NovelToon NovelToon
Pria Pilihan Sang Perawat

Pria Pilihan Sang Perawat

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Nikahkontrak / Cintamanis
Popularitas:475.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: SHIRLI

Cantik, cerdas dan mandiri. Itulah gambaran seorang Amara, gadis yang telah menjadi yatim piatu sejak kecil. Amara yang seorang perawat harus dihadapkan pada seorang pria tempramental dan gangguan kejiwaan akibat kecelakaan yang menimpanya.

Sanggupkah Amara menghadapi pria itu? Bagaimanakah cara Amara merawatnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHIRLI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan tanpa pikir panjang

"Tante, ditensi itu nggak pakai jarum suntik kok," ucap Amara mencoba menenangkan. Senyumnya pun terukir tulus, sementara tangannya bergerak pelan mengusap tangan Winda yang dingin dan gemetaran. Amara bisa memastikan jika wanita itu benar-benar ketakutan.

Lalu untuk apa dia kemari? Pertanyaan itu masih berputar-putar di kepala Amara ingin segera mendapatkan jawaban. Tapi hal itu tak penting. Bagaimanapun juga, kesehatan ibu sahabatnya itu yang utama. Lagipula terlalu banyak ingin tahu tak baik juga untuk kesehatan pikirannya.

Kini Winda merasa jauh lebih tenang usai Amara meyakinkan. Ia pun mengangguk dan pasrah, membiarkan Amara memeriksa tekanan darahnya.

Winda memperhatikan bagaimana Amara dengan cekatan memeriksanya dengan sabar dan telaten. Tangannya yang sehalus sutra begitu lembut saat menyentuh, menimbulkan sensasi nyaman.

"Tante seberapa pusing?" tanya Amara sembari melepas alat tensi itu.

"Sedikit." Winda menjawab singkat.

Amara menyimpan kembali alat tensinya. "Tekanan darah tante sedikit lebih tinggi, mungkin itu yang membuat kepala Tante pusing." Amara menjelaskan sambil menatap Winda. "Tekanan darah tinggi di sebut juga hipertensi tante, dan beresiko besar jika dibiarkan berlarut-larut."

"Beresiko besar bagaimana?"

"Bisa menimbulkan penyakit lainnya, seperti serangan jantung, stroke, gangguan ginjal bahkan kebutaan."

"Hah!" pekik Winda penuh keterkejutan. Wanita itu membulatkan matanya lebar-lebar. Bayangan mengerikan terlintas begitu saja di kepalanya. Jantung! Stroke! Gagal ginjal! Buta! Astaga, aku belum mau mati, Tuhan ,,, selamatka lah aku dari semua itu ...!

"Tante," panggil Amara pada Winda yang masih bengong dengan mulut yang ternganga.

"Ih Mara, jangan nakut-nakuti tante, ah!" teriak Winda dengan nada ngeri.

"Mara bukannya mau nakuti Tante, Mara cuma menjelaskan agar Tante bisa melakukan pencegahan." Amara diam sejenak. "Apa tante sedang banyak pikiran?"

"Maksud kamu?" Winda bertanya dengan kening berkerut bingung.

"Maksud Mara, pemicu hipertensi bisa dari makanan, atau pikiran yang membuat seseorang tertekan."

"Enggak kok, Tante nggak ada pikiran. Bukankah kau tahu, hidup Tante itu terlalu bahagia untuk dipikirkan hingga membuat Tante tertekan, Amara, hahaha!" tutur Winda diikuti tawanya yang terdengar garing. Andai saja kamu tahu, kamulah yang jadi beban pikiran Tante, Amara! geram Winda dalam hatnyai.

"Tante, apa Tante sering chek - up?"

"Tante merasa baik-baik saja, makanya Tante jarang chek-up," jawab Winda ketus sambil mengangkat dagunya.

"Tante, kalau Mara boleh kasih saran, mulai sekarang usahakan Tante sering-sering chek-up. Sebab, mencegah itu lebih baik dari mengobati. Apa lagi untuk Tante yang takut dengan jarum suntik. Orang yang sakit sudah pasti akan bersahabat dengan jarum suntik. Tante mau, setiap hati harus merasakan sakitnya sentuhan jarum ini?" tanya Amara dengan nada peringatan sembari menunjukkan jarum suntik yang masih dalam kemasan.

Winda langsung menatap ngeri pada jarum itu. Dia benar-benar merasa sial hari ini. Ternyata keputusannya untuk datang dan memberi Amara sebuah peringatan merupakan kesalahan terburuk baginya.

Bukannya berhasil memberi peringatan pada Amara, justru malah gadis itulah yang memberikan peringatan padanya.

"Tante bisa minum obat, kan? Amara kasih obat untuk menurunkan tekanan darah ya, mau kan?"

"Terserah kau sajalah," jawab Winda cepat, berharap bisa segera pergi dari tempat mencekam itu segera.

Amara bergegas bangkit dan melangkah menuju lemari obat. Agak lama dia mencari-cari sesuatu di sana.

"Bisa lebih cepat tidak?" Winda yang sudah tak sabaranpun bertanya. "Saya sedang buru-buru, sekarang. Ada urusan yang lebih penting dari ini."

Amara hanya tersenyum, lalu melangkah kembali ke kursinya dengan dua macam obat di tangan.

"Ini Tante, diminum tiga kali sehari setelah makan ya," tutur Amara sembari menyerahkannya pada Winda.

"Berapa ini?" tanya Winda sembari meraih obat itu.

"Gratis tante," Amara menjawab sembari tersenyum.

"Kok gratis, si?" tanya Winda dengan nada protes. Ia menatap bungkus obat itu sambil membolak-balik, seolah-olah tengah menelitinya. "Tante kan bukan orang miskin, jadi nggak layak dapat bantuan obat."

"Itu obat generik kok, tante," jelas Amara.

"Hah! Kamu kasih saya obat generik?" Winda berdecak tak percaya.

"Maaf tante, bukan maksud Amara menghina tante. Tapi stok obat paten untuk hipertensi disini sedang kosong. Kalau tante mau bersabar, Amara ambil dulu ke gudang penyimpanan obat ya, tapi agak lama karena tempatnya agak jauh."

Winda memberengut mendengar penjelasan Amara. Benar-benar pilihan yang sama-sama tidak mengenakkan.

"Tapi obat generik juga bagus kok, Tante." Amara menjelaskan cepat, seolah tahu kebimbangan yang Winda rasakan.

"Ya sudah, lah. Yang ini saja." Winda memasukkannya ke dalam tas. Lantas bangkit dari duduknya. " Permisi." Pamitnya singkat sambil berbalik badan, lalu melangkah menuju pintu untuk keluar.

"Tante Winda!" panggilan Amara yang seketika menghentikan langkah Winda. Wanita itu mengurungkan niat untuk membuka pintu.

Duh apa lagi si? gumam Winda cemas dalam hati sambil menggigit bibir.

Berdehem kecil, Winda pun memutar tubuhnya menghadap ke arah Amara. "Ada apa?" tanyanya kemudian dengan wajah datar.

Tak nyaman berbicara dari jarak jauh, Amara lantas bangkit dan melangkah mendekati Winda.

"Tante," sebut Amara saat ia sudah berdiri di depan Winda. Ia menatap Winda dengan penuh keseriusan. "Amara tahu, maksud tujuan Tante datang kemari bukan untuk ini, kan?" tanyanya dengan maksud tersirat.

Sedikit terkejut, Winda langsung memalingkan wajahnya menghindari bersitatap dengan Amara.

"Tante, Amara tegaskan sekali lagi, hubungan saya dengan Juan murni sebagai sahabat saja. Tidak pernah lebih. Dan tante tidak perlu khawatir, karena ini hari terakhir Amara bekerja di sini."

Winda sontak menoleh dan menatap Amara dengan wajah penasaran. "Memangnya kamu mau kemana? Kau tidak mungkin menikah mendadak, atau pergi ke luar negeri, kan?"

"Saya mendapat tawaran sebuah pekerjaan. Saya akan merawat seorang pasien dan tinggal di rumah beliau."

Winda tersenyum remeh. "Baguslah kalau begitu," ucapnya dengan acuh. "Kalau gitu Tante permisi. Nggak ada alasan lagi buat Tante lama-lama berada di sini," tegasnya dengan nada angkuh, lantas berlalu pergi dari tempat itu dengan tergesa.

Kini tinggal Amara seorang di ruangan itu, tertegun heran dengan sikap Winda yang selalu membencinya hanya karena latar belakang dia yang seorang gadis yatim piatu.

"Astaghfirullah!" Sebut Amara saat dirinya tersadar oleh sesuatu yang menurutnya keliru. "Apa yang sudah kukatakan tadi?"

Amara menyeret kakinya yang tiba-tiba lemas menuju kursi lalu duduk di sana. Ia menghela nafas dalam. Tangannya bergerak memijat keningnya yang tiba-tiba pening.

Wajah Amara tampak pucat menyadari kesalahannya. Lagi-lagi ia mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Pertemuan singkat dengan Winda membuatnya merubah keputusannya yang sudah ia pikirkan matang-matang semalam.

Begadangnya semalaman suntuk itu sia-sia hanya karena sikapnya sendiri yang suka mengambil keputusan tanpa pikir panjang.

Bersambung

1
Sumarni Tina
akhirnya Dimas ketahuan
Sumarni Tina
Luar biasa
Enjelika h
Lumayan
Sulistiawati Kimnyo
semangat lg kakak....
Via
kebanyakan dram jd bosen bacanya
Via
huhhh TOLOL si Amara goblok anjing gitu aj mau ngalah setan😤😤😤😏😏😏
Firda Fami
dah tinggalin aja tuh si Dimas biar mati sekalian 👿
beybi T.Halim
gak asek .., karakter wanitanya seharusnya keren.,barbar dan gak gampang ditindas.,biasanya anak yatim-piatu itu punya sifat yg keren😊
Fa Rel
amara bodoh mending minta cerai biarin dimas nyesel seumur idup
Fa Rel
rasain lu dimas emang enak di.bhongin biar amara ma juan aja lah dripada.ma.dimas g tau trima kasih
Zahra Cantik
masa udah tamat thor 😔😔
kasih bonus dong 😘😘😘
Nina Latief
Lanjut thooorrr...nanggung nih
Bagus X
tamat ?
😨😨
Bagus X
wah wah wah,,tanda tanda wereng coklat ini😌
Bagus X
💖💞👄
Bagus X
eeelahdalah,,,
Bagus X
wadaw,,dalem bngeeeet
Bagus X
😁😁😁😁😁😁😁😁 sa ae mu Thor idenyaaa
Bagus X
ooohhhh,,,so swiiiitttt 😜
Bagus X
ya'ampun othooor,,,benar benar tega dehhh🤦
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!