Karin, seorang editor buku yang sibuk, terbangun dalam tubuh Lady Seraphina Ashbourne, seorang karakter antagonis dalam novel percintaan terkenal yang baru saja ia revisi. Dalam cerita asli, Seraphina adalah wanita sombong yang berakhir tragis setelah mencoba merebut perhatian Pangeran Leon dari tokoh utama, Lady Elara.
Berbekal pengetahuannya tentang plot novel, Karin bertekad menghindari takdir suram Seraphina dengan mengubah cara hidupnya. Ia menjauh dari istana, memutuskan untuk tinggal di pinggiran wilayah Ashbourne, dan mencoba menjalani kehidupan sederhana. Namun, perubahan sikapnya justru menarik perhatian banyak pihak:
Pangeran Leon, yang mulai meragukan perasaannya pada Elara, tiba-tiba tertarik dengan sisi "baru" Seraphina.
Duke Cedric Ravenshade, musuh terbesar keluarga Seraphina, yang curiga terhadap perubahan sifatnya, mendekatinya untuk menyelidiki.
Sementara itu, Lady Elara merasa posisinya terancam dan memulai rencana untuk menjatuhkan Seraphina sebelum hal-hal di
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
Bab 3: Pertemuan yang Tidak Terduga
Karin membuka pintu dan berdiri di hadapan Pangeran Leon. Malam itu terasa berbeda. Ada sesuatu yang aneh dalam cara Pangeran Leon memandangnya—sebuah ketegangan yang tidak ia harapkan. Mata abu-abu muda Pangeran Leon yang biasa cerah kini terlihat lebih gelap, penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab.
"Lady Seraphina," katanya, suara sedikit lebih berat dari biasanya. "Aku berharap aku tidak mengganggu waktu tidurmu."
Karin merasa seolah dunia terhenti sejenak. Ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan, tetapi ia tidak bisa menolak undangan itu. Ia mengangguk perlahan, membuka pintu sedikit lebih lebar.
"Tidak apa-apa, Yang Mulia. Masuklah." Suaranya terdengar lebih tenang daripada yang ia rasakan.
Pangeran Leon melangkah masuk, menatap sekeliling ruangan dengan mata yang tajam, seolah menilai setiap inci kamar yang tidak terlalu besar itu. Meskipun wajahnya tenang, ada kecemasan yang terpendam di dalam tatapannya. Karin menutup pintu dengan hati-hati dan kembali ke tempat tidurnya, duduk di tepi dengan postur hati-hati.
"Ada apa, Yang Mulia?" Karin bertanya, berusaha mempertahankan nada suaranya yang ramah dan tidak terkesan waspada.
Pangeran Leon menarik napas dalam-dalam dan duduk di kursi yang ada di seberang ranjangnya. "Aku ingin berbicara tentang pesta semalam."
Karin mengerutkan kening, mencoba membaca ekspresi Pangeran Leon. Ia tidak bisa menebak apakah ini pertanda baik atau buruk. "Apa yang ingin Anda bicarakan?"
Pangeran Leon menatapnya dengan intensitas yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. "Kenapa kau menghindariku? Aku pikir kita bisa lebih dekat, tapi kau sepertinya menghindari setiap kesempatan."
Karin terkejut mendengar kata-kata itu. Tidak pernah dalam imajinasinya ia berpikir bahwa Pangeran Leon akan memperhatikan sikapnya begitu dalam. Namun, ia tidak bisa menanggapi langsung. Ia memutuskan untuk berpikir lebih jauh sebelum memberikan jawaban.
"Yang Mulia, aku rasa ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini. Mungkin aku tidak cukup memahami posisi kita di sini," jawab Karin dengan hati-hati.
Pangeran Leon menundukkan kepala sejenak, seperti sedang berpikir. "Aku rasa aku juga tidak mengerti semuanya, tapi aku merasa ada sesuatu yang lebih dalam yang harus kita hadapi. Tidak hanya soal pernikahan atau politik, tapi lebih kepada... kita sebagai individu."
Karin terdiam, terkejut mendengar kedalaman pernyataan Pangeran Leon. Namun, ia tahu ia harus tetap waspada. Takdir Seraphina jelas tidak akan semudah ini—terutama jika Pangeran Leon mulai tertarik lebih dari sekadar permainan politik.
"Kau tidak perlu khawatir tentang itu, Yang Mulia," jawab Karin akhirnya. "Aku tidak mencari kedekatan yang lebih dalam. Aku hanya ingin menjalani hidupku dengan damai, jauh dari intrik yang ada."
Namun, kata-katanya tampaknya tidak cukup meyakinkan. Pangeran Leon menatapnya tajam, seolah mencari sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katanya. "Kau tahu, Lady Seraphina, tidak semua yang terjadi di istana bisa dihindari begitu saja."
Karin merasakan tekanan semakin meningkat. Ia bisa melihat ketegangan di mata Pangeran Leon, tetapi juga menyadari bahwa ia sedang berada di tengah-tengah permainan yang lebih besar daripada dirinya. Jika ia tidak berhati-hati, ia bisa menjadi pion dalam politik kerajaan yang rumit ini.
Pangeran Leon berdiri dan mendekat ke jendela, menatap keluar dengan pandangan kosong. "Ada banyak hal yang ingin aku ketahui tentangmu, Lady Seraphina. Mungkin kita bisa melakukannya dengan cara yang lebih baik daripada sekadar berbicara di sini."
Karin merasa takjub sekaligus waspada. "Apa yang Anda maksud, Yang Mulia?"
Pangeran Leon menoleh, matanya kini penuh dengan rasa ingin tahu. "Aku akan memastikan kita bisa saling memahami lebih baik. Mungkin ini hanya awal dari sesuatu yang lebih besar. Tetapi aku perlu tahu—apakah kamu juga tertarik untuk mengubah jalan takdir ini?"
Karin merasa sebuah kegelisahan merayapi tubuhnya. “Apa yang Anda katakan ini... apa maksudnya?”
Pangeran Leon tersenyum tipis, hampir seperti sebuah tantangan. "Kita akan melihat. Tetapi ingat, Lady Seraphina—jalan yang kau pilih akan membawa dampak besar bagi kita semua."
Dengan itu, Pangeran Leon meninggalkan kamar Karin tanpa kata lebih lanjut, meninggalkan wanita muda itu dalam kebingungannya.
---
Setelah Pangeran Leon pergi, Karin kembali ke tempat tidurnya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Ternyata, permainan ini tidak sesederhana yang ia kira. Pangeran Leon tidak hanya tertarik pada dirinya karena politik; ada ketertarikan pribadi yang jauh lebih mendalam yang mulai tumbuh, dan itu mungkin akan mempengaruhi semua orang di sekitarnya.
Namun, seiring malam semakin larut, Karin merasa sesuatu yang lebih gelap sedang menghampiri. Apakah pertemuan ini hanya kebetulan? Atau Pangeran Leon sedang memainkan peran dalam sebuah rencana yang lebih besar, yang ia belum sepenuhnya pahami?
Karin tahu satu hal—ia harus berhati-hati. Takdir Seraphina masih bisa diubah, tetapi dengan setiap langkah, ia semakin mendekat ke jurang yang tidak bisa ia hindari.
Karin terbaring di tempat tidur setelah Pangeran Leon pergi, pikirannya kacau balau. Kata-kata yang diucapkan Pangeran Leon terus berputar di kepala, seperti gema yang tidak bisa dihentikan. "Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu." Itu adalah kalimat yang sangat berbahaya, penuh arti yang tersembunyi, dan membuatnya berpikir: Apa sebenarnya yang dia inginkan dariku?
Namun, ada sesuatu yang lebih mengganggu pikirannya. Surat yang diterimanya semalam. "Pengkhianatan akan selalu dihukum." Kalimat itu mulai membuatnya merasa semakin terperangkap. Pangeran Leon, Duke Cedric, Lady Elara—semuanya seolah bagian dari puzzle yang lebih besar, dan ia tidak tahu apakah ia bisa keluar tanpa hancur.
Setelah beberapa saat berbaring dengan mata terbuka, Karin bangkit dan memutuskan untuk keluar ke taman untuk mendapatkan udara segar. Meskipun malam semakin larut, taman istana selalu terasa menenangkan.
Namun, saat ia berjalan melalui lorong menuju taman, langkahnya berhenti ketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Tanpa memberi kesempatan untuk bergerak lebih jauh, sebuah suara rendah memanggil namanya.
"Lady Seraphina."
Karin menoleh dan melihat Duke Cedric Ravenshade yang berdiri di ujung lorong, mata tajamnya memandang langsung ke matanya. Seperti biasa, ekspresi Duke Cedric sangat terkendali, tetapi ada kilatan yang tidak bisa ia sembunyikan.
"Duke Cedric," jawab Karin, mencoba mempertahankan wajah tenang meski hatinya berdebar. "Apa yang membawamu ke sini?"
Duke Cedric mendekat dengan langkah tenang, namun aura kaku dan penuh perhitungan menyelubungi dirinya. "Aku mendengar banyak hal tentangmu, Lady Seraphina."
Karin menahan diri untuk tidak merespons langsung. Pangeran Leon sudah menyebutkan hal yang sama, dan sekarang Duke Cedric juga ikut terlibat. Ini mulai terasa seperti permainan yang sangat berbahaya.
"Apa yang kamu dengar tentangku?" Karin mencoba terdengar tidak terkesan.
Duke Cedric tersenyum tipis. "Kau tidak perlu khawatir. Aku hanya ingin memastikan bahwa kita berada di pihak yang sama."
Karin mengerutkan kening, merasa ada maksud tersembunyi di balik kata-kata itu. "Pihak yang sama?"
Cedric mengangguk perlahan. "Ya. Keluarga kita, Ashbourne dan Ravenshade, memiliki banyak hubungan, meskipun kita tidak selalu bersatu. Namun, saat ini, kau sedang berada di pusat perhatian banyak pihak. Semua orang sedang mengamati gerak-gerikmu, termasuk Pangeran Leon."
Karin merasa sedikit cemas mendengar kata-kata itu, tetapi ia mencoba untuk tidak menunjukkan kegugupannya. "Aku hanya mencoba menjaga jarak dari semua intrik ini."
Duke Cedric mengangkat alis, terlihat tertarik dengan jawaban Karin. "Tentu saja, itu yang ingin kau percayai. Tapi, Lady Seraphina, dunia ini tidak begitu mudah untuk dihindari, dan kau tidak bisa memilih untuk tetap berada di luar semua permainan ini."
Karin menatapnya tajam. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku, Duke Cedric?"
Duke Cedric tersenyum tipis, sebuah senyuman yang penuh dengan rahasia. "Hanya waktu yang akan menunjukkan. Namun, satu hal yang harus kau ingat—perjalanan ini bukan hanya tentang takdirmu, tetapi tentang keluarga kita. Keputusanmu akan memengaruhi lebih banyak hal daripada yang bisa kau bayangkan."
Karin merasa semakin terperangkap, namun tidak bisa menunjukkan rasa takutnya. "Aku tidak akan mudah dipengaruhi, Duke Cedric."
Duke Cedric menatapnya dengan penuh perhatian, seolah menilai setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Tentu. Tapi apakah kau tahu bahwa keputusan yang salah bisa membuatmu jatuh lebih cepat daripada yang kau kira?"
Tanpa berkata apa-apa lagi, Duke Cedric berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Karin dalam kebingungannya.
---
Setibanya di taman, Karin merasakan udara segar yang semestinya menenangkan, namun sebaliknya, ia semakin merasa tertekan. Suramnya keadaan politik, ancaman yang terus mengintainya, dan perhatian dari orang-orang berkuasa di sekitarnya membuatnya sulit untuk bernapas. Namun, ia tahu satu hal: Jika ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, maka ia akan menjadi korban dari permainan ini.
Saat itu, Maria mendekat dengan langkah tergesa-gesa. "Lady Seraphina, ada yang mencari Anda. Mereka mengatakan ini sangat penting."
Karin menoleh, dan kali ini, yang muncul bukanlah seorang pelayan atau bangsawan biasa. Pangeran Leon.
"Aku tidak bisa tenang, Lady Seraphina," kata Pangeran Leon dengan nada rendah. "Ada sesuatu yang terjadi yang harus kita bicarakan."
Karin merasakan ketegangan yang semakin meningkat. "Apa yang terjadi, Yang Mulia?"
Pangeran Leon menarik napas dalam-dalam. "Seseorang mencoba untuk memanipulasi situasi ini—dan aku rasa kita berdua sedang menjadi bagian dari permainan mereka. Aku ingin mengungkapkan lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi."
Karin merasa tubuhnya kaku, tetapi tidak ada pilihan lain selain mendengarkan. Mereka berada di titik yang sangat berbahaya, dan ini adalah jalan yang harus dilalui—meskipun ia tidak tahu kemana ujungnya.