Eldric Hugo
Seorang pria penderita myshopobia. Dalam ketakutan akan hidup sebatang kara sebagai jomblo karatan.
Tanpa sengaja ia meniduri seorang pria yang berkerja di club, dan tubuhnya tidak menunjukkan reaksi alergi.
Karina seorang gadis yang memilih untuk menyamar menjadi laki-laki, setelah dia kabur dari orang yang hendak membelinya. Karina di jual oleh ibu yang mengasuhnya selama ini.
Akankan El mengetahui siapa sebenarnya sosok yang bersamanya. Keppoin yuk
Ada dua kisah di sini semua punya porsinya masing-masing.
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rindu
Karina pun setuju dengan semua yang tertulis di kontrak kerja yang di berikan oleh Eldric. Meskipun sebagian besar isinya sangat menguntungkan pihak pertama. Namun, Karina bisa apa. Kali ini memang dia yang salah.
Gadis itu duduk di tepi ranjang miliknya, dia sudah tidak menempati kamar belakang. Kamar Karina terletak tak jauh dari kamar Eldric. Nyaman dan luas, semua lengkap tersedia di sana. Setelah selesai membereskan barang-barang miliknya ke dalam lemari, ia pun duduk tercenung di tepi ranjang empuk yang sekarang jadi miliknya selama berkerja di sana.
"Apa ini Tuhan? haruskah aku bersyukur dengan semua ini. Tempat yang nyaman, gaji yang besar meskipun semua harus digunakan untuk membayar guci sial itu. Tapi di sini tidak buruk, aku mendapatkan tempat tidur yang nyaman dan makan tiga kali sehari," Karina bergumam sambil menatap merawang jauh keluar jendela.
Gadis itu memejamkan matanya sejenak. Ada rasa rindu yang tiba-tiba menyeruak dalam hatinya. Sepi dan heningnya kamar itu membuatnya hanyut dalam perasaannya sendiri. Kerinduan bertemu dengan orang tua kandungnya. Ia sangat ingat bagaimana ibu yang mengasuhnya mengatakan kali dia hanya anak pungut, anak yang tidak di inginkan siapapun. Bahkan orang tuanya sendiri membuangnya di kolong jembatan.
Sesak dan sakit rasanya, tiap ibu asuhnya itu terus mengatakan hal itu. Meskipun Bapak asuhnya selalu mengatakan hal itu tidaklah benar, ia selalu berkata. Orang tua Karina pasti orang baik. Mereka pasti menyayangi Karina. Hanya saja pak Heri tidak tau alasan Karina ada di kolong jembatan saat itu.
"Ayah, Ibu sebenarnya dimana kalian?" lirih Karina, ia membuka matanya perlahan tanpa terasa air matanya meleleh begitu saja. Rasanya begitu rindu, walaupun ia belum pernah bertemu dengan orang tuanya.
Tok ... tok ...
Bunyi ketukan membuat karina segera mengusap cairan bening yang meleleh di pipinya. Ia pun segera bangkit dari duduknya kemudian melangkah kearah pintu.
"Ada apa?" tanya Karina pada Joe yang sudah berdiri di hadapannya saat ia membuka pintu.
"Sebentar lagi waktunya tuan Eldric untuk makan siang, sebaiknya kau segera ke dapur. Paman Berto sudah menunggumu."
Meskipun Joe masih belum begitu suka dengan keputusan Eldric untuk menjadikan Rizky sebagai pengasuhnya. Meskipun dia sendiri yang mempunyai ide gila itu. Tapi tugas tetaplah tugas, dan Joe harus menjalankannya dengan baik.
"Baiklah."
Joe pun segera membalikkan badannya dan berjalan kearah tangga, dan Karina mengekor di belakangnya. Mereka berjalan menuruni tangga bersama. Setelah melewati beberapa ruangan mereka pun akhirnya sampai di dapur.
"Paman aku sudah membawanya," panggil Joe pada Berto yang sedang sibuk mengolah makanan.
Pria itu pun menoleh, ia tersenyum tipis melihat ke arah Karina. Sebuah senyuman hangat seperti seorang ayah. Karina pun membalas senyuman itu dengan manis.
"Baiklah tinggalkan dia di sini, kau bisa melanjutkan pekerjaanmu."
Joe mengangguk, tanpa bicara lagi ia pun segera beranjak pergi dari dapur. Berto mencuci tangannya di wastafel sebelum melangkah mendekati Karina yang masih diam terpaku melihat penampakan Berto. Pria itu memakai jaring rambut dan seperti seorang chef yang biasa Karina lihat di tv. Tadi mereka memang sempat bertemu, tapi karina tidak begitu memperhatikan penampilannya. Karena dia sendiri masih shock dengan vas suci itu.
"Duduk, kau hanya perlu duduk di sana dan aku akan menjelaskan semuanya," titah Joe sambil menunjuk ke arah bangku yang ada di sana.
"Baik ... emh."
"Paman, panggil saja aku seperti Joe memanggilku."
"Paman," ulang Karina dengan senyum manisnya.
Gadis yang tersembunyi di balik penyamarannya itu pun duduk di tempat yang telah di tunjukkan okeh Berto. Karina memposisikan dirinya menghadap ke arah Berto yang sudah kembali di hadapan kompor. Pria yang sudah tak muda lagi itu sangat cekatan dalam meracik masakannya. Sangat ahli, Karina menatapnya dengan terkagum kagum. Setelah beberapa saat akhirnya dua masakan tersaji di meja yang ada di hadapan Karina.
Sangat harum membuat cacing pita di dalam perut karina berdendang. Mungkin sekarang lagi berdisko ria.
"Mulai saat ini kau yang akan bertanggung jawab atas segala kebutuhan Tuan muda El. Biasanya aku yang mengurusnya, tapi sekarang kau sudah menjadi pengasuhnya. Aku hanya akan menyiapkan makanan dan selebihnya kau yang harus mengurusnya."
Jadi Tuan itu benar-benar masih di asuh oleh seseorang sampai ia atau itu? gila. Apa dia tidak berniat punya istri? batin Karina sambil menautkan kedua alisnya.
"Kau mendengarkan aku?" tangan Berto.
"Ah ...iya Paman. Maaf," ucap Karina dengan sedikit gelagapan.
"Temui Tuan muda di kamarnya, katakan makan siang sudah siap?" titah Berto.
"Baik Paman." Karina bangkit dari duduknya, dan segera melangkah menjauh.
🐈🐈🐈🐈🐈🐈🐈
Eldric baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Ia keluar dari kamar mandi menggunakan handuk kimono. Eldric berjalan melangkah lebar ke arah pintu yang sedang di ketuk dari luar. Seperti kebiasaannya dia akan menyemprotkan cairan desinfektan sebelum ia menyentuh sesuatu.
klek
Pintu kamar terbuka. Karina membeku melihat pemandangan yang begitu hot di hadapannya. Eldric pria matang itu berdiri hadapannya, rambutnya masih tampak basah. Kerah kimono yang di pakainya sedikit terbuka, memperlihatkan dada bidang miliknya. Karina menatapnya dengan tidak berkedip.
"Apa yang kau lihat, Hem." suara berat milik Eldric membuyarkan lamunan Karina.
"Ti -tidak Tuan." Karina segera menundukkan kepalanya, pipinya sudah bersemu merah karena malu.
"Apa yang kau lakukan di sini, cepat bawakan bajuku!"
"Baju?" Karina mendongakkan kepalanya, menatap Eldric dengan bingung.
"Iya, apa Berto belum memberi tahumu?"
Karina menggelengkan kepalanya.
"Berto!" teriaknya.
"Tuan tolong jangan berteriak, tolong beri tahu saja apa yang harus saya lakukan. Saya yang harus bertanggung jawab atas kebutuhan Tuan, jadi saya mohon Tuan. Biarkan saya melakukannya," ujar Karina dengan bersungguh-sungguh.
"Kalau begitu cepat kau tanya pada Berto, aku malas menjelaskannya. Waktumu 10 menit!" Eldric menutup pintu kamarnya dengan keras.
Karina pun segera berlari menuruni tangga, untuk menemui Berto di dapur.
"Pam ... man, Tuan Muda memintaku menyiapkan baju," ucap Karina dengan nafas tersengal-sengal. Karina merunduk berpegangan pada kedua lututnya.
"Baju? ah ... maaf aku lupa memberi tahumu. Baju tuan ada di ruangan khusus di sebelah kamar yang kau tempati sekarang. Bawakan saja dia celana santai dan kaos berkerah, sepertinya tuan tidak kan pergi kemana mana," ucap Berto menjelaskan.
"Baik, terima kasih."
Karina pun kembali berlari menaiki tangga dan menuju kamar yang di maksudkan oleh Berto. Dengan cepat Karina membuka pintu kamar itu. Mata Karina Melebar melihat semua pakaian yang bergantung di dalam sana masih rapi dan terbungkus plastik satu persatu. Label pada baju juga belum dilepas, berarti semuanya masih baru.
Sadar dengan waktunya yang semakin menipis. Karina pun segera memilih kaos berkerah berwarna navy dengan sebuah celana santai. Seperti apa yang di katakan Berto.
"Tuan," panggil Karina dari luar kamar.
"Masuk!"
Karina segera membuka pintu, lalu masuk kedalam kamar Eldric. Pria itu masih memakai kimononya.
"Tuan ini baju Anda." Karina mendekat kearah Eldric yang duduk di tepi ranjang miliknya.
"Hem," jawab Eldric datar.
Pria itu menyemprotkan cairan desinfektan pada plastik yang masih membungkus baju sebelum ia menerimanya. Karina terkejut dengan apa yang dilakukan oleh pria karatan ini. Namun, ia hanya diam saja.
"Tuan makanan siang sudah siap," Karina memberanikan dirinya untuk bicara.
"Hem, tunggu aku di meja makan. Aku akan segera turun," jawab Eldric.
"Baik Tuan." Karina bungkuk dengan hormat sebelum melangkah pergi.
"Rizky!"
"Iya tuan!" Karina menghentikan langkahnya yang sudah mendekati pintu.
"Bawa sekalian baju kotor milikku keluar?" titahnya pada Karina.
"Baik Tuan." Karina pun berjalan ke arah keranjang baju kotor yang ada di sebelah kamar mandi.
Setelah itu Karina segera melangkah keluar dengan membawa baju kotor milik tuan mudanya itu. Karena bingung, ia pun memutuskan untuk menanyakan hal ini kepada Berto.
"Paman, dimana aku harus mencuci baju Tuan muda?" tanya Karina saat ia sudah berada di dapur.
"Tuan tidak akan memakai pakaian untuk kedua kalinya, Riz. Buang saja, seperti biasanya."
"Apa? di buang." ucap karina dengan heran.
Berto hanya mengangguk kecil.
Orang gila, umpat Karina dalam hatinya.