Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?
Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
“Kau masih memiliki muka untuk menemui saya nona Sera?!
Setelah insiden yang terjadi di malam itu,” ujar Bastian kala langkahnya telah sampai di hadapan Leesera yang tetap berdiri menghalangi jalannya.
“Maaf, maafkan saya kak Bastian, saya benar-benar khilaf saat itu, saya menyesal kak,” rengek Leesera seraya meraih tangan Bastian, namun langsung di tepis kasar oleh Bastian di dukung dengan mimik wajahnya yang terlihat sangat jijik dengan akting penuh sesal Leesera saat ini.
“Tolong tinggalkan perusahaan saya, jika ada yang ingin nona Sera katakan, Regan yang akan mengatur tempat dan waktunya,” Bastian menegaskan dengan nada dinginnya.
Seolah ada yang melempari kotoran ke wajahnya, begitulah gambaran perasaan Leesera saat ini, tak hanya di permalukan dengan sikap kasar Bastian yang menepis tangan nya. Namun juga kalimat yang menyatakan jika dirinya tak lebih dari sekedar tamu biasa yang harus membuat janji jika ingin bertemu dengan lelaki berdarah dingin itu.
Belum lagi para karyawan yang berada di sisi lain, yang hanya terhalang oleh dinding kaca, beberapa diantaranya mencoba mencuri-curi pandang memperhatikan perseteruan yang terjadi di koridor. Hal itu semakin membuat harga dirinya terluka cukup dalam.
Namun, hal itu tak lantas membuatnya lepas kendali, ia tetap mencoba tenang dalam senyum palsunya.
“Baiklah kalau begitu, selama kakak bersedia memaafkanku, aku akan menunggu. (katanya yang mencoba tegar dalam menerima sikap kasar Bastian padanya) Tapi, bolehkah aku tahu siapa wanita yang berada disampingmu kak?” lanjut Leesera yang berusaha tetap terlihat anggun di tengah gejolak amarahnya yang kian meledak-ledak.
“Annalese,” jawab Bastian seraya melirik ke arah Anna.
Mengerti dengan isyarat dari Bastian, Anna pun mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Sera.
“Annalese Seravina,” Anna memperkenalkan dirinya dengan senyum ramah yang ia bisa, Sera pun menerima uluran tangan Anna dengan senyum palsunya.
“Calon istriku,” tambah Bastian bersamaan dengan terlepasnya jabat tangan keduanya.
Seakan belum puas dengan melempar kotoran ke wajah Sera, kini Bastian kembali memberikan serangan lainnya yang tentunya berhasil menjatuhkan harga diri Sera sampai ke dasar.
“Ahh … be … begitu ya, sayang sekali, kukira kita berjodoh, ternyata diam-diam kau sudah memiliki kekasih rupanya,” respon Sera sarkas.
“Sudahkan, nona Sera bisa pergi sekarang, Regan akan menghubungimu nanti,” tandas Bastian yang ingin buru-buru enyah dari situasi yang menyebabkan Anna menjadi pusat perhatian para karyawannya saat ini.
“Amm, tunggu kak!” tahan Sera seraya menggenggam lengan Bastian, kemudian kembali di tepis kasar oleh Bastian.
“Ahh iya maaf,” ucap Sera ketika ia terus saja melakukan hal yang dibenci oleh Bastian.
“Ada apa?” tanya Bastian masih dengan nada yang sama.
“Boleh aku bermain sebentar dengan kak Anna? Karena kakak bilang kak Anna akan menjadi istrimu, setidaknya aku harus mengenal lebih jauh bukan untuk menilai apa kak Anna pantas bersanding denganmu.
Ku mohon! (rengek Sera seraya menyatukan kedua tangan lengkap dengan raut wajah yang mendukung permohonan paksaan nya)
Sebentar saja yaaa, hanya sampai kakak selesai meeting, oke! Yaa! Yaa!” rengek Sera yang membuat Bastian cukup lama membuang waktu berharganya.
“Ya, ku tunggu kau di ruanganku 30 menit lagi,” ujar Bastian seraya mengusap bagian atas kepala Anna sebelum ia pergi meninggalkan Anna dengan wanita yang sama gilanya dengan pria berdarah dingin itu.
‘Aish! Sial! Brengsek!’ umpat Anna dalam hati ketika Bastian melengos pergi begitu saja tanpa meminta pendapatnya lebih dulu.
Namun meskipun begitu ia tak bisa menunjukan sisi gila nya di hadapan publik, dan alhasil ia hanya bisa menuruti kemana pun Leesera mengajaknya pergi.
“Ayoo kak Anna!” seru Sera penuh antusias seraya menautkan tangannya ke dalam lengan Anna dan mulai menggiring Anna berjalan menuju lift yang berada di ujung koridor.
“Oke, tapi jangan terlalu jauh ya hehee, aku belum terlalu mengenal tempat ini,” ujar Anna seraya mencoba menurunkan tangan Sera dari lengannya, lantaran merasa risih wanita gila itu mendadak sok akrab dengan dirinya.
Anna menoleh sesaat ke belakang sebelum memasuki lift khusus yang hanya boleh digunakan oleh beberapa orang tertentu saja.
Sementara karyawan biasa menggunakan lift yang berada di sisi lainnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dalam perjalanan Bastian menuju ruangannya.
“Maaf pak, saya rasa bukan ide yang bagus membiarkan nona Sera bersama dengan nona Anna, saya khawatir jika nona Sera melukai nona Anna, mengingat insiden yang terjadi sebelumnya di hotel xxx, bukan tidak mungkin kali ini pun nona Sera akan bertindak diluar batas,” ujar Regan yang mencoba menyuarakan kekhawatirannya terhadap nasib calon istri sang presdir.
“Ciih! Ckckck! (Bastian terkekeh)
Kau tak perlu khawatir, kita lihat siapa yang akhirnya akan menangis,” timpal Bastian penuh percaya diri, seolah ia benar-benar sudah hafal karakter Anna yang sebenarnya meski baru mengenalnya dalam beberapa hari.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setibanya di kafetaria perusahaan.
Selagi Leesera memesankan minuman dan juga cake untuk menemani mereka mengobrol, Anna yang diminta duduk saja di kursi terlihat gusar dan gelisah.
Berbagai cuplikan adegan terus bermunculan dalam imajinasinya, memang ada rasa takut yang menyelimuti perasaan nya saat ini terhadap wanita gila yang kini sedang berdiri di depan kedai kopi, dan menyunggingkan senyum palsu nya sesaat di tengah aktivitasnya berinteraksi dengan sang pegawai.
Namun, bukan perasaan takut seperti terintimidasi oleh wanita mungil sepertinya yang sebenarnya bukan tandingannya sama sekali, ia hanya takut jika Sera melakukan sesuatu hal yang gila dan berhasil memprovokasi sisi liar nya.
Ia akan hilang kendali dan bisa saja malah membuat wanita picik itu berada dalam bahaya.
“Aish! Sial! Apa yang harus kulakukan, kenapa dia terus melihat dan tersenyum aneh seperti itu, menjijikan sekali!” kutuk Anna dengan bibir yang tertutup rapat, ketika melihat Leesera telah kembali dengan membawa baki yang berisikan 2 minuman dan 2 cake.
“Ini kopi Americano pesananmu, dan juga cake Nanas kesukaanmu, kak Anna, dimakan ya, aku udah susah payah ngantri loh tadi, hehehe!” ujar Leesera seraya memberikan kopi dan cake ke hadapan Anna tentunya lengkap dengan senyum merekah penuh dengan kepalsuan.
Anna yang merasa pesanannya bertolak belakang dengan yang dirinya minta pun lantas mengerutkan dahinya.
“Saya rasa, saya mengatakannya dengan jelas bukan?
Saya tidak bisa minum kopi tanpa campuran susu, dan juga, cake apapun asalkan bukan Nanas,” protes Anna dengan raut wajah yang mendukung kekesalannya saat ini terhadap sikap menyebalkan Leesera.
“Astaga, iya maaf kak Anna, aku yang salah, aku tidak mendengarkannya dengan baik, kalau kak Anna gasuka gak apa-apa gausah dimakan kak, akan ku pesankan lagi ya,” kata Sera dengan nada suara yang terdengar nyaring dan dibuat-buat agar orang sekitar bisa mendengarnya dan berakhir merasa simpati padanya, yang saat ini tengah berpura-pura menjadi korban dari sikap kasar Annalese.
“Apa?” respon Anna yang merasa semakin dibuat jengkel oleh tingkah laku Leesera.
Leesera pun bangkit dari kursi dan hendak kembali memesankan minuman dan makanan sesuai dengan yang Anna inginkan.
Tak ingin tinggal diam begitu saja, di tengah situasi yang mulai memanas sebab beberapa orang ternyata ada yang mencoba merekam secara diam-diam untuk menunjukan sikap arogan Anna.
Anna pun bangkit dan segera menyusul langkah Leesera yang hampir sampai di kedai kopi.
“Tak perlu! (cegah Anna seraya menarik lengan Sera dengan kasar untuk menghentikannya) aku bisa memesan minumanku sendiri,” lanjut Anna yang geram dengan sandiwara yang dimainkan oleh Leesera di hadapan publik.
“Jangan kak Anna, biar aku aja, kali ini aku ga akan salah kok, caramel late dengan cake strawberry kan? Aku akan memesankannya untuk kakak,” ujar Sera seraya menahan lengan Anna masih dengan senyum yang sama, senyum yang tampak menggelikan bagi Anna.
“Sudah kubilang tidak perlu!” Anna menegaskan seraya menepis tangan Sera kasar yang membuat Sera sedikit terdorong dan berakhir menubruk seseorang yang sedang membawa minuman di belakangnya.
Kafetaria perusahaan pun seketika gaduh dan ramai oleh orang-orang yang sibuk membicarakan perselisihan diantara kedua wanita cantik itu.
Terlebih ketika gaun Sera basah kuyup karena guyuran kopi hitam, membuat para karyawan menaruh simpati padanya, sedang Anna hanya bisa menghela nafas kasar seraya terkekeh dalam ketidakpercayaannya berada disituasi menjengkelkan seperti saat ini.
Berbeda dengan Sera, Anna mendapatkan tatapan tajam menusuk dari semua orang yang berada di kafetaria, seolah semua kemalangan yang menimpa Leesera adalah mutlak kesalahannya.
“Aduh sory ya, gue gak sengaja,” ujar salah seorang karyawan yang tak sengaja menumpahkan cairan kopi pada gaun indah Leesera.
“Engga, kakak ga salah kok, aku yang gak lihat-lihat tadi,” timpal Sera yang kemudian berlari kecil menuju kamar mandi terdekat lengkap dengan raut wajah murungnya, untuk mendukung akting sempurnanya di depan umum.
Hal itu tentu saja langsung mengundang banyak perhatian dari para karyawan yang masih melangsungkan sarapan paginya, tak sedikit dari mereka yang menganggap wanita bergaun biru muda itu sudah sangat keterlaluan.
Jika saja wanita dengan gaun biru muda itu bisa sedikit lebih ramah dan lembut, mungkin saja insiden seperti tadi tidak akan pernah terjadi.
“Augh! Sial!” dengus Anna kesal yang semakin membuat para karyawan geram dan memberikan tatapan sinis nya pada Anna yang kini memutuskan untuk meninggalkan area kafetaria.
Bersambung***