Kesalahan satu malam yang di lakukan Adam Zakarya terhadap Mawar Putri Maulida, seorang gadis yang termasuk sekretarisnya sendiri membuat Adam terpaksa harus tanggung jawab.
Pernikahan keduanya di penuhi kebahagiaan walaupun awalnya tanpa ada rasa Cinta. Namun siapa sangka, Sebuah badai cobaan datang. Fitnah seseorang membuat terjadinya kesalahpahaman. Mawar memilih pergi karena Adam meragukan anak yang Mawar kandung.
Tak lama semuanya terbongkar, Penyesalan itu datang disaat Mawar sudah pergi entah kemana. Akankah keduanya kembali di pertemukan?
••••••
" Aku memang tidak dapat mengembalikan apa yang dulu telah aku ambil paksa darimu Mawar. Aku juga tidak dapat menarik rasa sakit yang telah aku torehkan padamu selama ini. Tapi aku mohon, Izinkan satu kesempatan lagi untuk aku membahagiakan mu.. Dari sekarang, Nanti dan selamanya " Adam Zakarya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah Kewajibanku
"Apa Kau masih takut?" Mawar diam tak menjawab.
"Apa Kau masih trauma?
Mawar masih diam, Sejenak wanita itu berpikir. Jika di tanya masih takut atau tidak, Mawar memang masih takut. Karena masih Mawar ingat bagaimana sakitnya malam itu. Bahkan Ia tidak dapat menghentikan rasa sakitnya.
Namun jika di tanya trauma? Entahlah. Mawar bingung mau menjawab apa. Mawar belum bisa mendeskripsikan hal tersebut. Tapi kembali ke awal, Adam adalah suaminya sekarang. Pria itu juga tak sengaja melakukannya andai Adam tidak meminum minuman tersebut.
"Mawar..Aku tahu kau masih takut kepadaku..Maaf untuk yang malam itu. Andai kau takut karena kejadian malam itu, Maka izinkan aku untuk membuatmu kembali berani. Andai kamu trauma karena kejadian itu, Maka izinkan aku untuk untuk menyembuhkan nya kau mau?" Mawar Mengerjab pelan. Matanya menatap dalam iris hitam Adam yang memang seteduh itu. Entah menggunakan sihir apa, Tapi yang jelas Mawar mengangguk.
Lagipula punya alasan apa dia? Adam telah bertanggung jawab, Kurang apalagi? Terlebih sekarang Adam adalah suaminya bukankah sebagai seorang istri Mawar harus selalu melakukan kewajibannya? Salah satunya adalah nafkah batin.
"Mungkin aku memang masih takut mas..Tapi aku tidak trauma. Dan aku tidak mau terus-terusan punya rasa takut. Lalu bagaimana jika seterusnya aku merasa takut? Aku yakin aku bisa melawannya mas.. Untuk masalah malam itu, Mas tidak perlu merasa bersalah. Semua tidak di sengaja, Dan untuk itu juga, Semua adalah kewajiban ku sebagai istri mas.. Mas berhak terhadapku.. Berhak terhadap tubuhku. Lakukanlah mas..
Sesuai dengan perintah, Adam tersenyum senang dengan semangat yang membara. Sementara Mawar telah mempersiapkan diri untuk itu. Wanita itu memejamkan matanya, Jika tadi hanya sebuah harapan palsu. Kini tidak lagi, Adam benar-benar mencum-bu bibir merah alami sang istri.
Keduanya sama-sama polos dalam hal ini. Adam yang memang enggan menjalin hubungan kecuali dengan istrinya nanti di satukan dengan Mawar yang anti lelaki.
Sangat cocok dan tak salah sama sekali. Namun anehnya sepolos apapun mereka yang namanya sudah sama-sama dewasa tentu saja mengikuti naluri. Adam yang awalnya hanya bermain seorang diri kini mendapatkan balasan.
Tentu saja Mawar belajar ikut mengimbangi. Ciu-man panas itu semakin lama semakin menjadi. Entah bagaimana caranya tanpa terasa Adam mulai melucuti satu persatu pakaian istrinya.
"Eeuuugghh!! Eeeemmhh..."Mawar menggigit bibir bawahnya ketika sesuatu mirip sebuah gigitan mendarat di dada dan lehernya. Rasa sakit dan rasa nik-mat menjadi satu dan itu sangat enak.
Cupu tapi suhu mungkin itulah julukan yang cocok untuk seorang Adam Zakarya. Pria yang terlihat tak berbau wanita sama sekali itu ternyata sangat ahli. Mawar perlahan juga lelah sejak tadi mengimbanginya. Namun walaupun dengan begitu, Semua tak bisa di tampik bahwa sebenarnya Mawar sangat menik-matinya.
Apabila di malam itu Adam sangat kasar dan beringas. Tidak untuk malam ini, Adam dengan hati-hati dan sangat lembut memompa Mawar yang kini berada di bawahnya.
Rasanya masih sakit tapi Mawar seolah ketagihan. Tatapan keduanya menyiratkan bahwa sama-sama masih ingin. Untuk itu, Adam tak punya niat menyudahinya. Pria itu masih setia berada di atas tubuh sang istri.
"Aaaaagggrrr...
Mawar sempat tegang ketika sebuah cairan panas itu masuk ke rahimnya. Nafasnya masih tak beraturan karena rasa lelah yang mendominasi. Terlebih sang suami yang kini telah menimpa tubuhnya, Sebuah Nafas hangat begitu terasa di ceruk lehernya.
"Mas..Kamu bangun gih.. berat tauk.."Bukan tak ingin sang suami lebih lama hanya saja Mawar tidak bisa bernafas mungkin karena tubuh sang suami.
Tak butuh waktu yang lama, Adam akhirnya berguling ke samping. Adam tersenyum tipis, Mawar memejamkan mata namun nafasnya masih ngos-ngosan. Tanpa bicara lagi, Pria dua puluh delapan tahun itu menarik selimut hingga sampai dada.
"Tidurlah sayang..Maaf udah buat kamu lelah.."Mata itu perlahan terbuka, Mawar tersenyum dan kembali memejamkan matanya. Adam pun ikut memejamkan mata menyusul sang istri ke alam mimpi.
.
.
.
Pagi menjelang, Adam mulai mengerjabkan matanya sebelum mata itu terbuka sepenuhnya. Sebuah sinar mentari terasa silau, Menyadari bahwa hari sudah pagi. Adam bangun secara perlahan walaupun nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.
"Apakah Mawar sudah bangun?"Tanya nya pada diri sendiri. Tak ada sosok sang istri di sampingnya sudah jelas Adam mengira bahwa wanita nya itu telah terbangun.
Adam beranjak, Pria itu memakai pakaiannya yang semalam. Usai berpakaian, Bukan ke kamar mandi melainkan keluar dari kamar bertujuan untuk mengecek keberadaan sang istri.
Dan benar saja, Mawar tengah berada di dapur seorang diri. Tentu saja wanita itu tengah memasak untuk sarapan pagi. Adam melangkah kan kakinya untuk mendekat.
Seketika sebuah senyum terbit dari bibir pria itu, Rambut basah Mawar membuatnya bangga. Adegan semalam sangar sulit untuk di lupakan. Dan sangat sayang jika harus di buang. Bagi Adam, Adegan semalam adalah momen yang sangat indah yang mungkin Adam sendiri pun enggan untuk melupakan dan akan selalu mengingatnya.
"Lagi apa sayang.."Mawar yang tengah membuat sarapan itu di kagetkan oleh sebuah tangan yang tiba-tiba melingkar di perutnya.
"Mas.. Kamu sudah bangun?" Adam tak menjawab, Pria itu sibuk mengendus-endus ceruk leher Mawar membuat wanita itu merasa kegelian.
"Mas..Udah ah, Mandi aja dulu sana.. Setelah ini kita harus bersiap biar gak terlambat ke kantornya.."Pelukan itu terlepas, Adam cemberut. Mawar mematikan kompor nya kemudian berbalik badan.
"Jangan ngambek gitu dong..
"Maunya aku mandi bareng.."Goda Adam sembari mengedipkan sebelah matanya.. Mawar memalingkan wajah merasa tersipu.
"Aku udah mandi tadi, Ini buktinya.." Mawar memegang rambutnya memperlihatkan bahwa ia memang sudah mandi.
"Ah iya..Sudah mandi ternyata..Tapi aku mau mandi bareng sayang..Mau?" Mawar menggelengkan kepalanya.
"Bibi lagi libur, Kalau aku mandi bareng kamu yang ada urusan dapur gak selesai-selesai..
"Bibi memang sudah izin gak masuk hari ini. Tapi kenapa kamu harus masak sayang.. kan kita bisa makan di luar?
"Makan di luar itu pemborosan namanya.. Aku udah pernah ngerasain hidup susah. Makanya harus hemat-hemat..Bukankah kamu dulu juga pernah ngerasain juga pas masih sekolah.."Adam terdiam, Ucapan sang istri memang benar. Tapi ada yang aneh, Dari mana Mawar tahu tentang masa lalunya?Bukankah selama menikah ini Adam belum pernah menceritakan tentang kehidupannya sebelum jadi seperti sekarang?
"Sayang..Kau tahu darimana masa laluku?
"Masa lalu?
"Iya tentang yang tadi kau..
"ihat? Sudah jam berapa ini..mending sekarang mas mandi buruan.."Adam masih berkelit tapi dengan paksaan Mawar mendorong sang suami agar segera pergi untuk membersihkan diri.
"Maafkan aku mas..Aku belum siap memberitahukan yang sebenarnya.. Nanti saat kamu mulai sangat mencintaiku aku janji akan mengakui bahwa akulah gadis pemberi lolipop itu..
.
.
.
Tbc
msh bnyk laki2 yg baik g bodoh bin bego ky arkan. tar klo udh tau kebusukan si uler kejang-kejang. trs nyesel minta maaf sm Mia dn Mia pun luluh krn cinta udh biasa ky gitu
lain kali cari bukti tp jgn km yg jalani tktnya gagal lg karna km keburu emosi