“Jangan meremehkan seorang wanita, karena marahnya seorang wanita akan membawa kehancuran untukmu!”
~Alatha Senora Dominic~
🍁
Wanita yang kehadirannya tak diinginkan. Ia diabaikan, dikhianati bahkan hidupnya seolah tengah dipermainkan.
Satu persatu kenyataan terbuka seiring berjalanya waktu.
“Aku diam bukan berarti lemah! Berpuas dirilah kalian sebelum giliran aku yang membuat kalian diam.”
Kisah rumit keluarga dengan banyak konflik dan intrik yang mewarnai.
Simak kisah hidup seorang Alatha Senora Dominic di sini 💚
*
Mature Content.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13 Memulai
Latar tempat di luar negeri jadi jelas budaya dan karakter orangnya berbeda dengan Indonesia.
Harap bijak dalam menyikapi karena terdapat banyak umpatan dan kata kasar.
Bukan penulis handal, hanya penulis abal-abal yang masih terus belajar.
Terimakasih 💚
🍁
Bunyi alarm ponsel Atha yang bergetar di atas meja membangunkannya dari tidur lelapnya.
Perlahan dan hati-hati ia mulai turun dari ranjang, membawa tubuh polosnya masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah kejadian semalam saat Jeremy kembali memaksakan kehendaknya untuk berhubungan badan membuat ia menggosok tubuhnya dengan keras di bawah guyuran air shower.
Memang bukan kali pertama, namun sikap kasar Jeremy benar-benar membuatnya kesakitan tiap kali selesai melakukannya.
Atha bagaikan korban pemerkosaan yang sialnya oleh lelaki yang tidak lain adalah suaminya sendiri.
Selama ini hanya Jeremy yang di untungkan. Ia selalu menikmati tubuh Atha dengan liar, memuaskan dirinya sendiri dan berharap Atha mau menuruti keinginannya.
Hah, jangan harap!
Atha memang diam dengan semua perlakuan Jeremy namun ia tidak akan menuruti keinginan Jeremy dengan menjadi budak seks yang rela membuka paha dengan cuma-cuma.
Atha selalu konsisten untuk tetap diam tanpa mau mendesah, lebih baik ia mengigit bibirnya hingga berdarah dari pada harus mengeluarkan suara.
Berbagai cara sudah Jeremy coba berharap sekali saja Atha terbuai oleh kenikmatan yang di berikan. Namun ternyata semuanya hanya sia-sia.
Atha tak pernah menikmati kegiatan panas itu.
Jika biasanya seorang wanita akan melawan sekuat tenaga namun ketika sudah merasakan kenikmatan ia akan terbuai. Namun tidak bagi seorang Alatha Senora Dominic.
Wanita itu lebih memilih diam bagaikan boneka hidup yang tak melakukan perlawanan.
Karena semakin mencoba melawan, ia tahu bahwa hasrat seorang lelaki akan semakin membara.
Setelah menyelesaikan ritual mandi, Atha keluar dengan memakai kimono.
Berjalan masuk ke ruang ganti tanpa menoleh ke arah ranjang.
“Sudah cukup kau bersabar selama ini Atha! Jika hanya dirimu yang terluka kau masih bisa menahannya. Namun kini Opa Axton harus ikut mengalami hal yang menyedihkan ini. Lelaki tua yang selalu memperlakukanmu dengan baik kini harus mengalami tekanan yang menyakitkan seperti ini.”
Atha berbicara di hadapan meja riasnya. Wajahnya yang biasa menampilkan senyum tulus kini berubah datar tanpa ekspresi.
Kembali bayang-bayang kerapuhan sang Opa berkeliaran di dalam manik matanya.
Selama ini Atha patuh, tunduk dan mengalah hanya karena ia menganggap keluarganya adalah hal yang paling utama.
Namun kini, seseorang yang di anggap keluarga tak lebih dari seorang pengkhianat yang sudah menampakkan wujud aslinya.
Atha menekan hatinya untuk tak lagi menganggap mereka keluarga.
Mereka hanyalah musuh.
Karena musuh tak perduli dengan ikatan darah.
Setelah merias wajahnya dengan cantik, Atha turun ke bawah.
Ia tak memperdulikan bahwa Jeremy bahkan masih terlelap.
Kini pemberontakan di mulai...
“Selamat pagi Nona.”
“Hm.”
“Anda mau kemana?”
“Siapkan teh hijau dan bawa ke taman. Aku menunggu.”
“Baik.”
Arsy, pelayan pribadi Atha kebingungan dengan sikap sang Nona muda pagi ini.
Tidak ada keramahan dari sorot matanya.
Menepis prasangka buruk yang di lihatnya, Arsy segera menyiapkan pesanan Nona mudanya.
Atha duduk dengan santai di taman. Suasana pagi selalu memuatnya tenang.
Pagi ini ia mengawali harinya dengan mengabaikan Jeremy.
Atha tersenyum, namun bukan senyum manis yang ia tunjukkan.
Senyum yang tercetak di bibirnya sangat misterius dan penuh makna.
“Ini pesanan anda.”
“Terimakasih Ars.”
Arsy masih setia berdiri di belakang Atha. Dalam hati pelayan tersebut bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.
Mengapa pagi ini sang Nona terlihat santai dan tanpa beban.
Ingin bertanya namun ia tak ingin membuat suasana hati Nona mudanya buruk.
Namun jika tidak bertanya ia takut Nona muda akan terkena amarah dari Tuannya.
“Ada apa Ars?” tanya Atha yang melihat keraguan di wajah pelayannya.
“Maaf Nona...” ucap Arsy pelan. “Apa anda tidak melayani Tuan Jeremy? Kenapa anda bisa bersantai di sini.” ucapnya lirih takut terdengar orang lain.
Bukannya menjawab Atha malah terkekeh pelan. “Memangnya kenapa?” balik bertanya seolah tak pernah terjadi apapun.
“Saya mohon Nona. Sayangi diri anda. Tuan akan berbuat kasar pada anda, saya takut.”
Ungkapan kejujuran Arsy membuat Atha terenyuh.
Bahkan seseorang yang tak mempunyai hubungan darah dengannya saja memiliku hati untuk tak melihatnya terluka.
Ketulusan yang di berikan Arsy selama ini adalah nyata.
“Tenanglah...”
Jawaban Atha tak membuat pelayan pribadinya tenang.
Kau pikir bisa tenang saat kau berada di dalam kandang harimau?
Sejinak apapun seorang harimau, dia tetaplah hewan liar yang bisa kapanpun menerkam.
“ALATHA!!”
Suara teriakan lantang itu membuat Arsy terkejut bukan main.
Teriakannya bagaikan auman harimau yang tengah mencari mangsanya.
Bulu kuduk Arsy tiba-tiba berdiri.
Namun ada pemandangan lain yang semakin membuat Arsy merinding.
Sang Nona tiba-tiba terkekeh tanpa sebab yang jelas.
“No-na, sebaiknya anda segera menemui Tuan.”
Tubuh Arsy bergetar, bahkan lututnya terasa lemas.
Entah kejadian apa lagi yang akan terjadi setelah ini.
Oh Tuhan tolong selamatkan nyawa Nona muda. Rapal Arsy dalam hatinya.
“Pergilah Ars.”
“Jangan mencari masalah Nona.”
“Sudahlah. Kau bisa mengerjakan pekerjaanmu yang lain. Jangan ganggu aku.”
Atha mengusir Arsy untuk segera meninggalkannya.
Atha bersikap seolah ia tak mendengar apapun. Dengan santainya ia meminum teh hijau sambil merasakan nikmat dan harumnya daun teh ini.
“Aku ingin menikmati hidupku, persetan dengan lelaki sialan itu.”
“Sudah cukup selama ini aku berdiam menerima setiap perbuatan jahat kalian. Terkutuklah kalian semua.”
Atha kembali menyeruput teh dalam cangkirnya.
“Selama ini aku diam dan patuh karena menganggap kalian adalah keluargaku. Tapi kalian bahkan merendahkan diriku bagaikan sampah. Sudah cukup aku menerima setiap perlakuan kalian selama ini. Kalian sudah membawa Opa ke dalam permasalahan ini, benar-benar keterlaluan.”
Atha mengepalkan tangannya dengan erat. Sorot matanya menajam.
Tidak ada lagi senyum di wajahnya.
Yang terlihat sekarang seolah bukanlah Alatha wanita manis yang selalu bersikap lembut.
Tidak ada lagi Alatha wanita yang selalu di anggap bodoh dan tak berguna.
“Aku mengalah tapi bukan berarti kalah.”
Atha tersenyum menyeringai. Sorot matanya mengandung banyak rahasia.
Oh Alatha apa yang tengah kau sembunyikan hm.
Jangan bermain tebak-tebakan, readersmu sudah pada naik darah loh 😜
“Satu... Dua... Tiga...”
Brak!
🍁
Bersambung...