Lanjutan Cerita Harumi, harap membaca cerita tersebut, agar bisa nyambung dengan cerita berikut.
Mia tak menyangka, jika selama ini, sekertaris CEO yang terkenal dingin dan irit bicara, menaruh hati padanya.
Mia menerima cinta Jaka, sayangnya belum sampai satu bulan menjalani hubungan, Mia harus menghadapi kenyataan pahit.
Akankah keduanya bisa tetap bersama, dan hubungan mereka berakhir dengan bahagia?
Yuk baca ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan Pagi
Jangan lupa subscribe dan tinggalkan jejak lainnya ...
Happy reading.
Tak ada apapun yang terjadi semalam, mereka hanya berciuman dan berpelukan. Keduanya sepakat tak sampai melakukan hal 'itu' sebelum menikah.
Pada akhirnya, Mia mau menerima ajakan menikah kekasihnya, tapi nanti sepulang dari Surabaya.
Sambil saling berpelukan, mereka merancang masa depan bersama. Saling memberikan usulan serta pendapat juga konsep dalam mengarungi rumah tangga kelak.
Intinya, Mia boleh tetap bekerja selama gadis itu mau. Jaka juga tak akan melarang ketika Mia ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya, asalkan tau batasan.
Hal sepele juga ikut dibahas, yaitu soal pembagian tugas pekerjaan rumah. Sejak lulus SMA, Jaka sudah terbiasa hidup sendiri, keluarga satu-satunya yang tersisa, yaitu kakak laki-lakinya bernama Junet memilih merantau ke luar negeri begitu lulus kuliah. Sehingga Jaka sudah terbiasa melakukan segala pekerjaan rumah sendiri.
Sementara Mia? Walau anak pertama, dia tak terlalu menyukai beberes rumah. Mia lebih memilih belajar dan mencari uang, mungkin untuk sekedar memasak dia bisa.
"Apa pekerjaan kamu masih banyak?" Tanya Jaka, keduanya sedang bersiap untuk berangkat ke kantor.
"Masih, makanya aku bingung, kira-kira bisa selesai atau nggak nanti sore." Mia sedang memakai eyeliner.
"Kan ada Raisa, kamu bisa meminta bantuan ke dia." Jaka mulai memakai kaus kaki. "Kata Pak Tom, dia cukup kompeten saat di Bandung. Maka dari itu saat Gita mengundurkan diri, beliau mengajukan Raisa untuk menggantikan. Lalu dari pada merekrut staf baru, dan mengajarinya dari awal, lebih baik menerima staf berpengalaman, kan? Pak Dimas dan Pak Lukman juga setuju."
Mia bercermin, memastikan agar eyeliner rapih. "Kompeten dari Hongkong! Asal kamu tau ya, kami berempat (Mia, Indah, Ringgo dan Haris) sampai buat grup WA, khusus buat bahas pekerjaan, serta gosip tentang Raisa. Ampun deh!!! Bisa-bisanya begitu dibilang kompeten, kita berempat mesti ngerjain ulang kerjaannya dia. Kamu tau kan, Bang Ringgo sekarang jadi sering lembur? Ya buat benerin kerjaannya Raisa yang selalu berantakan." Dia menjelaskan sambil sesekali mendengus, saking kesalnya. "Ah ... Satu lagi, dia ngefans sama kamu, katanya kamu manis dan tipe dia banget."
"Hah ...? Masa sih? Bukannya cewek-cewek pada sebel sama aku karena aku mukanya kek kanebo kering?" Jaka mulai mengancingkan kemejanya, hari ini dia memakai warna putih.
"Nggak tau tuh, ngebayangin muka Mupeng-nya pas ngomongin kamu, rasanya pengen aku raup mukanya. Astaga ... Aku sebel banget sumpah, apalagi waktu ingat pas kamu beliin staf keuangan minuman di bawah, masa dia ambil duluan milkshake strawberry yang harusnya buat aku. Aku kan nggak bisa minum kopi item, akhirnya aku kasih ke pak Lukman aja." Ungkap Mia, dia sempat mengepalkan tangannya sendiri, saking kesalnya.
Jaka terkekeh, "aduh sayangku marah, sini sebelum pakai lipstik, aku cium dulu."
Mia mendekat, dan berjinjit. Sedangkan Jaka meraih pinggang dan menunduk, agar bibir mereka bisa bertemu. Keduanya saling menyesap dan bertukar Saliva, aroma mint masih sangat terasa.
Jaka melepaskan terlebih dahulu, dia menyentuh bibir kekasihnya dengan lembut. "Meski rasanya aku kesal banget kamu mau dimutasi ke Surabaya untuk sementara, tapi aku akan menghargainya. Asal di sana kamu jaga hati dan tubuh kamu, nggak boleh ramah atau genit sama cowok-cowok."
Mia mengangguk, "kamu juga, harus tetap pelit senyum dan irit omongan."
Jaka merengkuh tubuh kekasihnya, "Aku pasti bakal kangen banget sama kamu, aku usahakan kalau nggak ada kerjaan di akhir pekan, aku akan ke Surabaya. Kita bisa ketemuan."
"Berat di ongkos, mas! sayang uangnya, mending ditabung, buat modal nikah."
"Soal dana untuk Nikah, aku udah siapkan sejak pertama kali aku jatuh cinta sama kamu. Aku udah niat banget tau."
"Hah ...? Kok bisa?" Mia terkejut mengetahui fakta itu.
"Aku maunya nikahnya sama kamu, dan sekali seumur hidup. Jadi harus direncanakan dari jauh-jauh hari." Sebagai sekertaris kompeten, Jaka sudah terbiasa menyusun rencana secara matang, baik soal pekerjaan ataupun kehidupan pribadinya.
Wajah Mia memerah, "Kamu buat aku tersanjung tau! Ternyata ada yang peduli padaku, aku sempat iri waktu tau Rumi, Gita dan Dita pada dicintai oleh pasangan sampai segitunya. Apa sebegitu jeleknya aku, sampai harus menjomblo lama? Bayangkan saja sejak lulus kuliah loh!"
Jaka mengecup puncak kepala gadisnya. "Kamu cantik, sayang! Dan aku akan mencintai kamu sampai segitunya juga!"
Mia kembali merengkuh tubuh kekar kekasihnya, "Terima kasih ya! Aku bahagia."
"Sama-sama sayang! Aku lebih bahagia." Andai tak ingat untuk menjaga image, mungkin Jaka akan mengungkapkan bagaimana besarnya rasa cintanya pada Mia.
Mereka sempat sarapan dengan sandwich buatan Jaka. Karena harus menjemput Dimas di apartemennya, Jaka harus berangkat lebih awal. Otomatis Mia juga lebih awal sampai kantor.
Kesempatan buat Mia, untuk segera menyelesaikan seluruh sisa pekerjaannya. Saking paginya, Mia bekerja bersamaan dengan para cleaning service, yang membersihkan area divisinya.
Hari ini Mia lebih bersemangat dari biasanya, baterai energinya sudah di-charge sampai full. Membayangkan kekonyolannya semalam, saat menangis karena takut ditinggalkan, membuatnya senyum-senyum sendiri.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh tiga puluh, kurang satu setengah jam lagi, jam kerja dimulai. Suara langkah kaki datang, ke arah work station tempatnya berkerja.
"Wih ... Warga Cikarang udah datang, kayaknya nebeng kereta Jawa nih, turun di Gambir nih." Seru Ringgo, seraya melepas ransel dan menaruhnya di kursi.
"Kagak pulang gue, bang! Semalam gue baru keluar kantor jam delapan." Sahut Mia usai meminum air dari Tumbler miliknya.
"Lo nginep di mana? Apa sama Dita temen Lo itu?" Ringgo melepas jaket kulitnya dan menaruhnya di sandaran kursi.
"Nggak, gue nginep di apartemen pacar gue, dong!" ungkap Mia polos.
"Astaghfirullah Miaaa ... Lo udah mulai nakal yaa!!! Gue aduin nih ke nyonya Kusti." Ringgo berkacak pinggang, lalu memberikan ceramah panjang lebar pada rekan yang sudah dia anggap sebagai adik bungsunya.
Mia menunjukan jari telunjuk dan tengah, "suwer ... Gue nggak aneh-aneh, Abang! kita tuh tau batasan." Dia berusaha meyakinkan.
"Masa ...? Nggak yakin gue! Emang Jaka nggak normal, masa iya di apartemen, nggak sampai gituan."
"Terserah elo bang, yang jelas gue nggak aneh-aneh." Mia kembali fokus pada layar komputernya. "Buruan bang, kerjaa!!! Sebagai budak korporat, kita harus royal, karena bentar lagi bonus tahunan bakal turun."
"Sok tau Lo! Gue yang asisten manager aja belum tau, tau dari mana Lo?"
"Pacar gue lah bang, masa iya pak Lukman. Katanya Minggu depan baru mau rapat bahas ini, siap-siap Mbak Indah bakal ngoceh lagi nih, gara-gara lembur."
Ibu dari Irene itu, paling malas kalau disuruh lembur, lebih baik dia mengurangi waktu istirahat siangnya, dibandingkan harus pulang terlambat.
"Apa Lo pada, ngegosipin gue pagi-pagi?" Indah datang tiba-tiba. Padahal mereka tak janjian berangkat pagi.
"Ndah, bulan depan bonus keluar. Siap-siap lembur, Lo!" Ringgo berseru.
Indah meletakan helmnya di dalam loker di belakangnya. "Serius bakal turun bulan depan?" Tanya tak percaya. "Bukannya masih tiga bulan lagi?"
"Nih bocah dapat bocoran dari pacarnya." Ringgo menunjuk gadis yang mengenakan blus merah muda bermotif bunga.
"Nggak apa-apa gue lembur, gue lagi butuh duit buat nikahin si bontot." Indah bernapas lega.
"Icha mau nikah sama orang mana, mbak?" Tanya Mia menatap salah satu seniornya.
"Temen kerjanya, asli Jogja."
"Wah ... Bakal kondangan kita." Ujar Ringgo.
"Kondangan juga Lo pada sama gue." Tapi perkataan itu hanya akan Mia katakan dalam hati, nanti saja setelah dirinya pulang dari Surabaya. Mia akan menceritakan rencana pernikahannya dengan Jaka.
jangan sampai di unboxing sebelum dimutasi y bang....
sisan belum up disini rajin banget up nya....
terimakasih Thor....
semangat 💪🏻