Rate. 21+ 🔥
Darren Alviansyah, anak konglomerat yang terkenal dengan sifatnya yang sombong dan juga hidupnya ingin selalu bebas, serta tidak mau di atur oleh siapapun. Darren juga tidak mau terikat dengan yang namanya wanita, apalagi pernikahan.
Setiap harinya Darren selalu menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang dan akan selalu pulang dalam keadaan mabuk, membuat kedua orang tuanya kesal. Darren juga tidak bisa memimpin perusahaan Papinya dan hal itu semakin membuat orang tuanya murka. Pada akhirnya orang tuanya mengirimkannya ke kampung halaman supir pribadinya.
Dira Auliyana, gadis yang sederhana juga mandiri. Dia di tugaskan untuk merubah sifat sombongnya Darren, hingga dirinya harus terjebak pernikahan dengan Darren.
Mampukah Dira menaklukkan sifat Darren yang selalu membuatnya kesal dan pernikahan seperti apa yang mereka jalani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih mencintai kamu
Darren sudah menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Pak Riswan tersenyum puas dengan hasil kerja Darren yang ternyata sangat pintar mengotak-atik mesin mobil.
Pemilik mobil pun sudah datang, dan kini sudah berdiri tepat di samping mobilnya.
"Ini kunci mobilnya, Bu." ucap kang Gana memberikan kunci mobilnya kepada pemilik mobil yang ternyata seorang janda berusia tiga puluh delapan tahun yang memiliki body yang aduhai dengan bukit kembarnya yang sangat montok.
"Berapa semuanya, akang...." ucapnya dengan nada centil.
"Untuk total keseluruhannya langsung tanyakan langsung ke kasir, Bu." Kang Gana menunjuk ke arah kasir.
"Oke...." ucapnya centil.
Kang Gana geleng kepala melihat si janda montok nan seksi.
"Eleh-eleh... si ibu, membuat si Imin jadi bergejolak minta di keluarin," gumam kang Gana melihat bokongnya si janda.
Si janda itu pun berjalan lenggak-lenggok ke arah kasir.
"Permisi, saya mau bayar biaya servis mobil saya yang berwarna merah itu." Tunjuknya ke arah mobilnya.
"Oh, sebentar ya Bu."
Darren keluar dari dapur dan membawa secangkir kopi yang masih mengepul. Si janda centil nan nyentrik itu terperangah melihat ketampanan Darren yang begitu menggoda imannya.
"Wow! ternyata ada akang bule ganteng di sini," cetusnya tanpa berkedip memandangi keindahan ciptaan Tuhan.
"Total yang harus ibu bayar tiga juta rupiah."
Si janda tak menjawab tapi yang ada si janda malah menghampiri Darren yang kini tengah duduk di kursi kecil sembari meminum kopi.
"Seger... mata jadi melek lagi, nggak kayak tadi, mata gue sepet banget," monolog Darren seraya menghisap sebatang rokok.
"Hai, akang guanteng," ucap si janda dengan nada seksinya.
Darren menengok dan menautkan kedua alisnya, melihat si janda montok nan seksi. Si janda kini mengedipkan sebelah matanya kepada Darren dengan gaya centilnya, membuat Darren heran dengan kelakuan wanita di hadapannya itu.
"Boleh kenalan, akang guanteng dan co'ol gituh," ucapnya seraya mengulurkan tangannya.
Darren diam dan menatap tangan wanita itu yang menggantung di udara, menanti uluran tangannya. Darren akhirnya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan wanita itu.
"Perkenalkan nama neng Brendalina Sugeng Sri Astuti si janda cantik nan seksi di kampung ini, tapi panggil saja saya neng Bre. Biar lebih akrab gitu." Brendalina tertawa kecil sembari menutup mulutnya dengan gaya alay.
"Kalau boleh tahu, nama akang syiapa....." lanjut Brendalina.
"Nama gue Darren."
"Uh... lalah, nama yang cuakep seperti orangnya." Tangan Brendalina mencolek dagu Darren, setelah itu tertawa kecil sembari menutup mulutnya.
Entah kenapa Darren melihat gerak tubuh Brendalina membuatnya merasa geli. Darren tersenyum kikuk menanggapi ocehan Brendalina.
"Kalau gitu saya permisi dulu akang, pasti kita akan sering-sering bertemu setelah ini," ucapnya dengan nada sok manja seperti Syahrini.
"Iya...." jawab Darren.
Brendalina pun pergi dari hadapan Darren, dan berjalan lenggak-lenggok ke arah kasir. Darren geleng kepala melihat Brendalina yang berjalan seperti itu.
"Ada manusia seperti itu," ucap Darren sembari mengepulkan asap rokoknya.
Setelah istirahat sejenak, Darren melanjutkan lagi pekerjaannya, hingga tak terasa waktu sudah sore hari. Darren pun menghentikan pekerjaannya dan bersiap pulang ke rumah.
"Pak, saya pulang dulu ya," pamit Darren kepada pak Riswan seraya mengangkat satu tangannya ke udara.
"Oke...." balasnya mengacungkan jempolnya.
Darren pun pulang membawa hasil bonus kerjanya hari ini, karena pak Riswan sangat puas dengan hasil kerja Darren yang memang jago di dunia otomotif. Dengan senyum terus mengembang di bibirnya, Darren melangkah ringan dan ingin segera memberikan hasil kerjanya kepada Dira.
Dari jauh Darren melihat Dira tengah berbicara dengan mantan pacarnya. Darren pun mempercepat langkah kakinya mendekati Dira yang tengah bersitegang dengan Andi.
"Kenapa sih kamu keras kepala?" ketus Dira kepada Andi.
"Ayolah Dira. Aku cuma ingin kita bersama lagi seperti dulu dan kita bisa menjalin kasih secara sembunyi-sembunyi."
Dira mendengus. Dira sudah tidak tahu lagi gimana caranya menasehati Andi, bahkan sekarang Andi semakin ngotot ingin tetap bersamanya.
Tiba-tiba Andi memeluk Dira, dan Dira terkejut Andi menariknya ke dalam pelukannya dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Andi.
"Aku mohon jangan tinggalkan aku. Dira, aku masih sangat mencintai kamu bahkan rasa cinta ini semakin tumbuh besar," ucap Andi penuh harap.
"Tapi kak, aku sudah menikah dan kakak harus tau itu."
"Aku nggak peduli dengan status kamu, yang jelas aku sangat mencintaimu kamu."
"Kak, tolong lepaskan aku," pinta Dira.
"Nggak akan aku lepaskan sayang."
Andi semakin erat memeluk Dira dan kini Andi mulai berani mencium puncak kepala Dira. Sedangkan Dira berusia melepaskan diri dari pelukan Andi yang semakin mempererat pelukannya.
"Kak, aku mohon lepaskan aku."
"Aku nggak mau."
Darren yang sudah tiba di belakang tubuh Andi, langsung menepuk pundak Andi.
"Hai, bung!"
Andi pun langsung melepaskan Dira karena mendengar suara Darren dan memutarkan badannya menghadap Darren.
Bugh
Belum sempat menghindar, Darren sudah melayangkan satu pukulan telak dari Darren untuk Andi, yang sudah berani memeluk Dira.