Masa depan bisa berubah, itulah yang di alami seorang pemuda yang masih duduk di kelas 12 sma, karena menolong seorang siswi dari sekolah lain yang dia lihat di dalam mimpinya tertabrak mobil di persimpangan, dia harus di keluarkan dari sekolah dan di paksa menikahi siswi itu karena terlibat skandal.
Tapi ketika dia hidup bersama istrinya dan berada di dalam bahaya, dia mengetahui kalau kemampuan melihat masa depannya adalah sebuah sistem yang sudah menyertai dirinya sejak dia lahir. Berkat sistem itu, dia berhasil membawa istrinya melarikan diri ke ibukota.
Di sanalah dia baru mengerti asal usul dirinya juga istrinya. Dia memulai hidupnya di ibukota setelah mengetahui siapa dirinya, dia juga berniat menuntut balas kepada orang yang membuat dirinya sendirian tanpa keluarga dan yang mencelakai orang orang terdekat nya termasuk teman masa kecil nya. Ikuti terus kisahnya.
Genre : fiksi, fantasi, drama, sistem, komedi, tragedy.
Mohon like dan komen ya. khusus dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Setelah itu, Theo dan Frans membantu Adam menyelesaikan proses penjualan yang tertunda akibat di gantikan nya Doni oleh Adam. Dia menelpon para customer sendiri untuk menyesuaikan harga bila ada ketiga cocokan dan meminta maaf atas nama perusahaan. Theo dan Frans tersenyum lebar, mereka dengan sukarela membantu Adam, setelah hampir jam makan siang, Adam sedikit heran melihat Theo dan Frans yang terlihat serius membantu dirinya walau mereka jauh lebih senior dari banding dirinya,
“Um...pak Theo dan pak Frans, terima kasih sudah membantu saya, tapi kenapa anda berdua membantu saya ?” tanya Adam bingung.
Di tanya seperti itu, Theo dan Frans saling menoleh melihat satu sama lain, keduanya tersenyum ketika melihat Adam kembali,
“Sudah dengar tentang pak Doni belum ?” tanya Theo.
“Sedikit sih, saya dengar dari pak Trisno langsung,” jawab Adam.
“Nah itu, kadang pekerjaan dia yang nyeleneh itu, kita yang harus menangani nya, dia memang jago buat mencari customer dan mendapat tender, tapi caranya itu kurang bener, kadang kita berdua korban yang jadi tamengnya dia, bener ga Frans ?” tanya Theo kepada Frans.
“Yoi bener, itu sebabnya pak, kita sukarela membereskan semuanya sekarang mumpung bisa, biar kita ga di maki maki sama customer, distributor dan pak Trisno lagi hehe,” jawab Frans.
“Oh gitu ya, (menoleh melihat jam) kalau pak Theo dan pak Frans mau makan siang dulu, silahkan saja,” balas Adam tersenyum.
“Wah kita mah gampang pak, santai aja, lagian masih setengah jam lagi kan, tanggung deh,” ujar Theo.
“Nah bener tuh pak, santai aja lagi pak,” balas Frans.
“Makasih ya pak Theo, pak Frans,” ujar Adam.
30 menit pun berlalu dengan cepat, ketiganya berdiri dan keluar dari ruangan Adam yang terpisah dengan yang lain, setelah di luar, Katrin, Selly dan Elina mengajak mereka makan bersama sama,
“Oh maaf, saya ga ikut ya,” ujar Adam.
“Kenapa pak ? kan perdana nih pak,” ujar Katrin.
“Iya pak, ayolah pak, temenin kita,” tambah Sally sambil merangkul lengan Adam.
“Kenapa gue ga di rangkul sih ?” tanya Frans.
“Karena lo ngenes bro haha,” jawab Theo meledek.
“Rese lo bro, lo juga jomblo kan,” ujar Frans.
“Woit beda, kalo lo emang ngenes, kalo gue jadi jomblo karena pilihan, bedanya jauh bro,” balas Theo.
“Sial lo bro,” balas Frans.
Akhirnya mereka keluar kantor bersama sama, namun ketika sampai di lobby, Adam melihat Aulia sudah duduk di kursi tunggu tepat di depan resepsionis dan sedang berbincang dengan Resti. Ketika melihat Adam keluar, Aulia langsung berdiri menghampiri Adam,
“Udah selesai ?” tanya Aulia.
“Udah, oh Lia, kenalin nih, yang ini pak Theo, sebelahnya pak Frans, yang di depan bu Katrin, sebelahnya bu Sally dan bu Elina,” jawab Adam memperkenalkan Aulia kepada yang lain.
“Oh..sa..salam kenal semuanya, saya Aulia Satrio, istri pak Adam,” ujar Aulia sopan.
“Lah kakunya sama,” celetuk Frans.
“Hus, ini makanya lo tetep jadi jomblo ngenes, baut di mulut di benerin dulu, loncer amat,” ujar Theo.
“Salam kenal bu Aulia, saya Katrin, saya rekan kerja pak Adam,” ujar Katrin menjulurkan tangannya.
Setelah itu, mereka semua berkenalan dengan Aulia, kemudian mereka semua keluar dari lobby untuk makan siang. Ketika sudah di luar,
“Pak Adam sama bu Aulia mau makan dimana ?” tanya Katrin.
“Kita sih bawa makanan bu, paling di kantor saya saja,” jawab Aulia.
“Oh gitu ya, ok deh, kita duluan ke depan ya,” ujar Katrin.
“Iya, silahkan,” balas Adam.
Setelah itu, Adam dan Aulia berjalan menuju ke ujung jalan dan berbelok mengarah ke belakang komplek ruko.
“Gila, beneran tuh mereka masih 18 tahun ?” tanya Theo.
“Auk, beneran ganteng ketemu cantik, kayak seleb,” jawab Katrin.
“Kapan ya gue punya bini kayak gitu ?” tanya Frans.
“Jauh pak, coba ngaca dulu,” jawab Selly.
“Iya bener pak, kalo kacanya pecah berarti tolong mikir dikit,” ujar Elina.
“Jah..lo berdua malah ngeledek gue, sedih dah gue, emang lo berdua ga mau ya ama gue ?” tanya Frans penuh percaya diri.
“Enggak pak, makasih,” jawab Selly dan Elina kompak.
Theo dan Katrin tertawa, kemudian mereka berjalan ke tenda tenda makan yang berada di samping komplek ruko. Sementara itu, di depan kantor Aulia, terlihat ada beberapa pria yang sedang merokok di sisi ruko. Mereka melihat Aulia dan Aulia menunduk kepada mereka,
“Wah bu Aulia dari mana ? itu siapa bu ?” tanya seorang pria berambut cepak yang mengenakan pakaian batik santai.
“Ini suami saya pak Yanto, saya pinjem pantry ya pak,” ujar Aulia.
“Haah...bu Aulia sudah punya suami toh, wah salam kenal ya pak, namanya siapa ?” tanya Yanto.
Adam sedikit mundur melihat Yanto yang mendekatinya karena gaya bicara Yanto yang sedikit gemulai.
“Um...nama saya Adam, kantor saya di depan,” jawab Adam.
“Oh...mas Adam ya, salam kenal ya mas, saya penata rias di sini, nama saya Yanti...eh Yanto,” ujar Yanto.
“I..iya, mas Yanto,” balas Adam.
“Masuk dulu ya mas,” ujar Aulia.
“Silahkan bu Aulia,” balas Yanto.
Setelah Aulia menarik Adam masuk, Yanto kembali berkumpul dengan beberapa pria yang masih merokok dan membawa kamera.
“Waduh, saingannya berat nih, udah suami lagi,” ujar seorang pria yang nampak seperti fotographer.
“Haha jauh bro, dia kelas nya yang biasa kita foto, beda kelas ama kita yang moto,” ujar pria di sebelahnya yang juga membawa kamera sambil merokok.
“Haha bener banget lo bro, yah paling ga di dalem ada pemandangan bagus sekarang,” ujar pria pertama.
“Gue bilangin bini lo berdua yeh, bini lo berdua kan anak buah gue,” ujar Yanto sambil menyalakan rokok nya.
“Jangan dong mas, bisa gawat, ntar ribut di kantor berabe soalnya hehe,” ujar pria pertama.
Setelah Aulia dan Adam duduk di pantry dan mulai makan, tiba tiba pintu di buka dan Regina masuk ke dalam, dia langsung bergabung duduk bersama Adam dan Aulia.
“Loh mba Regina kerja di sini ?” tanya Adam.
“Iya, saya supervisor di sini, kan saya juga yang mengajari Aulia, bener ga Lia ?” tanya Regina.
“Iya bener, mba Rere enak ngajarnya, aku jadi gampang ngerti,” jawab Aulia.
“Oh syukur deh kalo gitu, trus mas Niko kerja di mana ?” tanya Adam.
“Kalau dia sih di kantor bos di perkatoran yang ada di pusat ibukota,” jawab Regina.
“Jauh ya mba dari sini ?” tanya Adam.
“Lumayan, harus naik motor sendiri,” jawab Regina.
“Hmm motor ya,” gumam Adam berpikir.
“Kamu mau beli motor ya ?” tanya Aulia.
“Kayaknya aku juga perlu sih, aku harus keliling juga soalnya, kalau naik mobil macet,” ujar Adam.
“Iya bener, naik motor emang lebih cepet ketimbang mobil kalau di ibukota, di mana mana macet, kalau motor bisa selap selip,” balas Regina.
“Nanti coba cari dulu deh, lagian harus bikin sim dulu,” ujar Adam.
“Aku kenal jasa pembuatan sim cepet kalau mau, nanti biar aja dia yang urus jadi kamu tinggal dateng buat foto trus ambil,” ujar Regina.
“Iya mba, nanti aku minta nomor orang nya ya,” ujar Adam.
“Um...sayang, emang kamu bisa naik motor ?” tanya Aulia.
“Oh...dulu aku punya motor, peninggalan papa sebelum kecelakaan, aku bisa naik motor tapi dari dulu ga punya sim, jadi muter muter di komplek perumahan aja, ga pernah keluar,” jawab Adam.
“Hmm gitu ya, berarti bisa bonceng aku dong ?” tanya Aulia.
“Bisa, emang kamu mau kemana ?” tanya Adam.
“Hehe jalan jalan aja,” jawab Aulia.
“Ya udah, ntar motornya beli dulu trus bikin sim dulu, masih lama,” balas Adam.
“Sip di tunggu,” balas Aulia.
“Hehe kalian beneran pasangan muda ya, masih anget anget nya,” ujar Regina.
“Loh mba Rere ga makan ?” tanya Aulia.
“Aku udah nyemil tadi, masih kenyang,” jawab Regina.
Mereka meneruskan obrolan mereka sambil makan siang, setelah itu Adam pamit untuk kembali ke kantornya, tapi ketika dia sedang berjalan,
[Tuan.]
“Bwuuung,” sebuah layar hologram muncul di hadapan wajah Adam, dia langsung melihat tayangan yang tertampil di layar.