Melody Cinta Nayla

Malam menampakan bulan dan menenggelamkan matahari yang telah lelah bersinar,Rey berdiri menghadap jendela meresapi keindahan malam di lantai tiga rumah sakit tempat ruangan Nay dirawat,kerlip lampu gedung menghiasi indahnya kota di malam hari.

Nay mengerjapkan matanya menyesuaikan sinar lampu yang bersinar,sejak minum obat tadi siang Nay tertidur mungkin efek dari obat tersebut yang membuat mengantuk,Nay menoleh ke arah dimana Rey berada 'Tuan Rey' sekelebat bayangan ketika Rey menyatakan cinta membuat Nay merona 'Apa aku harus menerimanya,ah selain tampan dia baik dan perhatian' Nay berperang dengan hatinya.

Rey menoleh mendapati Nay tengah duduk dan pandangan melihat kearahnya,seketika Rey tersenyum dan menghampirinya.

"Kamu sudah bangun".Lalu duduk di tepi ranjang.

"Sudah malam rupanya,Ibu kemana?" tanya Nay,sebenarnya Nay bingung harus berbicara apa pada pria dihadapannya ini baru di kenal tapi sudah menyatakan cinta padanya.

"Emmh baru jam 7 malam,Ibu pulang di antar Bram untuk mengambil baju gantimu."Rey menyentuh dahi Nay.

"Aku udah gak apa apa" kata Nay sambil menyingkirkan tangan Rey yang masih melekat di dahinya.

"Kamu lapar?"Nayla mengangguk"Baiklah Aku suapi ya"Tawar Rey.

"Aku bisa sendiri" Nay meraih mangkuk bubur di tangan Rey namun di tepis oleh Rey.

"Menurutlah aku yang suapi"Tegas Rey.Nay pasrah meski terasa canggung namu tak urung juga membuka mulutnya.

"Kenapa mesti dirawat sih padahal tadi bisa langsung pulang." lirih Nay.

"Aku harus memastikan kamu benar benar sehat"Kata Rey masih terus menyuapi Nay,Nay mengeleng ketika suapan ke empat."Betulkan kamu belum sehat buktinya makanmu sedikit itu tandanya masih belum dikatakan baik,Aku ingat makanmu banyak waktu di restoran tempo hari."

"Ah.. iya kamu ingat yang itu aku gak bisa makan gak pake nasi" Nay terkikik."Aku mau tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Itu.. Apakah yang selalu mengirimi ku bunga dan hadiah itu kamu?" tanya Nay,Rey tersenyum.

"Bunga???..hadiah??" Rey pura pura bingung lalu menggeleng.Seketika Nay melemas Rey terus memperhatikan tampang Nay yang langsung tak bersangat."Mungkin itu dari penggemar rahasiamu tapi tunggu dulu apa kamu berharap itu dari ku,jika itu dariku apa kamu akan menerimaku"

Nay menggeleng "Bukan tapi di sana ada inisial 'R' jadi aku kira Tuan Rey yang memberi."

"Kenapa masih memanggilku Tuan,aku bukan Tuanmu.Dan ya aku mau menagih janjimu yang katanya mau menjawab pertanyaanku?" Kata kata Rey membuat Nay membeku.

"Apa yang kamu pikirkan?"Tanya Rey lagi.

Nayla menghela nafasnya"Tuan.. maksudku Rey aku belum lama mengenalmu,bahkan kamu tidak tau tentangku,dan aku tentangmu,aku bukan orang yang sederajat denganmu,Aku bukan tidak mengerti tentang sebuah ikatan tapi bisakan kita mengenal lebih jauh dulu,"Rey nampak kecewa namun tak melunturkan senyum nya,masih ada harapan,namun Rey lupa akan satu hal yaitu Ibunya yang terus mendesaknya menikah.

Tapi seperti tak peduli Rey menggenggam tangan Nay."Baiklah kita akan saling mengenal dulu,tapi jangan mencegahku untuk memperlihatkan rasa cintaku padamu"Nay bersemu dan menunduk 'Sungguh imut' batin Rey.

Meski terlihat dewasa Nay tetaplah gadis 18 Tahun yang masih lugu dan nampak malu malu apalagi mendengar kata kata cinta dari pria matang dihadapannya.

"Ehmm itu aku juga mau tanya,apa aku akan kamu jadikan yang kedua,tapi aku gak mau jadi selingkuhan" Rey menatap bingung.

"Apa maksudmu selingkuhan.." Kata Rey kemudian Rey berpikir apa maksudnya..namun tak lama Rey terbahak,Nay menggeryit.

"Tidak ada yang kedua,ataupun selingkuhan,kamu yang pertama,,bukan, mungkin kamu bukan wanita yang pertama untuk ku,jika maksudmu istri aku belum punya istri,tapi dengar meski kamu bukan wanita yang pertama namun akan ku pastikan kamu akan menjadi satu satunya,dan yang terakhir untuk ku." kata Rey mantap.

Nay makin bersemu "Rey kata katamu seperti sedang melamarku."

"Aku tidak keberatan jika harus melakukan itu"

"Tidak.." teriak Nay "Maksudnya bukankah kita sudah sepakat untuk saling mengenal dulu."Rey mengangguk lalu mengecup tangan Nay yang masih di genggaman nya.

"Seperti keinginanmu" lalu meraih tengkuk Nay lalu mencium dahi Nay dalam. Nay memejamkan matanya meresapi perasaan nyamannya,Pipi Nay terus bersemu saat Rey berkata "Sudah ku bilang jangan mencegahku menunjukan rasa cintaku" lalu mencium pipi Nay "Tidurlah aku ke toilet sebentar." tanpa menunggu jawaban Nay Rey segera pergi ke dalam toilet,meninggalkan Nay yang masih merasakan debaran jantungnya.

Di dalam toilet Rey juga berdebar tak karuan apalagi Rey harus meredam sesuatu dalam dirinya yang memberontak '****' "Hanya mencium kening dan pipi saja sudah membuatku hampir mati mendadak" jiwa lelaki Rey meronta ingin di puaskan.