"Putuskan anak saya sekarang juga! Saya sudah menyiapkan sosok laki-laki yang lebih pantas buat dia daripada kamu yang hanya seorang montir."
"Maaf Pak, tapi anak anda cintanya cuma saya."
Satya Biantara, seorang pria yang hanya bekerja sebagai montir tiba-tiba malah di buat jatuh cinta oleh seorang gadis dari keluarga kaya, dia lah Adhara Nayanika.
"Mas Bian, kita kawin lari aja yuk!"
"Nggak ah capek, enak sambil tiduran."
"Mas Biaaaaannn!!"
Follow IG : Atha_Jenn22
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Jenn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Di kampus.
"Dhara..." panggil Aletta.
"Hmm, kenapa?" jawab Dhara sibuk memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Beberapa hari ini kayaknya anteng banget lu, kenapa? Udah nggak cerita si Mas-mas hot itu juga" tanya Aletta yang heran dengan perubahan sikap Dhara.
"Nyerah gue, si cowok cinta banget kayaknya. Biarin lah mau di selingkuhi atau apa terserah."
"Kayaknya sakit hati banget sih, kenapa? Lu di tolak? Atau si cowok itu judes sama lu?" tanya Aletta penasaran.
"Nggak mau bahas. Gue mau pulang, Baginda Raja lagi mau ngenalin gue sama anak temannya" ucap Dhara.
"Waah Dhara melempem nih" ledek Aletta.
Dhara menghela nafasnya, "Tadinya gue semangat, tapi lihat dia yang di cium-cium sama si Rayap itu mendadak semangat gue hilang."
"oooohhh, sekarang gue tahu. Cemburu kan lu?" Aletta tersenyum mengejek ke arah Dhara.
"Tau ah. Gue mau pulang!" Dhara pun langsung berdiri dan berjalan meninggalkan Aletta begitu saja.
"Yaah bisa ngambek juga tuh anak" Aletta terkekeh melihat Dhara yang bersungut-sungut itu.
Tanpa sengaja Dhara malah bertemu dengan Bian, seketika Dhara mematung saat tatapan mata mereka bertemu. Begitu juga dengan Bian, padahal di depannya ada Raya tapi entah mengapa saat melihat Dhara seolah ada magnet yang menarik atensinya untuk terus menatap ke arah gadis itu.
Dhara buru-buru mengalihkan perhatiannya, gadis itu melewati Bian begitu saja, tak ada sapaan sama sekali, jangankan menyapa tersenyum saja Dhara tak melakukannya.
Bian pun mengernyitkan alisnya, pria itu merasa keheranan dengan sikap cuek dari gadis yang beberapa hari yang lalu masih bersikap hangat padanya.
"Mas Sat..aku masuk dulu ya" pamit Raya, gadis itu tadi meminta anter Bian, Bian yang sedang libur pun mengiyakan permintaan kekasihnya itu.
Bian mengangguk, "Iya, kalau begitu aku pulang ya."
Raya pun tersenyum mengangguk, setelah Raya pergi Bian buru-buru menyalakan motornya. Pria itu ingin berbicara dengan Dhara. Tepat saat Dhara ingin melajukan mobilnya tiba-tiba motor Bian berhenti mendadak di depan mobilnya, Dhara seketika menginjak remnya, keningnya hampir saja mencium setir mobil.
"Sinting! Siapa sih bisa-bisanya berhenti mendadak gitu? Nyari mati kah tuh orang" omel Dhara sebelum melihat ke arah depan.
Seketika matanya melebar saat melihat siapa yang ada di depan mobilnya, pria itu melepas helmnya dan sedikit mengibaskan surai hitam lebatnya, di mata Dhara setiap gerakan pria itu seperti slow motion, membuat jantung gadis itu mendadak jedag jedug tak karuan.
Dhara pun langsung menggelengkan kepalanya, di tepuk-tepuk pipinya agar dia sadar kalau pria di depannya itu sudah memiliki kekasih.
"Dhara sadar Dhara...jangan mengharapkan hal yang tak pasti. Hati lu nanti cuma bakal sakit Dhar..." gumam gadis itu, sampai akhirnya dia di kejutkan oleh Bian yang tengah mengetuk kaca mobilnya.
Dhara pun langsung menoleh, "Please hati lu jangan murahan dan gampang meleyot" ucap Dhara mencoba meyakinkan hatinya sebelum ia bertatap muka secara dekat dengan Bian.
"Oke, semangat Dhara!!"
Dhara pun langsung menurunkan kaca mobilnya, "Iya Mas Bian, ada apa?" tanya Dhara.
"Boleh bicara sebentar?" tanya Bian memandang Dhara dengan tatapan yang begitu teduh.
Dan lagi-lagi hati Dhara tak bisa membohongi kalau dirinya masih suka dengan pria di depannya ini secara ugal-ugalan.
"Boleh, mau bicara dimana Mas?" tanya Dhara, gadis itu berusaha secuek mungkin.
"kalau ke cafe dekat bengkel, kira-kira kamu keberatan nggak?" jawab dan tanya Bian.
"Oke, Mas Bian duluan. Aku ikutin dari belakang" ucap Dhara.
Bian langsung tersenyum, Dhara yang melihat itu langsung mencengkram erat setir mobilnya.
"Please jangan salting...jangan salting.." batin Dhara.
"Kamu hati-hati ya, kalau begitu aku duluan" pamit Bian.
"Ehm..." Dhara mengangguk. Saat Bian sudah berjalan menjauhi mobilnya, Dhara langsung membenturkan keningnya dengan pelan ke setir mobilnya.
"Gila!! Dhara lu gila. Tau ah...pacarnya aja modelan kayak Raya, jadi anggap aja halal di tikung" gumam Dhara, setelahnya dia mengikuti motor Bian dari belakang.
Sementara itu Raya sendiri sedang bermesraan di kelas bersama seorang laki-laki.
"Kamu kapan sih putusin si Satya-satya itu beb? Aku tuh maunya jadi satu-satunya di hati kamu."
"Sabar dulu Aldo, masih lumayan bisa di porotin buat jajan ha ha ha" ucap Raya tertawa.
"Tapi kamu nggak tidur sama dia kan?" tanya laki-laki bernama Aldo.
"Nggak lah, dia itu orangnya lurus banget, cium bibir aja nggak pernah" jawab Raya jujur.
"Hah...jangan-jangan nggak normal lagi dia beb? Masa lihat kamu yang sexy gini sama sekali nggak tertarik sih" ucap Aldo seraya meremas milik Raya.
plaakk...Raya langsung menggeplak tangan Aldo.
"Ck..kamu ini kalau ada yang lihat gimana coba" ucap Raya menatap Aldo tak suka.
"Soalnya kamu gemesin sih, nanti mampir ke kost ku dulu ya" pinta Aldo.
"Boleh, tapi seperti biasanya ya" balas Raya mengerlingkan matanya menggoda.
Aldo pun langsung mengambil ponselnya, pria itu mengutak-atik sebentar.
"Daahh...ini tak kasih 1 juta jadi bisa sepuasnya kan" Aldo menunjukkan bukti transfernya ke nomor rekening Raya.
Raya langsung tersenyum lebar, "Siap dong."
Tanpa mereka sadari di belakang mereka ada yang merekam semua percakapan keduanya.
"Kena juga lu!" gumam gadis yang merekam percakapan mereka berdua.
***
Saat ini Dhara sudah duduk manis di cafe yang di maksud Bian tadi. Dhara menunggu Bian yang masih ada perlu di bengkelnya.
"Lho Dhara, kok bisa di sini?" tanya Bhumi yang keluar dari arah dapur.
"Iya Mas Bhumi, tadi di ajak Mas Bian. Mas Bhumi nggak di bengkel?" tanya Dhara yang melihat Bhumi memakai apron milik cafe tersebut.
"Owalah di ajak Satya...Gue lagi libur, ya udah daripada gabut di kostan mending cari tambahan cuan buat jajan" jawab Bhumi sambil tertawa.
"Mas Bhumi rajin banget, emang nggak mau istirahat gitu? Aku lihat-lihat bengkel itu rame terus" tanya Dhara.
"Di bilang rajin, rajinan si Satya sih he he he. Di bengkel tuh ada jatah libur 3 kali, biasanya gue pakai istirahat total yang sehari, yang lainnya sih biasa buat cari cuan tambahan. Biasalah anak rantau, ada orangtua yang membutuhkan kita juga kan, tapi tenang gue bukan generasi sandwich, orangtua ada penghasilan sendiri, cuma gue yang emang pengen meringankan beban mereka" ucap Bhumi tanpa sadar malah curhat dengan Dhara.
"Lah gue malah curhat sama lu Dhara, sorry ya" imbuh Bhumi langsung tertawa.
"Nggak apa-apa Mas Bhumi, berarti aku buat Mas Bhumi nyaman" ucap Dhara ikut tertawa.
"Wahh jangan deh, nanti kalau gue nyaman sama lu ada yang ngambek lagi" ucap Bhumi menatap ke arah pintu dimana Bian berjalan ke arah mereka berdua dengan wajah yang terlihat cemberut itu.
/Sob//Sob/