Aruna gadis sederhana dari keluarga biasa mendadak harus menikah dengan pria yang tak pernah ia kenal.
Karena kesalahan informasi dari temannya ia harus bertemu dengan Raka yang akan melangsungkan pernikahannya dengan sang kekasih tetapi karena kekasih Raka yang ditunggu tak kunjung datang keluarga Raka mendesak Aruna untuk menjadi pengganti pengantin wanitanya. Aruna tak bisa untuk menolak dan kabur dari tempat tersebut karena kedua orang tuanya pun merestui pernikahan mereka berdua. Aruna tak menyangka ia bisa menjadi istri seorang Raka yang ternyata seorang Ceo sebuah perusahaan besar dan ternama.
Bagaimana kehidupan mereka berdua setelah menjalani pernikahan mendadak ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor.H.y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Bimbang
Perjalanan setengah jam itu membawa Aruna dan Adam ke Panti Asuhan Kasih Bunda, tempatnya tak jauh dari rumah Aruna. Adam memang sering datang ke panti untuk membagikan kue dan snack di tokonya untuk anak-anak panti. Begitu tiba, mereka di sambut pemandangan hangat anak-anak yang sudah berkumpul, beberapa melambaikan tangan, menanti dengan senyum penuh harap di wajah mereka.
Adam turun, lalu di ikuti dengan Aruna. Mereka menghampiri ibu panti dan saling menyapa.
"Ibu kira Nak Adam sendiri ternyata sama Nak Aruna. Nak Aruna juga beberapa waktu terakhir jarang kesini, kamu sehat kan Nak". Ucap Ibu Kasih saat mereka berdua bergantian berjabat tangan.
Aruna hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Bu Kasih. Sedangkan Adam mengernyitkan dahi penasaran "Memang lo kemana Run ? Terus siapa yang gantiin lo kesini?". Tanya Adam
"Em.. Gue kemarin2 ada urusan jadinya Mbak Amel yang gantiin, makanya tadi Mbak Amel udah bersiap tuh kesini, eh lo malah ngajakin gue. Emang dasar nggak peka". Balas Aruna dengan sedikit mengomel
"Ck.. Mana gue tahu, lagian lo ngapain sering ijin segala, mentang-mentang gue nggak di toko gitu?".
"Nggak juga sih.. Kan juga urusannya mendadak lah, nggak direncana sama sekali..".
"Emang..."
Ucapan Adam tergantung saat melihat Aruna sudah pergi membagikan kue kepada anak-anak panti. Adam hanya mendengus lalu menyusul langkah Aruna.
* *
"Hallo adek-adek.. Hari ini Kak Aruna bawa kue yang baru ditoko loh. Siapa yang mau?" Seru Aruna berdiri di depan anak-anak panti.
"Mau.."
"Mau.."
"Mau.." Sahut anak-anak panti bersemangat.
"Okey.. Ayo sekarang berbaris rapi, kalau nggak rapi nanti nggak kakak kasih kue ini". Perintah Aruna, membuat anak-anak saling berlarian lalu berbaris memanjang.
Adam hanya berdiri di belakang sembari menatap Aruna dengan seulas senyum.
"Kalau suka, jangan hanya dipandangi saja Nak Adam. Ungkapkan lalu kalau ditolak perjuangkan dong". Lirih Bu Kasih saat mendekati Adam
Adam tersentak kaget saat tiba-tiba Bu Kasih berdiri di sampingnya.
"Ibu ini ngagetin aja" Ucap Adam tersenyum kikuk saat tingkahnya di sadari oleh Bu Kasih
"Dari dulu Ibu tahu kalau Nak Adam punya perasaan yang lebih sama Nak Aruna".
"Ah kata siapa si Bu".
Bu Kasih tersenyum "Ibu itu sudah memperhatikan setiap perhatianmu padanya lebih dari perhatian seorang kakak terhadap adiknya".
Adam menghela nafas "Tapi.. Sepertinya Aruna hanya menganggap Adam ini sebatas kakak saja Bu".
"Loh.. Belum tentu, memangnya Nak Adam sudah pernah mengungkapkan isi hati Nak Adam?". Adam hanya menggeleng pelan
"Kalau belum diungkapkan mana mungkin dia akan tau Nak". Lanjut Bu Kasih tersenyum lalu pergi melangkah mendekat ke Aruna.
Adam hanya terdiam, memikirkan semua perkataan Bu Kasih.
* *
Disisi lain Raka yang sudah selesai dengan semua urusan di kantor, memberitahukan kepada Reno agar mengosongkan jadwalnya di sore dan malam hari.
Raka masuk ke dalam mobil sport mewahnya, menyalakan mesin yang meraung halus, lalu melajukannya perlahan ke tengah hiruk-pikuk kemacetan kota di siang hari.
Sampailah ia di sebuah tempat yang tak asing baginya, tempat yang sejak dulu rutin ia kunjungi bersama sang ibu setiap tahun. Di sanalah mereka biasa memberikan donasi amal, sebuah tradisi yang menyimpan banyak kenangan hangat dalam hidup Raka.
Ia memarkirkan mobil sport mewahnya di pinggir halaman, lalu membuka pintu dan turun dengan tenang. Di tangannya, ia membawa beberapa bungkus mainan—hadiah kecil yang sudah ia siapkan khusus untuk anak-anak panti, seperti yang dulu sering dilakukan ibunya.
"Siang Bu.." Sapa Raka menyalami Bu Kasih
"Eh Nak Raka, kebetulan banget kesini. Padahal biasanya di akhir bulan.Bawa mainan banyak banget". Balas Bu Kasih ramah
"Iya Bu, udah kangen aja sama anak-anak. Pas kerjaan lagi nggak banyak jadi ya udah saya kesini saja". Bu Kasih tersenyum
"Ayo gabung sama kita, anak-anak sedang bermain taman belakang". Ajak Bu Kasih pada Raka
Ya.. Panti Asuhan yang selalu ia kunjungi dengan sang ibunda adalah Panti Asuhan yang sama dengan Aruna yang juga sedang berbagi makanan.
Saat tiba di taman belakang panti, pandangan Raka tertuju pada seorang pria dan wanita yang tampak asyik mengajari anak-anak bermain. Tawa riang terdengar menyatu dengan suasana hangat siang itu, sementara kedua orang dewasa itu terlihat begitu akrab dan penuh perhatian pada anak-anak di sekitar mereka.
"Ayo Nak, Ibu kenalkan sama Nak Adam.. Dia juga selalu berdonasi juga Panti ini seperti kamu, mereka juga sering mengirim makanan dari tokonya dan bermain bersama anak-anak". Ucap Bu Kasih yang hanya diangguki Raka dengan senyum khasnya.
"Anak-anak, ayo lihat siapa lagi nih yang datang". Seru Bu Kasih membuat atensi anak-anak tertuju kepadanya dan Raka yang sedang berjalan mendekat.
"Hore.. Kak Raka juga kesini, ye... Ye..." Seru salah santu anak Panti lalu mereka pun berlari menghampiri Raka saling bersalaman dan memeluknya.
Adam dan Aruna pun menoleh. Sejenak Aruna terperangah saat melihat Raka yang datang bersama Bu Kasih. Dilihatnya Raka yang sedang bersapa dengan anak-anak panti, membuat Aruna sedikit kaget saat melihat raut wajah yang tak pernah ia lihat kalau sedang bersamanya dan yang lainnya.
Setelah selesai membagikan mainan pada anak-anak, Raka pun kaget saat melihat Aruna disana sedang berdiri menatapnya.
"Nak Adam, Aruna.. kenalkan ini Nak Raka, beliau dan keluarganya juga yang selama ini selalu mendonasikan amal kepada Panti ini. Alhamdulillah banget, dua pahlawan ibu bisa bertemu disaat yang bersamaan yah". Ucap Bu Kasih dengan rasa yang bahagia.
"Hai.. Salam kenal, Adam". Adam menjabat Tangan Raka "Dan ini teman saya Aruna" lanjut Adam
"A-aruna.." Aruna mengulurkan tangan
"Nggak nyangka kita bertemu disini". Lirih Raka datar dengan seringai tipis
Aruna melepas tangannya. Sedangkan Adam menatap keduanya dengan tatapan penasaran.
"Oh iya..kita makan siang bersama didalam, kalian tidak keberatan kan?".
Raka dan Adam hanya tersenyum dan mengangguk.
"Oh Iya Bu, Aruna bantu siapkan makan siangnya ya Bu". Ucap Aruna melangkah mendekati Bu Kasih menggandengnya lalu masuk ke dalam.
Beberapa menit kemudian, semua sudah duduk rapi di meja makan. Di atas meja, tersaji beberapa menu lezat hasil masakan Bu Kasih—aroma sedapnya menguar, menggoda selera siapa pun yang duduk di sekitarnya.
Raka menatap ke arah Adam yang tampak begitu perhatian pada Aruna—senyumnya hangat, tutur katanya lembut. Entah mengapa, pemandangan itu membuat dada Raka terasa sesak. Ada rasa tak nyaman yang menyeruak, rasa yang sulit ia jelaskan... namun jelas, ia tak senang melihatnya.
"Oh iya Nak Raka, Ibu minta maaf waktu itu nggak sempat datang ke pernikahan Nak Raka. Karena ada hal yang mendadak nggak bisa ditinggalkan". Ucap Bu Kasih
"Nggak apa-apa Bu". Balasnya datar
"Terus kenapa istri Nak Raka nggak dibawa kesini?"
"Saya bawa Bu, dia ada di depan saya...".
Pffftt... Uhukk...Uhukk
Aruna tersedak nasi yang di kunyahnya.
Bersambung * *