Menceritakan tentang dimana nilai dan martabat wanita tak jauh lebih berharga dari segenggam uang, dimana seorang gadis lugu yang baru berusia 17 tahun menikahi pria kaya berusia 28 tahun. Jika kau berfikir ini tentang cinta maka lebih baik buang fikiran itu jauh - jauh karena ini kisah yang mengambil banyak sisi realita dalam kehidupan perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Di sebuah apartemen mewah yang terletak di pusat kota Seoul, suasana malam begitu tenang namun dipenuhi kilauan cahaya dari gedung-gedung pencakar langit. Di ruang tamu yang luas dan modern, dinding kaca besar memperlihatkan panorama kota yang tampak hidup meski waktu sudah larut.
Vernon, Wonwoo, dan Mingyu duduk di sofa berbahan kulit hitam yang elegan, masing-masing memegang gelas kristal berisi wine merah yang memantulkan cahaya redup dari lampu gantung di langit-langit. Meja kaca di depan mereka dihiasi dengan botol wine mahal dan beberapa camilan eksklusif yang hanya disentuh sesekali.
Wonwoo : mingyu, katanya kau sudah menikah. Lalu kenapa belum mengenalkan nya pada kami ?
Vernon : Apa kau takut jika kami menggoda nya ?
Mingyu : Mau kalian goda atau pakai sekalipun aku tidak peduli
Wonwo : Lalu kenapa kau tidak kenalkan pada kami ? Jangan - jangan kau takut jika istri mu tau bahwa kau masih suka jajan ?
Mingyu : Tidak perlu ada yang ku tutupi jika diizinkan kakek , aku sudah dari lama memanggil jalang - jalang itu kerumah dari pada harus membayar hotel hanya untuk mereka
Vernon : Kalau kau tidak memiliki masalah, kenalkan donk sama kami
Mingyu : Baiklah aku akan mengenalkan nya pada kalian tapi dengan syarat wanita yang kemarin kau bawa itu, aku ingin membooking nya untuk malam besok
Vernon : deal
Wonwoo : Jadi kapan kami bisa bertemu dengan nya ?
Mingyu : Dia sedang dirumah sakit dan akan pulang malam ini jadi kalian bisa menemui nya besok
Wonwoo : itu berarti sekarangkan? Kau tidak ikut menjemput nya ?
Mingyu : ada orang lain yang akan mengurus nya
Vernon : apa kau tidak khawatir dengan mainan baru mu itu ?
Mingyu : Seandainya pun dia tiada, aku bisa menikah lagi dengan penggantinya. Dia bukan satu-satunya yang bisa menjadi mainan ku
Nada suaranya datar, seolah nyawa manusia sama sekali tidak memiliki bobot di matanya. Vernon menatapnya lebih lama kali ini, sebelum akhirnya ia tertawa lepas bersama wonwoo.
Sementara itu, di sudut kota yang berbeda, Gae Yeong melangkah cepat di koridor rumah sakit yang dingin dan sepi.
Suara langkah kakinya terdengar jelas di antara dentingan peralatan medis dan suara roda troli yang sesekali melintas. Udara di sekitarnya terasa dingin, bercampur dengan bau antiseptik yang menusuk, namun semua itu diabaikannya.
Di Ruang Dokter
Gae yeong : Maafkan saya baru sempat datang untuk menanyakan keadaan yeon ji
Aska : Saya lebih senang karena mengetahui ada benar peduli pada keadaan yeon ji selain mengenai program kehamilannya
Gae yeong : Dokter, apa yang terjadi yeon ji sebenarnya ?
Aska : Pemerkosaan, paksaan hubungan badan dengan anak di bawah umur adalah salah satu bentuk kejahatan yang serius nyonya di negara ini
Gae yeong : Tapi yeon ji sudah berusia tujuh belas tahun
Aska : Tapi batas umur seorang wanita diperbolehkan menikah adalah dua puluh tahun , namun saya disini tidak untuk mendebat kan hal yang sudah terjadi nyonya
Aska : saya hanya ingin nyonya tau, bahwa saya menemukan banyak memar bukan hanya pada tangan dan punggung yeon ji. Tapi juga pada area organ intim nya, dia juga mendapatkan beberapa luka cambuk dibagian pahan dalam dan pinggul.
Gae yeong : Tapi dok apakah luka-luka itu akan meninggalkan bekas ?
Aska : Bekas nya mungkin akan hilang, tapi apakah anda bisa menghilangkan ingatan kejadian itu dari pikiran nya ?
Malam telah merayap semakin larut saat Gae Yeong membawa Yeon Ji kembali ke rumah besar itu. Langit di luar gelap pekat tanpa bintang, dan udara malam terasa dingin, menusuk hingga ke tulang. Rumah besar itu berdiri megah dalam keheningan, namun di dalamnya, suasana terasa lebih berat—seperti ada sesuatu yang mengendap di balik dinding-dindingnya yang kokoh.
Yeon Ji duduk di tepi ranjang besar berseprai putih bersih, tubuhnya tampak tenggelam dalam pakaian yang terlalu longgar. Matanya kosong, menatap lantai tanpa ekspresi, seolah pikirannya melayang jauh ke tempat yang tidak bisa dijangkau siapa pun.
Gae Yeong berdiri di sampingnya, mengatur bantal dan selimut dengan hati-hati. Para pelayan sibuk mondar-mandir, membawa air hangat, handuk, dan obat-obatan yang telah disiapkan oleh dokter. Salah satu dari mereka membungkuk untuk menyerahkan cangkir teh hangat kepada Gae Yeong, yang kemudian meletakkannya di meja kecil di samping tempat tidur.
Gae yeong : kau hati-hati ya sayang, jangan lupa minum obat mu nanti sebelum tidur
Do Hyun tiba tidak lama bersama wang he setelah itu, mengenakan jas hitam rapi. Langkahnya cepat namun tetap tenang, seolah ia terbiasa menghadapi situasi darurat seperti ini.
Di sudut ruangan, Mingyu duduk diam di kursi berlengan. Matanya tajam, memperhatikan semua orang yang bergerak di sekitar Yeon Ji dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan.
Yeon ji : Nyonya, tolong aku tidak ingin kau pergi ...
Gae yeong : Nak kau jangan khawatir aku pasti akan menemani mu disini
Mingyu : Kenapa mama harus disini ? Apa mama akan menjaga anak itu untuk seumur hidup mama ?
Gae yeong : mingyu tolong jangan mulai pertengkaran lagi, apa kau tidak melihat keadaan yeon ji sekarang
Mingyu : Ya lalu kenapa ? Dia cukup sehat untuk berjalan dan mengadu pada semua orang kan ?
Do hyun : Yang dikatakan putra mu itu benar gae yeong, yeon ji sudah sehat dan bisa beraktivitas jika dia perlu bantuan ada banyak pelayan disini. Kau tidak perlu tidur bersama nya
Gae yeong : Tapi ayah dokter bilang kondisi yeon ji
Do hyun : Sssttt, sudahlah gae yeong ini sudah malam jangan terus perdebatkan masalah ini yeon ji sudah lelah dan butuh istirahat
Gae yeong : ayah ku mohon pahamilah
Do hyun : Wang he antar gae yeong ke kamar nya ... dan kau mingyu, biarkan istri mu beristirahat malam ini