanya Citra setelah melihat Daniel pergi . Dinda pun menceritakan semuanya, tapi hanya yang baper nya saja, Dinda tidak menceritakan tentang perilaku Farel padanya .
"Serius Din? Pangeran Modern ku juga ada di sana?" tanya Citra dengan berbinar .
"Iya dan gara-gara dia, Aku hampir saja ketahuan, Untung Aku bisa merayunya, tapi gara-gara sepatu hak tinggi, Aku terjatuh karena menahan malu dengan tatapan semua orang," jelas Dinda panjang lebar, membuat Citra terus penasaran .
"Terus-terus apa yang terjadi?" tanya Citra masih penasaran.
"Dia menggendong ku," jawab Dinda sambil senyum-senyum membayangkan dirinya di gendong semalam.
"So sweet," ucap Citra sambil memegang pipinya sendiri .
"Eheem, siapa yang kalian bicarakan? sampai senyum-senyum gitu?" Daniel yang sudah kembali langsung berdehem lalu segera duduk berhadapan dengan kedua sahabatnya .
"Pangeran Modern," jawab Citra masih senyum-senyum .
"Pangeran Modern mana lagi? yang kalian bicarakan?" tanya Daniel sambil mengangkat sebelah alisnya heran.
"Semalam Dinda di ajak ke acara kolega bisnis," jawab Citra menjelaskan, sementara Dinda hanya mengangguk saja pertanda setuju dengan ucapan Citra.
"Oh, jadi ini alasan kamu, sampai kakinya sakit karena sepatu hak tinggi? Itu karena di ajak sama Tante Yuni, ya?" ucap Daniel panjang lebar sambil mengangguk-angguk mengerti . Dinda hanya mengangguk mengiyakan apa yang Daniel katakan .
"Lalu, Pangeran mana yang kalian bicarakan? yang ada om-om Modern kali?" ucap Daniel sambil terkekeh geli membayang Om-om genit yang suka menggoda daun muda.
"Ish, kau ini mengganggu halusinasi ku saja," gerutu Citra sambil menjitak kepala Daniel, membuat Daniel memekik kesakitan.
"Ampun, ampun, udah dong, Aku hanya becanda," pinta nya dengan memohon Karena sudah merasa kesakitan, sahabatnya itu bener-bener niat sekali sampai menjitak nya berulang kali, sambil mencubit pinggangnya bak emak-emak yang sedang datang bulan, sementara Dinda hanya tertawa geli melihat tingkah kedua sahabatnya yang suka bertingkah.
"Udah Cit, ini baso nya ke buru dingin, ngga enak loh," ucap Dinda menunjuk ke arah mangkuk yang tadi Daniel letakkan, membuat Citra menghentikan tingkah nya.
"Oh iya, Aku sampai lupa," jawab Citra langsung duduk kembali .
"Daniel, mana makanan ku?" tanya Dinda pada sahabat nya itu karena merasa sudah sangat lapar tapi justru makanan nya belum kunjung datang.
"Kau nanti, akan di antarkan," jawab Daniel yang sedang merapikan penampilan nya yang sedikit berantakan.
Tak beberapa lama kemudian, makanan pun tiba, mereka bertiga pun makan sambil bercengkrama tanpa memperdulikan murid-murid yang lainnya yang melihat ketiga nya dengan tidak suka .
Sementara Juan yang janjian ingin berbicara dengan Angel di atap gedung, segera bergegas menuju atap gedung, rupanya Angel sudah lebih dulu tiba .
"Kau sudah datang?" tanya nya saat melihat Angel sudah berdiri di sana .
"Juan, Aku merindukan mu," ucap Angel hendak memeluk Juan namun Juan segera menepis tangan Angel .
"Aku kecewa sama kamu El, Aku tidak menyangka dengan mu? kalo Aku pernah menyukai perempuan jahat seperti mu!" ucap Juan dengan meluapkan emosi nya .
"Apa maksud mu? Aku tidak mengerti?" tanya Angel berpura-pura tidak mengerti .
"Apa perlu? Aku menjelaskan nya?" tanya Juan dengan menatap tajam Angel .
"Cepat, katakan?" ucap Angel yang masih pura-pura tidak mengerti .
"Kau melibatkan Dinda dalam masalah kita, dan kau dan dua teman mu itu menganiaya Dinda!" hardik nya dengan meluapkan emosi nya.
"Kau tahu? Tindakan mu bisa di saja di pidana karena sudah menganiaya, Dinda dengan tidak senonoh," lanjut nya lagi sambil geleng-geleng kepala menatap wanita di hadapannya itu dengan penuh kebencian.
Angel yang mendengar penuturan itu langsung membulat kan matanya sempurna dia masih syok dengan apa yang di katakan Pemuda di hadapannya itu.
"Aku bisa jelasin, pasti gadis kampung itu telah menuduh ku," kilahnya sambil memegang tangan Juan berusaha untuk menutupi kegugupannya.
"Tidak ada yang perlu di jelaskan lagi, Aku melihat nya sendiri dengan mata kepala ku!" Ucap Juan dengan nada meninggi menatap Angel dengan jengah.
"Sekali lagi, kau melibatkan dia, atau menuduhnya yang tidak-tidak, Aku akan lebih membenci mu, dan ingat hubungan kita sudah berakhir!" lanjut nya lagi dengan penuh penekanan .
"Juan Putra Prayoga, Aku hanya tidak ingin putus dengan mu, dan Aku tidak rela jika kau dekat dengan siapa pun, termasuk gadis kampung itu!" ucap Angel dengan meninggi membuat Juan geram .
"Ingat Angel, cinta tidak bisa di paksakan semakin kau memaksakan, semakin aku membenci mu!" jawab Juan sambil melenggang pergi tanpa memperdulikan teriakan Angel .
"Sialan!" umpat Angel dengan kesal . lalu kedua sahabatnya segera, bergegas menghampiri Angel .
"Ada apa?" tanya keduanya dengan penasaran.
"Dia adalah orang yang kemarin datang," jelas Angel pada kedua sahabatnya .
"Maksudnya? suara langkah kaki itu, suara kaki Juan?" ucap keduanya bersamaan, membuat Angel mengangguk mengiyakan .
"Lalu apa yang harus kita lakukan? apa kita harus
menyerah?" tanya kedua nya dengan bingung .
"Aku juga tidak tahu, haaaah" teriak Angel dengan frustasi sambil mengacak rambutnya.
Sementara Juan yang melihat Dinda sedang bersama kedua sahabatnya langsung menghampiri .
"Boleh aku gabung?" tanya Juan kepada semua nya, Dinda hanya diam, sementara Daniel menatap tidak suka, berbeda dengan Citra menatap tak berkedip .
"Boleh, silahkan," ucap Citra sambil tersenyum kepada Juan, lalu menyuruh Juan duduk di kursi yang kosong. Daniel yang merasa kesal langsung menginjak kaki Citra.
"Aaaaaw!" pekik Citra saat merasa kakinya di injak . Langsung Daniel berbisik di telinga Citra.
"Apa yang kau lakukan? membiarkan dia bergabung," protes Daniel sambil berbisik di telinga Citra .
"Terus kenapa? kau menginjak kaki ku?" jawab Citra dengan kesal tanpa sedikitpun menjawab protesan sahabatnya itu.
"Abis kau selalu terpesona, sampai tidak sadar, Aku hanya menyadarkan mu saja," jelas Daniel panjang lebar .
"Kalian kenapa bisik-bisik begitu? membuat ku tersisihkan tahu?" ujar Dinda sambil mencebikan bibirnya kesal, karena merasa kedua nya melupakan diri nya.
"Ini si Daniel nyebelin," tunjuk Citra menyalahkan Daniel, sementara Juan hanya melihat interaksi ke tiga nya, sambil sesekali melirik ke arah Dinda .
"Din, kaki mu kenapa?" tanya Juan membuka obrolan saat melihat kaki Dinda yang tak memakai sepatu .
"Semalam kesandung, gara-gara sepatu hak tinggi," Jawab Dinda dengan santai, Juan hanya mengangguk saja merasa bingung harus bertanya apa lagi.
SEMENTARA DI SEBUAH PERUSAHAAN
Farel sedang duduk menatap layar laptop nya, hari ini pria itu terus saja marah-marah, membuat Devit kelimpungan dengan kemarahan Tuanya .
"Devit, apa saja jadwal ku hari ini?" tanya nya melihat Devit berjalan mendekat .
Devit menjelaskan, apa saja yang harus di lakukan Farel hari ini .
"Baik kau boleh keluar, Oya, kau sudah mengurus wanita itu?" tanya nya masih fokus pada laptop nya .
"Sudah Tuan dia sudah Saya pecat dengan tidak hormat. untuk apa? memberikan kesempatan pada perempuan yang sudah berkhianat dan satu hal lagi, dia dan keluarganya juga sudah pindah dari kota ini," jelas Devit panjang lebar dengan tersenyum tipis.
"Bagus kau boleh keluar!" jawab Farel menyuruh Asistennya untuk keluar karena merasa sangat begitu puas mendengar jawaban Devit.
SEMENTARA DISISI LAIN
Amanda terus saja kesal dengan papa nya, apa lagi Papa nya itu, terus saja marah-marah dan menyerahkan banyak pekerjaan padanya. Amanda di kantor memang tidak di kenal dengan anak pemilik perusahaan, tapi di kenal dengan nama nya sendiri, dan di sini lah wanita itu berada. wanita itu terus saja menghentakkan kakinya kesal karena harus mengurus proyek pembangunan hotel yang menurut nya sangat panas, dan melelahkan, lagi-lagi Amanda terus menghentakkan kakinya, sambil sesekali membenarkan kaca mata hitam nya. Apa lagi high heels yang di pakai cukup tinggi membuat kakinya pegal .
"Om, apa aku bisa istirahat sebentar?" tanyanya dengan berkata manja di depan Asisten Papa nya itu .
"Sebentar lagi Nona," jawab Haris dengan datar .
"Om Haris, sama-sama menyebalkan, kaya ka Devit!" gerutu Amanda sambil cemberut . Haris adalah Ayah dari Devit Asisten Farel, ayah dan anak itu sama-sama setia bekerja di keluarga tersebut .
****
Setelah selesai makan, Dinda segera masuk ke kelas nya, tanpa sedikitpun berbicara dengan Juan, hanya Citra lah yang terus banyak bicara,hal itu membuat Juan sedikit merasa tidak nyaman dengan perlakuan Citra, apa lagi gadis itu terus melihat nya tanpa berkedip .
Setelah beberapa saat kemudian jam pelajaran sudah kembali di mulai, hingga saat nya jam pulang sudah tiba, mereka bertiga pun berjalan beriringan .
"Din, pulang naik apa?" tanya Daniel pada Dinda.
"Angkot, biasa," jawab Dinda dengan jujur .
"Biar aku antar pulang," tawar Daniel.
"Ngga perlu," jawab Dinda mencoba menolak halus .
"Tapi kaki mu sedang sakit? Aku takut kau kenapa-napa," ucap Daniel dengan khawatir .
"Apa aku antar?" tawar Citra ikut khawatir.
"Kalian tidak perlu nganterin, Aku pulang sendiri saja, oke," ucap Dinda sambil memberikan dua jempol pada kedua sahabatnya .
"Dinda, bikin kami khawatir tahu," celoteh Citra sambil memeluk sahabatnya itu.
"kenapa khawatir?" tanya Dinda dengan heran .
"Sudah sana hati-hati ya," perintah Citra tanpa sedikitpun ingin menjelaskan, lalu menyuruh sahabatnya masuk ke dalam angkot.
Dinda pun melambaikan tangan nya kepada kedua sahabatnya, meskipun keduanya merasa tidak tega tapi juga tidak ingin memaksa.
BERSAMBUNG