(Gak jamin kalau kamu bakalan nangis bombay)
Audrey, seorang wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk karier. Dia tidak tampak tertarik dengan hubungan percintaan apalagi pernikahan. Di usia 28 tahun, ia bahkan tidak memiliki seorang kekasih ataupun teman dekat. Tidak ada yang tahu kalau Audrey menyimpan beban penyesalan masa lalu . Namun, kehidupannya yang tenang dan monoton mendadak berubah drastis ketika ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Sofia. Audrey tidak pernah menyangka kalau Sofia memintanya menikahi calon suaminya sendiri. Akankah pernikahan Audrey menjadi mimpi buruk atau justru kisah cinta terindah untuk seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16 Aku Kembali (Part 2)
Audrey duduk diam di dalam mobil sembari memperhatikan jalan yang dilaluinya. "Pak kita mau kemana? Ini bukan arah menuju rumah," tanya Audrey merasa curiga.
Pak Beni, supir pribadi Reiner, hanya menjawab dengan suara datar, "Maaf, Nona saya diperintahkan Tuan Nicko untuk membawa Nona ke apartemen Tuan Reiner."
"Apartemen?"
"Iya, Nona, Tuan Nicko sudah menunggu Anda disana."
Audrey mengerutkan dahinya. Sebenarnya Audrey ingin bertanya lebih lanjut, tapi Audrey mengurungkan niatnya. Percuma saja bertanya kepada Pak Beni, karena ia pasti tidak tau apa-apa. Pak Beni sekedar patuh pada semua perintah Nicko, si asisten yang sama menyebalkannya dengan Reiner.
Mobil mereka terus melaju hingga sampai ke sebuah kawasan gedung apartemen mewah. Rasa takut tiba-tiba menyerang Audrey. Kenangan buruk bersama Dave seolah terputar kembali di benaknya seperti sebuah adegan film. Di kamar apartemen Dave, Audrey hampir kehilangan kehormatannya sebagai wanita.
"Nona kita sudah sampai," kata Pak Deni membukakan pintu mobil untuk Audrey. Audrey yang masih gemetar menarik nafas panjang dan berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Itu cuma masa lalu Audrey. Tenanglah, tidak ada hal buruk yang akan terjadi padamu.
gumam Audrey pada dirinya sendiri.
Audrey melihat Nicko sudah berdiri di depan pintu lobby apartemen dan menunggu kedatangannya.
"Nona, Anda hampir terlambat. Sekitar lima belas menit lagi Tuan Reiner akan sampai disini."
"Tuan Nicko kenapa kemarin Anda tidak memberitahukan dulu kepada saya kalau hari ini Tuan Reiner pulang? Dan kenapa kita ke apartemen bukan pulang ke rumah?" tanya Audrey mencoba menyelidiki alasan Nicko.
Dengan wajah tanpa eskpresi seperti biasanya, Nicko memberikan alasan klasik. "Nona, saya hanya menjalankan perintah Tuan Reiner. Setelah pulang dari luar negri, Tuan Reiner pergi ke makam Nona Sofia dan harus melakukan beberapa pekerjaan dulu. Karena itu, saya baru diijinkan memberitahukan kepulangan Beliau sekarang kepada Nona. Kalau soal apartemen, saya tidak tau silahkan Nona menanyakan sendiri kepada Tuan Reiner. Mari saya antarkan Nona ke atas," kata Nicko seraya berjalan menuju lift. Audrey terpaksa mengikuti Nicko sambil masih bertanya-tanya apa maksud Reiner menyuruhnya pindah ke apartemen.
Apartemen Reiner terletak di lantai empat gedung itu. Nicko menempelkan sebuah kartu di pintu dan menekan passwordnya lalu mempersilahkan Audrey masuk.
"Nona, saya sudah menyuruh pelayan memindahkan semua baju dan barang Anda. Di kulkas juga tersedia bahan makanan dan minuman. Mulai sekarang Anda akan tinggal bersama Tuan Reiner disini.
"Sampai berapa lama saya akan tinggal di apartemen ini, Tuan Nicko?"
Belum sempat Nicko memberikan respon, pria itu buru-buru menjawab panggilan telpon di ponselnya. "Baik, Tuan Reiner saya akan turun ke bawah."
Nicko menoleh sebentar ke arah Audrey, "Nona silahkan melihat-lihat ruangannya. Kamar Anda ada di sebelah kanan. Saya akan menjemput Tuan Reiner di lobby."
...****************...
Audrey mencoba mengusir kegelisahannya dengan melihat ruangan-ruangan di dalam apartemen yang luas itu. Ada ruang tamu, ruang keluarga, dua buah kamar, dapur, dan satu ruang kerja.
Bagus kamarku terpisah dari kamar Reiner.
Tenang, Audrey dia tidak akan pernah menyentuhmu sesuai isi perjanjian. Dia membencimu jadi dia tidak akan tertarik padamu.
batin Audrey lega.
Audrey berjalan menuju ke kamarnya yang ditunjukkan oleh Nicko tadi. Paling tidak kamarnya adalah tempat yang paling aman untuk menjaga diri. Audrey membuka pintu lemari dan melihat baju-baju miliknya sudah tersusun rapi. Laptop dan semua peralatan kerjanya juga ada di meja kamar itu. Di dalam hatinya, Audrey mengakui bahwa kinerja Nicko sebagai asisten Reiner memang luar biasa. Pria dingin itu mampu menangani segalanya tepat waktu, bahkan sampai ke hal yang sangat pribadi. Nicko juga rela menghabiskan libur weekend hanya untuk mengurusi bosnya. Audrey merasa kinerjanya di kantor masih jauh di bawah standar kerja Nicko.
Dari depan, terdengar pintu apartemen terbuka diikuti langkah kaki dua orang memasuki ruang tamu. Audrey mendengar suara Reiner sedang memberikan perintah kepada Nicko.
"Nanti tolong selesaikan proposal kita untuk Blue Union. Besok aku akan periksa mana yang perlu direvisi. Sekarang kamu boleh pulang, Nicko."
"Baik, Tuan. Kalau ada lagi yang Anda butuhkan, Anda bisa menelpon saya."
"Terima kasih, Nicko. Istirahatlah."
"Saya pulang dulu, Tuan," kata Nicko berpamitan lalu menutup pintu apartemen.
Audrey sengaja tidak keluar dari kamarnya. Ia memutuskan untuk menutup pintu kamar lalu segera berganti baju. Namun, langkah kaki Audrey terhenti ketika melihat Reiner sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Mata pria tampan itu menatapnya dengan tajam.
"Rupanya kau bersenang-senang selama aku tidak ada. Kamu tidak terlihat sedih lagi karena kehilangan Sofia," kata Reiner memandang dress yang dikenakan Audrey. Ia melanjutkan kata-katanya dengan nada mengejek, "Sayang selera berpakaianmu kampungan sekali."
Kampungan? Beraninya dia menghina seleraku dalam berpakaian? Bahkan tadi Tasya dan Susan memuji dressku ini.
batin Audrey kesal.
"Maaf, Tuan Reiner, saya tadi menghadiri undangan pernikahan salah satu staff saya. Saya baru akan mengganti baju tapi Anda masuk kemari."
"Oh, jadi kamu berani menyalahkan aku sekarang?"
Reiner menutup pintu kamar dan berjalan mendekat ke arah Audrey.
"Dengar, ini apartemen milikku, jadi aku bebas berada di mana saja."
Siapa yang menyalahkannya? Aku memang akan ganti baju sebelum dia masuk seenaknya ke kamarku.
"Tadi Nicko mengatakan kamu penasaran apa alasanku menyuruhmu tinggal di apartemen ini? Kamu benar-benar mau tau alasannya?" tanya Reiner kembali mengejek.
Dasar asisten pengadu, pikir Audrey merutuki Nicko.
Reiner mendorong tubuh Audrey hingga merapat di dinding, lalu mencengkeram kedua pipi gadis itu dengan tangannya, "Aku tidak ingin kenangan indah Sofia di rumah impian kami tercemar oleh keberadaanmu. Kamu hanya wanita yang suka mencari keuntungan. Kamu pintar berpura-pura dan mempermainkan perasaan orang lain. Lalu setelah bosan, kamu akan membuang mereka."
"A..apa makudmu?" jawab Audrey ketakutan melihat sikap kasar Reiner. Tiba-tiba ia merasakan ada hal buruk yang akan menimpanya.
Reiner melepaskan cengkraman tangannya. Ia mengambil ponsel dari dalam saku celananya dan menunjukkan sebuah foto di depan wajah Audrey. "Kamu jago sekali berakting. Kamu pura-pura lupa siapa orang yang sudah kamu buang begitu saja sampai dia putus asa. Kamu-lah yang harus bertanggung-jawab atas kematian adikku, Dave."
Jantung Audrey seakan berhenti berdetak. Bagaimana mungkin takdir mempermainkannya seperti ini. Dave adalah adik Reiner. Pantas saja Reiner sangat membencinya sejak mereka pertama kali bertemu. Seingat Audrey, Dave tidak memakai nama Bratawijaya di belakang namanya. Lalu mengapa Dave bisa menjadi adik Reiner?
"Da..ve a..dikmu?" tanya Audrey gagap.
"Benar, Dave adalah seorang Bratawijaya. Dia adik tiriku, adikku satu-satunya. Walaupun dia anak papaku dari wanita lain, tapi aku sayang padanya. Aku selalu menjaganya dari semua gangguan. Tapi saat aku berada di luar negri, kamu berani mempermainkan cinta adikku. Kamu sengaja membuat mentalnya yang lemah semakin terpuruk karena ulahmu. Aku sudah lama ingin mencarimu dan membuat perhitungan. Tapi ternyata Sofia-lah yang membawamu kepadaku. Aku tidak menyangka Sofia bisa bersahabat dengan wanita licik sepertimu. Mulai sekarang aku akan membuatmu membayar semua dosamu itu. Aku akan membuat hidupmu menderita seperti di neraka," kata Reiner dengan sorot mata menakutkan.
Audrey hanya bisa pasrah menerima kenyataan pahit ini.
aq lebih lebih & lebih padamu Reiner😍😍😍😍
emak" labil🤣🤣🤣